Sabtu, 29 Januari 2011

Road to Bandung part III

4 Februari 2010

Drut drut drut……drut drut drut…….(sumpah ini bukan kentut, hehehe), getar alarm hp pun berbunyi, memaksa sebagian tubuhku untuk bergoyang mengikuti irama getaran hp yang sudah bersahut-sahutan dari tadi menunjukkan bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 4.30 sesuai kesepakatan tadi malam.

Aku dengan susah payah beranjak bangun dan mematikan hp dengan sedikit sentakan *halah. Yoga pun juga sudah terbangun dan mulai beraktivitas bagi dirinya. Hari ini pun dimulai dengan semangat, solat, mandi, sarapan kami lakukan dengan cepat dan efisien karena takut Yoga akan terlambat mengikuti kuliah paginya yang dimulai jam 7 (*wajah+rambutnya yang keriting terlihat seakan saling berpacu agar tidak terlambat, hohoho). Dengan didampingi buleknya, kami pun sarapan pagi dengan lezat (*tapi g bisa makan banyak ni, tau diri lah, hahaha ^^). Dan pukul 06.10 kami pun berangkat…..

*tak lupa, sebelum berangkat, kami sempatkan diri untuk berfoto ria di depan rumah buleknya Yoga yang beralamat di Jalan Polo Air 13 untuk kenang-kenangan, hahaha. (oh ya kami dapat tebengan dari Yogya untuk berangkat bareng karena tujuan pertama kami memang ITB, *yeee…….lumayan ngirit 6 ribu, hohoho)


1. ITB

Waw, Bandung memang kota yang sibuk (baca: macet, -red.), jam 6an gini aja, jalanan udah mulai penuh dengan anak sekolah dan mobil-mobil yang berserakan di jalan (*pantesan di sini g ada program sego segawe, huhuhu). Sepanjang perjalanan menuju ITB, praktis kami bermobil dengan kecepatan sedang-sedang saja (*mirip lagu dangdut), hohoho. Tapi dengan kesabaran+skill mengendarai yang hebat, kami pun berhasil menembus jalanan kota Bandung dengan cepat. Bahkan bisa dibilang, Yoga sampai ke ITB itu kepagian alias belum banyak temen-temennya yang sudah nongol, hahaha.

Sesampainya di ITB, kami pun sempat berjalan-jalan keliling kampus ini dengan dipandu oleh Yoga. Setelah berjalan-jalan selama 15 menit, kami pun menuju tujuan utama kami, yang tak lain adalah KAMAR MANDI (*sumpah dari tadi udah kebelet pipis karena di sini lumayan dingin, hahaha). Bukan Jegu namanya kalau tidak iseng, dia pun mengambil kamera dan memotret Yoga yang sedang pipis. (Hahaha, terjadilah baku hantam di sini, membuat keduanya bersimbah darah dan mereka kehilangan keseluruhan gigi serinya. Yoga mengalami bocor di pelipis kanannya, Jegu mengalami patah tulang hidung karena nyosor masuk ke pispot).

*oke, yang di dalam kurung itu cerita di imajinasi saya, wakaakak ^^


Jarum jam menunjukkan 6.55 (*ih, bohong banget, kami kan pake jam digital di hape, jadi g ada jarumnya, hadudududu). Tibalah saatnya Yoga untuk kuliah, kami pun berpisah dengan derai air mata, pelukan hangat penuh emosi, dan sedikit kecupan di kening yang mampu membuaikan sejenak tubuh ini membuat kami melayang di atas awan. (haduh, yang ini juga Cuma boongan, wakakak). Bersalam dan pegang rambutnya yang keriting adalah ritual yang kami lakukan. Dan tak lupa dadah….eh bukan tangaaannnnn….tangan pun kami gerakkan kiri kanan. Hihihi.

Sepeninggal Yoga, kami (aku dan Jegu lagi) mulai berkeliling ITB lagi. Karena mulai bosan, kami pun berhenti sejenak untuk memikirkan rencana tujuan wisata hari ini. Terlihat dari kejauhan, sebuah computer nganggur memaksa kami untuk menghampirinya dan kembali kami memanfaatkan fasilitas INTERNET GRATIS !!!, horeee…….kami kembali searching, liat email, dan mencari tempat wisata. Tetapi, kami baru sadar bahwa sekarang masih pukul 07.13, belum ada objek wisata atau mall yang sudah buka.

Kami pun lemas tanpa daya *halah, untuk mengisi waktu hingga pukul 08.00, kami pun memutuskan untuk berjalan-jalan (benar-benar jalan) lagi di sekitaran Bandung. Tanpa disangka, di tengah perjalanan, kami menemukan objek wisata yang bisa dibilang aneh atau tak lazim. Okey, cekidot, after thes…(omong apa sih, hahaha)
* selama perjalanan menuju ITB atau selama di ITB, kami kembali bertemu (lagi) dengan beragam Neng Geulis yang lucu-lucu. Hadudu, sebagian foto dari mereka pun berhasil direkam dengan baik oleh Jegu. *Good Job, jeg !


2. Rumah Sakit Boromeus

Inilah tujuan wisata kami selanjutnya, yap benar ! sebuah objek wisata yang tak lazim dikunjungi, yaitu Rumah Sakit Boromeus (maaf, kami memang rada aneh karna memang beneran bingung untuk ngisi waktu mpe jam 8, wakakaak). Di sini g ada sesuatu khusus yang kami lakukan, mencoba mengobok-obok isi rumah sakit, sedikit foto-foto, dan naik-turun tangga. Wakakak sumpah geje beneran !!!, ^o^a. di lantai 4, kami sempat dicurigai oleh petugas (disangka teroris kali ya, wakakak).

Terus akhirnya kami ngeles mau ke atas bangunan ini pokoknya. Sesampainya di lantai paling atas, kami kembali berfoto ria dan melihat keluar bahwa view di sini juga cukup indah. Hehehe. Setelah puas, kami pun turun dari puncak rumah sakit ini menggunakan lift.

*ketika di rumah sakit ini, kami sering diliatin oleh orang lain. Engga tau kenapa, atau mungkin kami memang mencurigakan gitu, wakaakka. Ohya, kami juga sempat mencoba kamar mandi di sini. Lumayan enak, hahaha !


Keluar dari rumah sakit, tubuh kami ternyata masih bersemangat untuk jalan. Yasudahlah, berawal dari mencoba-coba jalan tembus yang baru, kami baru sadar bahwa ada jalan pintas menuju Monumen Perjuangan apabila kami dari tulisan DAGO itu (berarti waktu pulang kemarin, kami muter jauh banget lho, hadudu)
Kami sampai di Monumen Perjuangan (lagi), berhenti sejenak untuk mengambil foto di sini dengan format pagi hari. Ditemani oleh para adek SD, anak balita lengkap dengan ortunya, lansia, dan beberapa Neng Geulis, kami pun kembali berfoto ria dengan bangganya. Hahaha dasar gila !. kami terus berjalan melewati taman Telkom dan Lapangan Gazibu.

Lantas, terlihat dari kejauhan Museum Pos Indonesia.
*di sepanjang taman, kami mendapat foto-foto keren nan imut, entah dari view Monumen Perjuangan, aktivitas anak SD, Balita, Neng Geulis, sampai-sampai ada Lansia yang hampir jatuh pingsan.


3. Museum Pos Indonesia

Oke, setelah tanya- tanya lagi dengan banyak orang, akhirnya kami sampai juga di Museum Pos Indonesia, horeeee…….As usual, kami menjalankan ritual untuk berfoto bersama terlebih dahulu di depan pintu masuk gedung ini. Setelah puas, kami pun absent (emang sekolah) mengisi daftar hadir. Lagi-lagi kami menjadi orang pertama (dan kedua tentunya) yang memasuki museum ini (inilah keprihatin Indonesia, anak muda zaman sekarang kurang peduli dengan sejarah maupun museum-museum di sekitar mereka, hadudu *pidato memperingati Hari Pahlawan, hehehe).

Masuk gedung, lihat-lihat sana-sini, kami pun mulai terpukau dan terkagum-kagum dengan fasilitas, alat-alat dan perkembangan Pos Indonesia. Di sini pun kami sempat membuat video klip kami yang kelima. Setelah dirasa cukup puas mengamati dan menyatroni satu-persatu ruangan, kami pun beranjak dari museum ini

* btw, di sini ada kamera cctv-nya lho, keren abis ! hohoho, ada kotak pos yang beratnya puluhan kilo juga, terus perangko-perangkonya juga langka-langka gitu.



Naik angkot sekali dan turun di Stasiun KiaraCONTONG eh kiaracondong (*nama stasiun ini emang g enak banget og, hehehe). Kami memesan tiket pulang ke Jogja terlebih dahulu. Karena memang kami berpikiran untuk pulang malam ini. Nah, agar mendapat kursi yang legal (g kayak waktu berangkat, yang UNTUNG aja dapat kursinya, hohoho), kami memesan tiketnya pagi hari. Selepas dari sini kami pun berjalan menuju salah satu mall yang termahsyur di Bandung.

* lagi-lagi kami bertemu dengan sekelompok Neng Geulis di sini. Yang ini sudah SMA, lucu-lucu sih. Tapi kok pas jam sekolah kayak gini mereka maennya ke stasiun? Anehnya mereka sempat-sempatnya berdandan juga di sini, hadudu mereka mau ngapain si sebenarnya ? wahwahwah, benar-benar MENCURIGA…….DUL, huhuhu


Berpindah dari stasiun, kami bergerak menuju timur. Melewati Pasar Kiaracondong yang sangat ramai dan banyak penjual yang bersliweran di sekitar sini, hadudu. Membuat perjalanan kali ini cukup menantang, menantang bau para pedagang, panas terik matahari, senggolan bawaan/gendongan para pedagang adalah tantangan besar di sini.

Penataan pasar yang masih semrawut membuat langkah kami sedikit tersendat. Beruntung kami memiliki kemampuan jalan cepat dan bergerak zig-zag sehingga dengan cepat kami meninggalkan pasar ini. Hadudududu….
Setelah 30 menit berjalan, ditemani macetnya Bandung, akhirnya kami pun sampai di depan salah satu mall terbesar di Bandung. Huahaahaa…….capek ^^


4. Bandung Super Mall

Helaan napas kami pun kembali normal, setelah tadi bronkiolus dan alveolus kami meronta karena pekatnya debu dan asap kendaraan (*halah lebay ^^). Kami pun masuk Bandung Super Mall dengan gagahnya, berputar-putar, naik turun escalator pun kami jalani. Puas berkeliling kami pun naik ke lantai teratas, yaitu lantai tempat mainan anak-anak. Sesampainya di sana, kami pun dibuat berdecak kagum. Masa’ di dalam mall ada dromolem og piye (baca: bianglala, komedi putar, -red.)? di situ juga terdapat kuda berputar, arena ketangkasan, dll. Jadi ya semacam ada sekaten atau pasar malam di dalam gedung gitu lah. Keren pokoknya ! hehehe ^^

Puas mengamati (ya iyalah masa’ kami mencoba mainan tadi), kami menuju depan mall untuk berfoto ria dengan background naga besar dan megahnya gedung ini. Keren dah pokoknya, hohoho

*tapi di sini g terlalu ramai ternyata, atau kami yang datang kepagian ya? Hehehe



Keluar dari mall, kami kembali berjalan lagi. Namun baru beberapa langkah, insting saya berdenyut dan mengatakan bahwa ada seseorang yang sedang mengamati kami dari kejauhan. Setelah mengamati ke seluruh penjuru arah rasi bintang (Orion, gubuk penceng, alpha centaury *bentar! Emang kelihatan ya? hihihi), saya menyadari bahwa pandangan tajam itu berasal dari mbak-mbak yang berada jauh di depan kami dan sedang menuju kea rah kami. Kami pun berusaha biasa saja, akan tetapi, semakin dekat pandangan itu malah semakin tajam bin wajah bingung. Sesaat sebelum berpapasan akhirnya mbak-mbak atau teteh-teteh itu akhirnya menyapa kami, simak percakapannya :

Mbak-Mbak Dengan Tatapan Tajam (MMDTT) : “Maaf Mas !”
Kami (K) : “Oh ya, ada apa ya Mbak?”
MMDTT : “Kok kayaknya saya pernah melihat kalian ya?” (dengan wajah bingung)
K: “heh ? Dimana Mbak?” (saya bingung dan berusaha mengamati sembari mengingat tampilan mbak-mbak ini)
MMDTT : “Oh iya, saya inget ! Kalian kemarin ke Gedung Sate kan?”
K : “Iya Mbak, kok tau?”
Saya (S) : “ehm, Mbak Dewi ya?” (saya bilang begitu karena mbak-mbak ini memang mirip Mbak Dewi, Cuma kali ini dia g berkerudung, jadi saya bingung)
MMDTT : “Oh, bukan-bukan, saya kakaknya”
Jegu (J) : “Loh, mbak kok bisa tau kami?”
MMDTT : “ehm, kemarin kan saya liat foto-foto di kamera adek saya, nah, saya ingat wajah kalian dan jaket merah (jaket PD merah ngejreng-red.) kalian itu”
K : “Walah….” (baru paham)


Akhirnya, kami pun malah ngobrol dengan teteh-teteh itu (yang akhirnya kami tahu namanya adalah Fatma). Dia pun malah ngajakin kami maen ke rumah (*nah lo, mau dikenalin ke ortunya ni kayaknya, wakakaak ngarep ^^) dan ke tempat kerjanya gitu. Karena perjalanan ke barat (emang mencari kitab suci ^^) masih jauh, kami pun menolak dengan halus ajakan tersebut dan mengucap salam perpisahan. Dan kami pun naik angkot untuk menuju pusat oleh-oleh (horeeee…..)

*heran……emang wajah kami gampang dikenali ya ? atau jaket kami yang terlampau keren?, hahaha ya sudahlah



5. Cibaduyut

15 menit berkendara dipandu Neng Geulis (selalu ada ni, hahaha), kami akhirnya sampai di Cibaduyut. Kami pun langsung menuju pusat oleh-oleh untuk bertransaksi. Setelah mencicipi beragam makanan yang tersedia, kami pun langsung lari pergi, (Ya enggaklah ! ^^), kami menukar uang kami dengan puluhan makanan nan menggelitik perut. Lantas, kami titipkan makanan tersebut kepada teteh sang penjual.

Kami pun kemudian bergerilya mencari pernak-pernik yang bisa dibawa pulang (tentunya setelah membayar lho, g asal ngambil). Di Cibaduyut ini terkenal dengan sepatu dan tas yang terbuat dari kulit gitu. 30 menit menit mencari akhirnya kami pun malah membeli kaos dan pernak-pernik saja. Lantas, kami bergegas kembali ke tempat tadi dan langsung mengejar angkot karena hujan mulai mengepung Bandung. Hohoho lari-lari di Bandung……

*tempatnya bagus lho Cibaduyut itu, semacam Manding di Bantul, tetapi lebih ramai di sini. hohoho


6. Pabrik Coklat

Hujan pun membanjiri Bandung, mecumbu tanah Bandung dengan derasnya, kecupkan kesegaran di setiap tetesan hujan. Hadududu didesak-desak ni pas di di dalam angkot (haduh, bisa jadi kurus ni saya ^^). Kami bergerak menuju objek terakhir kami yaitu Pabrik Coklat. Ya, saya pengen membeli coklat di sini yang katanya enak dan murah. Hohoho. Setelah 25 menit berangkot basah, kami pun sampai di tempat tujuan, ternyata pabriknya tu deket pabrik meses terkenal itu. Tanpa banyak basa-basi, saya pun membeli coklat dan langsung pulang. Huhuhu capek beneran soalnya setelah bergelut dengan hujan, hohohoho

* di sekitar lokasi pabrik ini jalannya banjir lho, mpe jegu harus merelakan sepatunya dicumbu air hujan plus selokan yang warnanya kayak brownies, huhuhu


sepulang dari pabrik coklat, habislah objek wisata yang kami kunjungi, lagipula sudah sore sekitar jam 4an, padahal jegu juga ada perwalian dosen dan kami juga belum makan siang plus siap-siap packing untuk pulang.


Selesailah kisah hari ketiga, karena cerita kepulangan akan dibahas di waktu kepulangan
(ya iyalah, hohoho)



My eighth task on 2010
12th of Februry, 06.11-08.56

Tidak ada komentar:

Posting Komentar