Minggu, 25 Desember 2011

hari pertama Ramadan tahun ini

hahaha, entah kenapa saya merasa perlu berbagi cerita dengan kawan kawan semua. Karena sepertinya hari ini lumayan aneh lho, hahaha. Nah, silahkan perhatikan (what the) fun fact-nya :

Hari ini adalah hari pertama di bulan Ramadan 1432 H, nah ketika bangun sahur, saya merasa bahwa saya tidak tidur malam, karena saya menganggap bahwa tadi pagi itu masih jam 10 malam. Dan akibatnya saya musti dilabrak si Bos agar bisa menunaikan ibadah sahur. Wkwkwk

kemudian setelah solat subuh, saya sempat membuka fb dan menemukan (dikasih tahu adek kelas ding –red.) bahwa di website iklan bioskop 21 terdapat kesalahan dalam penulisan tentang Ramadan. Tulisannya kira-kira begini “Selamat datang bulan Ramadan 1 Syawal 1432 H”, nah terus sempat membuka foto (yang disarankan adek kelas saya), terdapat lagi foto spanduk yang bertulisan hal yang hampir sama dengan tulisan tersebut. Ckckck parah –a

kemudian menjelang siang, saya berangkat ke kampus untuk mengecek perkembangan informasi. Nah, ketika pulang mau mengambil motor tiba-tiba perhatian saya teralihkan pada sesuatu yang bergerak cepat di belakang saya. Sembari menengok ke belakang saya tetap berjalan dan seketika tiba-tiba seakan gerakan slow motion saya menabrak tiang tempat parkiran dan hilanglah sudah sesuatu yang bergerak cepat tadi. Hadoh sakit bre

kemudian saya beranjak menuju tempat servis motor, nah ketika motor saya diservis, tiba-tiba terjadi kecelakaan di seberang bengkel tersebut. Nah, karena penasaran maka saya mendekat ke korban yang ternyata 2 anak kecil yang kira-kira berumur 7-9 tahun. Satu hal yang membuat saya tercengang adalah anak kecil tadi hidungnya mengeluarkan darah yang cukup banyak, dan saya mencoba sebisa saya untuk membantu anak tersebut… nah, yang membuat saya cukup syok adalah kemarin, baru kemarin ! sepupu saya juga habis jatuh dengan kondisi hidung yang sobek lumayan besar. Ckckck masa’ dalam 2 hari ketemu 2 hidung yang mengeluarkan darah lumayan deras. Hadeh

sepulangnya dari bengkel, saya melihat pemandangan yang mengenaskan di sebuah pertigaan kota Jogja. Ada seorang anak kecil yang dia terlihat menangis dan mengata-ngatai sebuah mobil yang (mungkin) menolak memberikan uang recehnya kepada anak tersebut. Anak itu berteriak-teriak, menangis, dan mengatai pengguna mobil itu dengan kata “Sombong“

wah wah wah, ada ada saja cerita di awal ramadan ini. Ini baru hari pertama dan masih di Jogja. Gimana besok kalau saya di Tuban ? Cerita seru apa saja yang akan saya temui ? hmmm… hanya Allah yang tahu, semoga bermanfaat buat saya, see you in Tuban kawan, hehehe J





nb: 3 acara sudah saya lewatkan demi Geologi ini kawan

(Muslim Fair,Pawai,Sleman)





My fifthteenth (thirty fourth) task on 2011
1st of August 2011
13.51-14.13

Rabu, 07 Desember 2011

Seger-seger di Ramadan

Kata guru TPA waktu saya masih SD dulu, kalau pas bulan Ramadan itu semua setan akan dikurung di neraka. Ga ada satu pun setan yang berkeliaran di muka bumi, semuanya berada di neraka dan disiksa sampai (minimal) lebaran depan. Dan kemudian pintu surga di buka selebar-lebarnya dan Allah pun dengan LUAR BIASA mengobral semua pahala, ampunan, dan kemuliaan-kemuliaan lain selama bulan Ramadan…



Jadi seandainya MASIH SAJA ada manusia di dunia ini yang berbuat maksiat selama bulan Ramadan, berarti jelas-jelas itu bukanlah ajakan setan. Itu jelas merupakan nafsu atau kebodohan dari manusia tersebut. Dan setan pun (mungkin) diizinkan membela diri seandainya disalahkan oleh manusia yang tidak tahu diri tersebut. Dan mungkin kategori orang seperti ini dapat dimasukkan dalam golongan makhluk yang LEBIH HINA daripada setan, karena dia sudah memfitnah setan yang (mungkin) sama sekali tidak mengajaknya untuk berbuat sesat.



Lantas, kenapa bulan Ramadan itu tidak terjadi pada sepanjang tahun ? kenapa hanya sebulan ? Jawaban konyilnya adalah kalau bulan Ramadan terjadi pada sepanjang tahun, maka namanya pasti BUKAN BULAN RAMADAN, tetapi TAHUN RAMADAN. Hahaha. Oke, back to topic, namun ada satu hal yang seharusnya menjadi keuntungan kita sebagai umat nabi Muhammad, karena sesungguhnya umat nabi Muhammad itu bersyukur karena mereka bisa merasakan apa yang dinamakan bulan ramadan. Karena apa, umat-umat terdahulu tidak merasakan yang namanya bulan ramadan. Mungkin memang benar adanya, kalau umat terdahulu merasakan namanya puasa, tetapi mereka tidak menamakan apa yang dinamakan BULAN RAMADAN.



Maka itulah, kita sebagai umat nabi Muhammad, harusnya bersyukur dengan luar biasa karena merasakan bulan Ramadan. Tentunya cara bersyukur terbaiklah yang seharusnya kita lakukan, bisa dengan bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah selama bulan Ramadan.



Oke, kembali ke pertanyaan di atas, lantas kenapa Allah ga memberikan Ramadan itu sepanjang Tahun, kenapa hanya diberikan selama satu bulan saja. Oke, kita pakai analogi ya, teman-teman pernah merasa kehausan kan ? lantas gimana rasanya kalau kita terus minum air ? Pasti rasanya langsung maksyer segar mengisi kerongkongan kan ?

Nah, sebaliknya pernah teman-teman ga merasa haus atau mungkin kenyang tetapi diminta untuk minum, rasanya gimana? Biasa-biasa aja kan ? Nah, itu dia kenapa Allah hanya memberikan Ramadan itu hanya satu bulan saja, jadi Ramadan memang dijadikan momentum yang sangat pas untuk kembali menyegarkan rohani, jasmani, dan semangat dalam menjalani kehidupan yang indah. Seperti halnya orang yang selesai lari maraton berapa puluh kilo, kemudian dia beristirahat sejenak meminum air yang itu sangat segar, maka efek yang dirasakan oleh orang tersebut sungguhlah kenikmatan yang tiada tara, yang mampun membuatnya kembali segar, semangat, dan bergairah untuk kembali menjali hidup, mengejar Ridho Tuhan-Nya dengan sekuat tenaga, penuh dorongan yang luar biasa...



Tetapi kenapa hanya umat Nabi Muhammad yang mendapatkan rahmat berupa Bulan Ramadan. Kenapa umat-umat sebelum Nabi Muhammad tidak mendapatkan rahmat yang begitu LUAR BIASA ini ? (mungkin) hal ini dikarenakan karena kebanyakan dari umat nabi Muhammad yang berumur pendek (begitu pula fisiknya yang bertubuh pendek *awas, jangan ngejek penulis, haha -red). Mungkin jika surga itu memiliki standardisasi amalan yang layak diperhitungkan sebagai syarat manusia agar bisa masuk surga, dengan catatan umur yang pendek, maka amalan yang dipunyai kita tidaklah bisa menembus AKMS (Angka Kelayakan Masuk Surga-red), sehingga Allah mengatrol atau memberikan diskon amalan kita semua sehingga bisa menembus angka kelayakan tersebut. Lihat saja keutamaan puasa ramadan, semisal 10 hari pertama adalah saat Allah mengobral barakahNya, kemudian 10 hari kedua yaitu ampunan yang tak terkira, dan 10 hari ketiga yaitu dijauhkannya kita dari api neraka. Kemudian dari pelaksanaan solat tarawih, dari malam pertama yang pahalanya berupa “keluar dosanya layaknya bayi yang baru lahir“ , kemudian pada malam kelima, Allah Ta’ala memeberikan pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, masjid Madinah dan Masjidil Aqsha. Yang kalau tidak salah solat di sana sama dengan berpahala 100-1000 kali solat di masjid-masjid sekitar kita, lalu Pada malam ketujuh belas, ia diberi pahala seperti pahala para nabi.



Kemudian, kalau kita membaca ayat suci Al Qur’an, kalau pada hari biasa kita mendapat 1 kebaikan setiap 1 huruf yang kita baca. Namun, di bulan Ramadan ini kita bisa sampai mendapatkan pahala bak 7 batang padi yang setiap batangnya terdapat 100 bulir (ih waw, 700 kebaikan masbro, itu baru satu huruf saja lho). Sungguh pahala yang berlimpah ruah. Nah, dan masih banyak lagi keutamaan Bulan Ramadan itu sendiri. Maka itulah, seharusnya umat nabi Muhammad ini mampu memanfaatkan momen ini dengan ibadah dan kegiatan yang benar-benar berkualitas dan yang sesuai dengan tujuan kita dalam bulan Ramadan ini (yaitu menjadi orang yang bertaqwa, betul?)



Nah, jelas sekali kan keutamaan bulan Ramadan, itu baru seupil yang diceritakan, belum semuanya, tapi it’s okay, yang penting setelah membaca bacaan yang semoga bermanfaat ini marilah kita berbenah diri dan semakin membuat kita semakin terhormat di mata Allah. Betul ?





Dan mungkin di akhir Ramadan kita berteriak bersama sama dengan para sahabat kita dengan bangganya,

“Ini Ramadanku yang berkualitas, gimana Ramadanmu ? Pasti berkualitas juga kan?“





My fourthteenth (thirty third) task on 2011

1st of August 2011

13.05-13.40

Kisah para pencari perizinan yang luar biasa (merana) part 3 (end)

sesampainya di rumah, saya kemudian langsung membuat tulisan/notes ini, namun entah kenapa, laptop Eko itu mati-hidup secara tiba-tiba. Waduh, bikin males dan kesel, akhirnya saya pun memutuskan untuk tidur padahal waktu itu jarum jam belum selesai menyelesaikan putaran pada pukul 22.00. hadoh

second day

sayup-sayup adzan terdengar menghiasi perumahan dimana Eko tinggal, saya pun terkesiap dan segera membuka kelopak mata sembari berusaha mematikan alarm hp saya yang sedari tadi ternyata sudah meraung-raung mencoba membangunkan saya. Saya pun bangun dan segera membangunkan Eko yang tadi malam berjanji untuk mengajak saya solat di Masjid Agung Gresik. Namun, karena kunci motornya tidak ada, maka pupus sudah harapan saya untuk solat di sana hari ini, sebagai gantinya, Eko mengajak saya solat di perumahan rumahnya....hohoho

seselesainya solat, saya pun berusaha menyelesaikan notes ini, namun karena lagi-lagi laptopnya Eko mati-hidup akibatnya saya menjadi males untuk melanjutkan notes ini. Saya pun hanya melihat berita dan mencoba menghubungi teman-teman dengan bersms ria.

pukul 6. biasanya ini adalah waktu efektif saya untuk melakukan ritual “panggilan alam”. Namun sayang, kamar mandi rumah Eko yang hanya ada 1 dan itupun sedang dipakai Bapaknya mandi dan setelah itu juga sudah dibooking ibunya karena beliau berdua sudah bersiap untuk menuju tempat bekerja. Akibatnya saya memanggil Eko untuk sekedar menemani saya menuju masjid tempat kami tadi pagi solat Subuh. Setengah berlari saya segera menyongsong dengan penuh semangat, kamar mandi yang ada di masjid tersebut. Akan tetapi, takdir berkata lain, ternyata oh ternyata “TIDAK ADA WC-NYA, BAHKAN JONGKOK SEKALIPUN” . saya terdiam dan berusaha untuk menahan tawa, kami pun kembali ke rumah Eko dengan harapan bapak dan ibu Eko sudah menyelesaikan hajatnya. 1, 2, 3 menit berjalan sangat pelan, bahkan lebih pelan daripada slow motion gerakan alam yang dilihat oleh orang yang sedang jatuh cinta. Baru pada menit ke-5, ibu Eko selesai menggunakan kamar mandi. Tanpa banyak ba bi bu, saya masuk kamar mandi dan terjadilah kembali peristiwa Bom Nagasaki dan Hiroshima secara tragis... wkwkwk

setelah semua keperluan sudah dilaksanakan, mandi dan makan yang dilakukan secara marathon, kami pun siap berangkat menuju ke Surabaya. Dan kabar baiknya, bapaknya Eko rela untuk izin telat ke kantornya hanya untuk mengantar kami berdua ke Surabaya. Wah baiknya... *give applaus to Eko’s father.

melewati tol demi tol, kami segera menyelusuri Kota Gresik dan segera menuju ke Surabaya dengan cepatnya. Kota Gresik yang dikuasai oleh Pabrik Semen ternyata juga memiliki sisi keindahan yang cukup menarik. Sungguh potret kota yang menawan....

ada 1 hal menarik di sini, yakni foto publikasi Semen Gresik yang berwujud foto anak kecik yang sedang menggapai sesuatu. Dan ternyata oh ternyata, foto anak tersebut mirip sekali dengan anaknya ibu penjual angkringan di depan kos ardha, namanya Nana, sumpah mirip sekali... wkwk

tak sampai 1 jam, kami segera sampai di Surabaya dan langsung menuju kantor Kesbangpol. Setelah berucap terima kasih dan maaf karena merepotkan bapaknya Eko, kami pun bergegas masuk ke dalam kantor. Eko yang dari awal sudah mengenakan jas almamater UGM terlihat sangat bersemangat. Namun, fax dari Jogja baru dapat dikirim menjelang pukul 09.00. sembari menunggu kiriman fax, kami pun menonton pertandingan voli para pegawai yang lumayan lucu bin ngakak... :p

akhirnya setelah sekian lama menunggu, datang juga fax dari Galih yang mengabarkan bahwa fax dari Jogja sudah dikirim, kami pun segera merespon dengan bergegas menuju ruang perizinan. Setelah menunggu beberapa menit, surat tersebut akhirnya jadi dan kami pun berucap Alhamdulillah setelah berjuang selama 2 hari ini. Terima kasih Allah, terima kasih ardha, eko, ansori, galih, dito, vicky, alfian, dan billy. You all are the best... :D

nah, setelah selesai suratnya, saya minta izin kepada ibunya untuk mengirimkan surat tersebut ke Kesbangpol Tuban dan Bojonegoro. Nah, cerita lucu terjadi di sini. Usut punya usut dan ternyata oh ternyata, ibunya tidak dapat menggunakan fax dengan baik, sehingga sempat terjadi kekisruhan di kantor tersebut gara-gara ulah ibu tersebut dan itupun karena permintaan kami. Wkwkwk kami merasa bersalah namun sambil tertawa sendiri. Wkwkwk maaf BU... :p

selama proses kisruh tadi, kami diajaka ngobrol sama ibu-ibu yang baik dan modis. Beliau bercerita tentang anaknya yang kuliah di ITS, kalau ga salah anaknya sudah ada yang bekerja juga, namun fokus pembicaraan ini lebih kepada anak yang kedua, beliau bercerita tentang anaknya yang pada bulan Juli ini akan menuju ke Jogja untuk liburan, beliau pun bertanya-tanya mengenai Jogja kepada kami, sembari disuguhi sawo dan bakpia pathuk (*lah ini kan dari Jogja Bu, protes saya kepada ibunya, hihihi)

*FYI : foto anaknya yang ternyata perempuan, ada di meja kerja ibunya lho, lumayan membuat terkesima pula. Ckckck :D

keseluruhan proses akhirnya dapat diselesaikan pada pukul 10.30. awalnya saya mau menyusul Ardha ke Tuban, namun karena tidak mengetahui medan dan akses yang tergolong rumit, saya memutuskan untuk kembali ke Jogja saja. Setelah menghitung perkiraan waktu, perjalanan yang akan saya lalui adalah 7-8 jam. Maka mau tidak mau, saya harus meninggalkan kota Surabaya pukul 13.00 agar tidak kemalaman sampai di Jogja...

kemudian, diputuskan bahwa saya hanya akan berkeliling kota Surabaya sembari mencari jalan untuk kembali ke terminal, karena jujur saya sendiri masih belum begitu paham kota Surabaya. Tujuan pertama adalah Taman Makam Pahlawan Mayjend Sungkono, sebuah objek yang tidak biasa. Sembari mengabadikan tempat peristirahatan terakhir para pahlawan bangsa ini, saya membaca banyak tulisan-tulisan yang benar-benar membangkitkan semangat. Kata-kata “Merdeka atau Mati” , “Bakti kami untuk negeri”, “Ini adalah perjuangan kami, setelahnya kami percayakan perjuangan kepada generasi kami berikutnya”, dll. Waw, diam saya... :D

karena siang semakin terik, kami pun beranjak menuju pusat kota, yang tak lain adalah Tugu Pahlawan. Kembali menyetop lyn DA, kami segera bergegas menuju Tugu Pahlawan. Dan lagi-lagi di dalam lyn, kami terlibat pembicaraan dengan ibu-ibu yang baik dan ramah sekali. Meskipun saya membuka topik pembicaraan dengan pertanyaan yang tidak lazim, yakni, “Bu, arah barat mana ya?” hahaha... ibunya langsung ketawa, dan bertanya, “lah mau kemana Mas?”. Lantas pembicaraan pun semakin hangat, kemudian beliau bercerita tentang Jogja dan Surabaya. Waw, benar-benar ibu yang baik...

sesampainya di Tugu Pahlawan, adzan berkumandang, kami pun memilih untuk solat terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan. Di masjid, kami bertemu dengan bapak-bapak yang dengan sangat baik, beliau mengingatkan kami untuk menyimpan sepatu di tempat yang aman. Padahal sebelumnya kami belum kenal dan bahkan belum terlibat pembicaraan sedikitpun. Ketemu dan beliau langsung nunjuk arah tempat yang aman begitu, *ckckck aneh. Tapi yasudahlah, kami manut saja.

kemudian setelah solat, Eko pun tak tahan untuk mengajak saya makan, oke, kemudian dia memesan 2 mangkok soto untuk kami berdua. Sembari mengcharge hp saya yang mulai KO, kami melahap soto dengan penuh semangat. Dan lagi-lagi makan ini terasa sangat ueeenaaak...

lantas, kami bergerak menuju ke Tugu Pahlawan untuk melanjutkan perjalanan, sekedar untuk dokumentasi, kami sempat berfoto di depan Tugu. Dan entah mengapa, saya sempat merinding dan mencoba berimajinasi dengan perjuangan tempo doeloe yang begitu luar biasa... kekaguman saya kepada pahlawan kian bertambah

agar efisien dan efektif, saya meminta eko untuk pulang ke rumahnya daripada harus mengantarkan saya ke terminal Bungurasih yang menghubungkan Jogja dan Surabaya. Perpisahan pun kami lalui dengan perasaan yang...... *biasa-biasa saja, wkwkwk

saya segera bergerak menuju lyn P6, di dalamnya saya duduk dengan seorang ibu-ibu yang terus diam, daripada mengganggu saya pun juga ikut diam dan mencoba terjaga, dan gagal, akhirnya sempat tidur 10 menit, wkwkwk...

sesampainya di terminal, saya sempat dikejar-kejar oleh mas-mas yang sedang mencari penumpang, namun, karena tidak ada kepentingan, saya mencoba menolak dengan halus tetapi masnya ngeyel. 1x, 2x, 3x, dan 4x masnya terus memaksa saya yang terus berjalan cepat dan bahkan merangkul saya *SKSD banget nih masnya, wkwkwk. Saya pun kesal karena sudah lapar lagi *out of the topic. Saya beneran kesal dan akhirnya saya pun berhenti berjalan dan diam kemudian memelototi mata masnya. Seketika masnya diam dan langsung pergi karena melihat perubahan drastis dari saya yang tadinya terus tersenyum. Wuuahahaha aman gan :D

akhirnya setelah mencari beberapa saat, saya mendapat juga kursi dari bus M*IRA. Duduk di barisan depan, saya pun langsung melakukan pengamatan penumpang. 10, 20, 30 dan seterusnya hingga bus ini pun penuh juga. Jarum jam menunjukkan pukul 15.05. what? Saya kaget karena hal ini akan berefek pada kepulangan saya di Jogja yang saya perkirakan pada pukul 22.00-23.00. haduh

selama perjalanan , tak ada lagi perjalanan yang berarti. Hingga tibalah di kota Mojokerto. Naiklah seorang mbak-mbak yang saya taksir berumur sekitar 20an. Coba saja kursi di samping saya itu kosong, pasti mbak-mbaknya sudah saya suruh duduk di samping saya. Namun karena ngantuk tingkat berat, saya biarkan mbaknya saja dan saya pun bergegas ke pulau mimpi. Hehe

15 menit setelah mbak-mbak tadi masuk, ibu-ibu yang duduk di samping saya pun turun juga. Wahaha, ada potensi mbaknya duduk di samping saya nih, karena memang kondisi bus waktu itu penuh. Tanpa disangka, mbak-mbaknya beneran duduk di samping saya, wkwkwk uhuy. Tapi lagi-lagi karena saya ngantuk, saya diamkan saja mbaknya. Hihihi

30 menit setelah saya tidur, akhirnya saya segar kembali. Karena bosan ga ada yang bisa dilakukan selain main hp padahal baterainya tinggal sedikit, maka saya pun memutuskan untuk mengajak ngobrol mbaknya. Mencoba memperhatikan mbak-mbaknya yang sebenarnya biasa-biasa saja, dengan pakaian putih hitam bak kotak catur, dikucir ke belakang rambutnya sebahu, aya mencoba menggali topik pembicaraan yang bisa saya obrolkan dengan mbak ini. Dan seperti biasa, opening conversation yang konyol selalu saya angkat agar lawan bicara menjadi antusias dan penasaran dengan

pertanyaan saya, yaitu “Mbak, Nganjuk berapa meter dari sini ya (Jombang) ?.

mbaknya, “waduh, sekitar 1an jam mas”,

mencoba ngeyel, “kira-kira berapa meter ya Mbak? “

mbaknya bingung, “waduh berapa ya Mas, (berpikir sejenak), ga pernah ngukur e”, dan mbaknya ketawa

saya mencoba ketawa, “huaaahahahah bener juga mb”

mbaknya, “lha masnya mau ke Nganjuk juga ta (dalam bahasa jawa adalah po) ?”

percakapan berlangsung panjang....

lumayan untuk mengisi waktu, 45 menit bersama mbaknya cukup untuk mengusir kebosanan, mbaknya baik karena mau menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang sebenarnya tidak perlu dijawab karena memang ga ada jawabannya. Tapi It’s okay, mbaknya juga seneng kok ngobrol sama saya *klaim sepihak, hahaha

perjalanan lanjut hingga 4 jam setelah mbaknya turun di Nganjuk. Dan akhirnya saya sampai di Yogyakarta, tepat pukul 23.55. wahahaha sangat meleset dari perkiraan saya yakni 22.00-23.00. dan dengan memelas meminta bantuan billy untuk menjemput saya di Janti. Makasih billy :D



sekian cerita kami dari perizinan Jawa Timur, maaf jika panjang sekali, karena memang ada banyak hal yang bisa kami ceritakan. Terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu, You all are the best guys, We will be success in the future... amin





My twelveth (thirty first) task on 2011

7th of July 2011

16.40-19.48

Kisah para pencari perizinan yang luar biasa (merana) part 2

sembari kami meminta tolong dalam pembuatan surat, secara seenaknya saya dan ardha menguasai pos satpam Kesbangpol Jatim. Dengan dalih meminta pertolongan dan nunut ngeyup, fasilitas pos tersebut yang berupa stop kontak, kursi, dan koran secara paksa kami kuasai. Bapak satpamnya terus masuk ke dalam ruangan. *entah gimana perasaannya, hihihi

1 hal lain yang menjadi kendala adalah bagaimana cara mengeprint proposal yang menjadi salah satu syarat dalam perizinan. Ardha pun angkat bicara, “gimana kalau saya meminta bantuan teman saya yang ada di Surabaya ?”, saya pun tersenyum lebar, “Ide bagus ! Ayooo”

setelah satu persatu masalah mulai menunjukkan titik terang, tibalah saat dimana kami mengalami fase yang disebut PENANTIAN. Sembari menunggu fax dari Jogja, kami pun bertanya kepada Bendot aka Andi dan Jojon aka Dian F, dan ternyata oh ternyata jreng jreng jreng, Jateng pun juga mengalami hal yang sama, kami pun tertawa terbahak-bahak, karena kemeranaan kami pun ternyata tidak sendiri, ada temannya... wkwkwk

satu sms masuk, dibuka, dan ternyata adalah Geo Eko, yang tak lain adalah saudara kita yang paling menyenangkan, yaitu Eko Prastiyanto, dengan senyum yang mengembang *ngarang, dia melaporkan bahwa perizinan untuk Kehutanan Jatim sudah beres, saya pun berucap selamat dan memperkirakan apa yang akan ditanyakan Eko,

yakni “What shoul I do now, Do ?”, dan Eko pun bertanya seperti demikian,

saya bingung dan menjawab sekenanya, “ya udah kamu makan-makan atau jalan-jalan dulu Ko, saya bingung mau jawab apa”,

di luar dugaan, Eko menjawab, “Wah, kalau ga bareng-bareng ga enak Do”,

saya antusias, “waw, ya mau gimana lagi Ko, ga ada akses Bro, kalaupun kamu nyusul ke tempat kami, itu juga jauh”.

-Tak ada jawaban lagi, mungkin dia sekarang sudah terlelap tidur. Wkwkwk-

perut melilit dan meronta, kepala mulai bergetar. Itulah yang dirasakan Ardha, dan mungkin juga saya *tapi enggak terasa e, soalnya udah makan roti tadi (eh, tapi ardha juga kok, - -a). Sembari menanti, Ardha usul bagaimana kalau kami mencari makan terlebih dahulu, saya pun mengiyakan, dan izinlah kami dari Bapak Satpam yang sudah saya usir secara halus dari kandangnya, kami pun bergegas berjalan menyelusuri jalan ketika awal keberangkatan. 10 menit berjalan, kebingungan melanda, TAK ADA WARUNG MAKAN, yang ada hanyalah Jalan tol dan merk junkfood yang terkenal itu. Ya, kami merasa gengsi untuk makan “makanan sampah” *padahal sayang uang dan itu sama sekali tidak mengenyangkan. Kami pun putar balik dan menuju kantor Kesbangpol lagi, rasa gengsi kembali ke pos satpam pun kembali datang, wkwkwk kami pun bertanya ke orang lain, dan akhirnya setelah berjalan hampir 800 m, kami menemukan sebuah warung sederhana dengan menu yang menggoda. Di sanalah kami memuaskan perut kami.

di tempat makan, kami mulai kembali menyusun strategi dan melakukan estimasi, apabila izin ini dapat selesai hari ini, kami akan sekalian menyelesaikan izin Kabupaten, tetapi kalau tidak itu tergantung kondisi nanti. Penantian dilanjutkan dengan ngobrol dengan ibu penjual makannya dan beberapa orang yang ada di situ. 10, 20, 30 menit, fax tak kunjung datang dari Jogja. Saya pun mulai bertanya ngelantur untuk mengisi kekosongan topik pembicaraan. Saya bertanya, “Bu, Suramadu jauh ga? Berapa km dari sini?”. Wkkwwk ibunya ketawa, “wah jauh banget Mas dari sini, masnya harus ke terminal Joyoboyo dulu baru ke Perak, yah kira-kira 30 km dari sini”. Glek ! Jauhnyaaa... pertanyaan tidak saya lanjutkan, dengan basa basi mencoba mendengarkan ibunya yang serius menjelaskan proses menuju ke sana. Karena apa, yang jelas saya tidak tertarik menuju Suramadu kalau begini aksesnya. Hihihi.

makan selesai. Belum solat. Tujuan kami sebenarnya adalah masjid yang ada di sekitar daerah ini, namun setelah mendengarkan keterangan ibunya kalau masjid ada di seberang jalan tol, kami pun mengurungkan niat untuk mencari masjid. Serem e kalau harus melintasi jalan tol, Ardha pun angkat bicara, ke musola Kesbangpol saja Fred, Woke bro kita ke sana. Kembali menyapa Bapak satpamnya yang sepertinya mulai curiga kepada kami kalau adalah seorang teroris. Dalam hati saya bilang, “Santai pak, saya sudah potong rambut. Jadi ga ada yang saya sembunyikan” *Hah?

segar ! itu adalah kata yang saya ucapkan ketika membasuh muka dengan air keran yang mengalir deras. Ternyata Surabaya memang kota yang sangat panas, lebih dari Jogja malah, padahal akhir-akhir ini Jogja panas. Kalo orang sini bilang, “Teng mriki cen puuuuuaaaaaaanaaaaasssse puol rek”. Wkwkwk *ada sisipan huruf vokal untuk menggambarkan keadaaan “sangat”. Hihihi

masuk ke musola, waw adeeeemmmmm. What? Musolanya ada AC-nya coba, mantapnya ! kami pun solat dengan khusyuk *padahal ga ada hubungannya

selesai solat, kami kembali merasakan kebingungan, muncul pertanyaan “What are we going to do ?” kami pun menuju lobi ditemani sofa empuk dengan belaian angin yang semilir. Tak sampai 10 menit, ardha pun sudah tertidur, namun tak lama kemudian dia terbangun, karena datang sms dari temannya yang mengabarkan bahwa proposalnya sudah siap diambil. Dia pun bangkit dan menjemput temannya, karena tak mau merepotkan temannya, temannya disuruh menunggu di depan tempat junkfood yang berjarak 500 meter dari tempat kami sekarang. Dia pun bersemangat... :p

jarum jam mulai menunjukkan pukul 14.30, kepastian fax dari Jogja pun datang, Dito mengatakan bahwa surat baru bisa jadi pukul 15.30 *itupun kalau petingginya mau tanda tangan hari ini juga. ah sial, kantor ini kan bukanya Cuma sampai jam 15.00. saya dan ardha kembali berestimasi mengenai rencana seandainya hari ini suratnya tidak jadi. Muncul ide membagi 2 kelompok lagi, setelah di awal, kami 4 orang membelah diri untuk mengurus Perhutani dan Kesbangpol. Ide yang terbaru yaitu membagi 2 tim untuk stay mengurus izin Surabaya ini dan kelompok satunya mengurus izin Kabupaten. Ide pun ditampung, dan siap didiskusikan dengan Eko dan Ansori. Kami pun bergegas keluar dari kantor ini dan mencoba menghibur diri dengan tertawa... ha ha ha –a

tempat menginap. Untung tadi sempat terpikirkan oleh kami, karena dari kami ga ada satupun yang berasal dari Surabaya. Dan teman-teman kami yang sedang di Surabaya juga sedang tidak di Surabaya, Unair dan Itats juga sedang ujian, akhirnya kami memutuskan untuk menginap di rumah Eko yang terletak di Gresik. Berjarak sekitar 30an km dan lama perjalanan 1 jam *karena kami memakai kendaraan umum dan otomatis jalannya memutar.

saya dan Ardha segera bergerak menuju jalan raya. Tujuan kami jelas yaitu terminal Wilangun, sesuai dengan kesepakatan dengan Eko dan Ansori. Dan untuk menuju ke sana, kami musti menuju terminal Joyoboyo terlebih dahulu baru bisa menuju terminal Wilangun. Menaiki “Lyn warna coklat” *kali ini Lyn nya ga punya nomor punggung. Kami pun menghembus napas tanda kami mulai kelelahan. Di dalam angkutan yang mirip kobutri berwarna kuning kalau di Jogja, ada beberapa anak SMP yang baru pulang sekolah. Mereka terlibat pembicaraan yang menarik sepertinya , 4 anak baru gede ini semuanya adalah cewek, wajah-wajah mereka biasa saja, memiliki garis tegas di wajah dan sesekali menghiasinya dengan senyuman khas Jawa Timur, dengan gaya bicara Jawa Timuran yang menggelitik (*penekanan Iya Ta ? ayo Rek, dan la po ?) adalah kata-kata unik yang terekam dari kota Surabaya ini...hihihi

sesampainya di terminal Joyoboyo, kami pun segera mencari tahu bagaimana cara mencapai terminal Wilangun. Dan kami bertemu dengan orang yang memiliki tujuan yang sama, tetapi masnya mau ke Lamongan. Nah, jadilah kami berbarengan...

di dalam lyn P6 ini, saya , melihat cuplikan lain dari keluarga Indonesia. Ada sebuah keluarga yang masuk ke dalam lyn, di saat kenek meminta pembayaran kepada penumpang, sang Bapak yang duduk di depan menyuruh si isteri untuk membayar ongkosnya. Namun, mungkin karena persediaan duit yang sudah habis, ibunya protes kepada bapaknya sambil melotot, “Bapak bae lah le mbayar”. Seketika bapaknya langsung membayar ongkos tersebut, padahal awalnya dia bilang kalau sudah tak punya duit. Wkwkkw saya ketawa :p

sepanjang perjalanan Surabaya-Gresik, banyak ditemui tambak garam yang berada di pinggir jalan. Saya takjub karena sebelumnya tak pernah melihat tambak garam yang seluas ini. How amazing !

sesampainya di terminal Wilangun, kami sudah disambut sang tuan rumah, yang tak lain adalah Eko. Kami pun lanjut ke lyn hijau kecil yang siap memboyong kami ke rumah Eko. Beberapa saat setelah naik Lyn, datang seorang ibu-ibu dan 2 anaknya yang saya perkirakan sekitar SMA. 2 anak ini semuanya berjilbab, sempat kami terkesima karena melihat 2 anak ini, namun, setelah dilihat dengan seksama, anak perempuan memakai bedak yang suuuueepeer duper tebal yang tentunya malah membuat wajahnya menjadi mirip sebuah topeng yang menarik. Hihihi

sebenarnya harus 2x naik lyn agar bisa sampai ke rumah Eko, namun karena memang sudah dekat dan bosan duduk, kami hanya 1x naik lyn dan berjalan bersama menuju rumah Eko sembari mengamati kota kecil yang bernama Gresik ini. Kotanya cukup ramah, pernah mengantongi gelar Adipura juga, dan tentu berdirinya pabrik semen terbesar di Indonesia adalah di kota ini, yang sangat terkenal dengan brand khasnya “Semen Gresik”

sesampainya di rumah Eko, kami langsung disuguh dengan teh panas buatan Master Eko, rasanya nikmat sekali setelah kami berlelah ria dari Jogja kemudian berpindah-pindah dengan berjalan dan berangkot. Sebuah pengalaman baru dalam dunia perizinan yang tak mudah untuk dilupakan *haiiisshh

MAKAN MALAM ! kebetulan Bapak dan Ibu Eko baru pulang setelah maghrib, sehingga kami pun dipaksa (*padahal seneng), untuk makan. Dengan lauk nasi padang dan nasi yang pas buat kami, kami pun dengan lahap menghajar makanan tersebut. Huhuhu nikmatnya...

bapak ibu eko datang... nah, dengan memasang senyum yang selebar-lebarnya kami mencoba untuk menegur bapak ibunya Eko. Waw, beliau berdua ramah sekali, sehingga kami pun merasa nyaman untuk berada di rumah ini selama beberapa jam ke depan. Hehe

ide baru kembali muncul ! Ardha berinisiatif untuk pulang ke Bojonegoro malam ini, kemudian surat dari provinsi dikirimkan melalui fax langsung ke kantor Bojonegoro dan Tuban. Saya langsung mengiyakan, IDE CEMERLANG ! dan akhirnya kami segera menyusun strategi apa yang bakal kami lakukan besok di Bojonegoro dan Surabaya. Dan akhirnya kembali lagi dibagi menjadi 2 tim yaitu Ardha-Ansori ke Bojonegoro dan Fredo-Eko ke Surabaya. Hal tersebut dibagi berdasarkan kemampuan masing-masing diantara kami yang sudah mengetahui medan... cikicui

tanpa membuang waktu, ardha-ansori pun langsung bergegas, namun sebelum pulang, mereka dicegah oleh Bapaknya Eko. Kata beliau masih ada nasi goreng yang siap disantap. Weh ? Waw adalah kata pertama yang kami ucapkan. Yasudahlah, namanya juga rejeki kami pun langsung menyikat habis makan malam kloter ke-2 ini, tanpa sisa, hanya kertas minyaknya saja

diantar bapaknya Eko ke terminal, ardha-ansori pun sudah sampai di Terminal Bunder Gresik, kami pun mengantar kepergian mereka. Kali ini mereka tak menggunakan bus-bus jawara rute pantura seperti Sumber K*encono dan M*ira, wkwkwk

setelah pulang, tinggalah saya sendiri yang nunut menginap di rumah Eko. Sebelum pulang ke rumah, saya sempat diajak muter-muter kompleks perumahan yang sudah dibilang cukup maju di kawasan Gresik. Melewati Masjid Agung Gresik yang masih baru dan sangat megah, saya pun cukup terhibur melihat kerlipan lampu-lampu jalanan. Hihihi

Kisah para pencari perizinan yang luar biasa (merana) part 1

Bukan bermaksud apa-apa, hanya ingin sedikit bercerita mengenai apa yang kami rasakan, kami lalui, dan kami hadapi selama mencari perizinan di Jawa Timur. Kisah miris, kisah seru, kisah tragis, kisah senang, dan mungkin kisah menantang, kami rangkum selama berada di Jawa Timur, tepatnya di Surabaya, kota pahlawan yang memberikan cerita kepahlawanan bagi kami, tentang bagaimana nikmatnya berkorban bagi orang lain. Dan semuanya berawal dari sini, sebuah kisah klasik di hari senin, 27 Juni 2011... let’s check it out, our best story that have given many thing to us... oh iya kami belum mengenalkan diri, ada 4 personel beatbox di sini yaitu fredo, ardha, ansori dan eko... :D


first day

Perjalanan pada dasarnya dimulai pada minggu, 26 Juni 2011 pukul 21.00 dan kumpul di kosnya ardha. Sedikit kesulitan kami lalui, karena kami kekurangan tim pengantar ke jembatan janti, yang pada awalnya kami plot yaitu dendi, vicky, bima, galih, dan billy. Namun, setelah diingat-ingat ternyata dendi sudah pulang ke Kalimantan, hehe maaf den. Dan sebuah musibah menghampiri saudara kita semua, yaitu bima yang ternyata paginya anak ini mengalami musibah karena jatuh dari motor. Ckckck *cepat sehat ya bim...

Setelah jarum jam menunjukkan pukul 22.00, akhirnya kami berangkat menuju jembatan janti. Setelah menerjang jalanan malam kota jogja, kami pun sampai di emperan jembatan janti. 1 menit 2 menit hingga 15 menit bus tak kunjung datang, kami pun mulai bosan dan segera berbuat keonaran dengan salah satu objek favorit, yang tak lain adalah saudara eko... hehehe. 3, 4, dan 5 bus pun datang, namun semuanya penuh sesak oleh ribuan penumpang *lebay, kami pun setia menunggu datang datangnya bus yang luang dan siap kami jejali. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya datang juga sang ratu “Mira”. Kami pun menyambutnya dengan penuh suka cita dan naiklah kami... dadah kawan, makasih tumpangannya...

Setelah berada dalam bus, kami segera mencari tempat duduk, dan akhirnya didapat formasi fredo-ardha dan eko-ansori. Sang eksekutor atau kondektur pun datang menagih biaya perjalanan yang ternyata setiap orang hanya dihargai 38ribu. *sakit, sangat sakit, betapa hinanya kami sehingga hanya dihargai 38ribu coba ? ckckckck *lebay :D

Penumpang datang silih berganti, lambat laun bus ini mulai dijejali dengan penumpang, bahkan penumpang yang berdiri pun terlihat sesak memenuhi lorong di dalam bus. Bahkan sang kondektur pun rela berdesakan dan bersembunyi lanjut menyelip diantara ketek para penumpang, ckckck pengorbanan mencari nafkah bro ! J

Kejadian menarik mulai terjadi ketika tengah malam, kata ardha di sela-sela tidur yang separo terjaga, ardha melihat bahwa saya dengan pedenya berhiphop ria selama beberapa detik (padahal saya sedang tidur), dan ardha pun tertawa melihat saya... *mungkin waktu itu saya bermimpi saya sedang mengadakan konser dan hampir seluruh penumpang bus ikut berjoget, wkwkwk

Setelah perjalanan yang cukup melelahkan dan panjang yakni sekitar 7,5 jam. Akhirnya kami sampai juga di terminal Surabaya. Terminal ini berada di pinggiran daerah Surabaya (tapi sampai sekarang, saya masih ga percaya kalau daerah ini sudah masuk Surabaya, karena apa, karena di sekitaran daerah ini tulisan daerahnya masih menunjukkan tulisan Sidoarjo-Waru, lah mana surabayanya coba? hihihi)

Setelah sampai, kami pun bersiap untuk membersihkan diri, dan lagi-lagi seorang eko menjadi pusat perhatian, karena pada awalnya dia mengatakan bahwa dia tidak akan mandi *padahal sumpah, wajahnya itu terlipat-lipat karena mungkin selama perjalanan, wkwkwk lucu sekali

Kemudian kami mulai bergerak menuju ke kota Surabaya, namun, kata ansori kita perlu foto-foto dulu ni, dan akhirnya kami berpose sebentar di terminal Bungurasih. Dan catatan sejarah kami pun terpatri dalam frame lensa yang menawan.

Setelah bertanya beberapa kali kepada petugas terminal, akhirnya kami menuju ke Jalur 3 dengan sasaran bus dengan nomor punggung eh nomor bus P5. Kata bapak petugasnya bus ini dapat langsung menuju ke Tugu Muda/Tugu Pahlawan. Dan di sekitar tugu pahlawan, katanya ada kompleks kantor pemerintahan, begitu bapaknya bilang.

Perjalanan cukup pendek yaitu sekitar 30 menit pun kami lalui, ardha dan ansori kembali terlelap dalam tidurnya. Eko sibuk mengamati jalan dan saya sendiri senang mengamati penumpang lain. Namun, sayang, saya belum beruntung karena tidak menemukan anak SMA atau anak kuliahan yang dapat dijadikan objek untuk melakukan riset perbandingan wanita di Surabaya dan kota-kota lainnya *gubrak ! LOL . dan sebagai gantinya saya hanya mengamati ibu-ibu dan bapak-bapak yang saling berlomba naik-turun dari bus. *entah kenapa mereka saling berlomba ? ckck

Sesampainya di Tugu Pahlawan yang ternyata ga ada pahlawannya, Cuma tugu doang *wkwkwk gojek kere, kami segera mengelilingi tugu tersebut. Karena kami belum juga menemukan dimana letak kantor pemerintahan. Setelah berfoto sejenak, kami pun akhirnya menemukan gedung pemerintah yang berstempel eh berlogo pemerintah provinsi. Kami pun bergegas menuju ke sana, namun anehnya terdapat hal yang curigai, yakni tulisan nama kantornya bukan kesbangpolinmas tetapi berupa bappeda. Nah, akhirnya kecurigaanmu pun terbukti setelah kami bertanya kepada satpol PP yang bertugas di daerah tersebut. Bapaknya bilang bahwa daerah tersebut berada di daerah Taman Makam Pahlawan Mayjend Sungkono, kami pun syok, weleh deleh, ternyata bukan di sini (begitu kata hati kami)...

Setelah mendapat arahan dari pak satpol PP *bukan karena kita operasi malam lho, wkwkw ;p. Kami pun bermusyawarah terlebih dahulu, dan diputuskan bahwa kami akan membagi 2 tim ya itu fredo-ardha ke kesbangpol dan eko-ansori menuju perhutani. Dan kami mulai pisah ranjang... *hasyah

Satu hal baru kembali saya pelajari di sini, penyebutan angkutan bus kecil atau kata orang Bandung dibilang angkot, orang Jogja bilangnya tempelan atau kobutri, eh orang jatim/surabaya punya sebutan tersendiri, mereka nyebutnya LYN... *tanya kenapa ?
Gara-gara penyebutan angkot yang baru tadi, ketika diberi arahan oleh satpol PP yang menyuruh kami untuk menyetop LYN DA. Berulangkali saya memastikan kepada petugas satpol PP tentang penulisan angkutan tersebut. Dalam bayangan saya, di tubuh bus tersebut tertulis tulisan LEN DA, LENDA, ln DA, ya pokoknya terdapat tulisan nyata kosa kata “LEN DA”. Ternyata eh ternyata, LEN adalah kata yang berarti angkutan.... *gubrak ! dan yang aneh adalah penulisannya pun bukan “L E N” tapi “L Y N”... *piye cobo ?

Eko-ansori yang berpisah dengan kami, menggunakan Lyn N untuk menuju Perhutani, setiap kali terdapat progress mereka selalu melaporkan kondisi kepada kami. Dan mereka dengan sombongnya melaporkan bahwa mereka sudah tiba di Perhutani dan bersiap masuk. Padahal kondisi ardha-alfredo baru saja masuk angkutan dan berputar-putar terlebih dahulu di seputaran kota Surabaya *gubrak

Setelah naik LYN DA, saya kembali melakukan pengamatan terhadap penumpang. Nah, sekarang ada 2 orang karyawati toko yang masih muda, umur ditaksir antara 20-23 tahun. Sebenarnya ga ada yang menarik di antara 2 karyawati ini, tapi karena ga ada penumpang lain yang lebih menarik, kami pun hanya mengamati 2 orang ini dan kesimpulannya tidak ada yang menarik dari mbak-mbak ini *LHO ? Piye to iki ? –a

Setelah beberapa saat, datanglah mbak-mbak yang mirip Laura Basuki (dari samping), tapi dengan sedikit kelebihan unsur Cina-nya, jadi mbak ini tak lagi mirip Laura Basuki. Namun, senyumannya cukup mirip sih dengan mbaknya. Saya pun sempat menegur mbaknya, dan mbakya pun bilang “iya mas” *sesaat, angkutan tersebut berhenti bergerak, dan tiba-tiba muncul pelangi di sebelah selatan angkutan, angin pun berhembus kencang, meniupkan bait-bait manis atas nama cinta yang berkecamuk dalam untaian yang terus mengalun tanpa gerakan tambahan... *lebay

Orang-orang Surabaya ternyata cukup ramah dan baik-baik ya, meskipun saya tak bertanya langsung kepada beliau-beliau, tetapi setiap kali saya berdiskusi kebingungan dengan ardha, selalu saja ada yang menyahut dan membenarkan arah/alamat yang kami diskusikan, entah itu ibu-ibu, mbak-mbak berumur 25an tapi masih cantik, atau ibu-ibu yang lagi menggendong anaknya, dan pada akhirnya kami tidak tersesat. Terima kasih warga Surabaya...

Sempat di tengah perjalanan, saya ditanya oleh-oleh, eh oleh sama ibu-ibu, beliau bertanya, “dari mana, Mas?”, saya pun menjawab dengan bahasa khas, “saking Jogja, Bu”, ibunya lagi, “woalah dari Jogja Mas, berarti wong Jogja no? Nek kula arek Surabaya Mas”, saya, “hehehe nggih Bu” *bingung akunya, hahaha J

oke, setelah “puas” berputar-putar dengan “Lyn DA”, kami segera bergerak menuju Kesbangpol Jawa Timur, melewati sentra junk food ter”junk” di seluruh dunia, kemudian jalan menuju tol yang super dueper panah, kami pun segera memasuki Jalan Putat Indah... *semacam nama daerah pemetaan penulis di daerah Gunung kidul... *hadeh –a

sebelum sampai Kesbangpol, kami sempat nyasar di markas Angkatan Udara yang saya kira adalah Kesbangpol. Terus bapaknya bertanya, “La po mas ?”, dan dengan pedenya saya menjawab, “Nggih pak”. Lantas, teman saya yang asli Bojonegoro Jawa Timur, ardha, tertawa terbahak-bahak karena mendengarkan jawaban saya, dia memberitahu arti kata tersebut yang ternyata berarti “Lha arep ngopo Mas ?” *wkwkwk

setelah berjuang keras selama beberapa jam, akhirnya Kesbangpol Jawa Timur kami temukan. Setelah berusaha menata diri dengan kemeja saya yang keren, sepatu yang bercahaya, dan jas almamater UGM yang biasanya dipakai setahun sekali (waktu ospek Fakultas), kami pun segera bersiap diri menemui petugas perizinan. Namun, sebuah kenyataan yang begitu menyakitkan *lebay, kami temui,

ibu-ibunya bilang, “Wah mas, ini harus ada pengantarnya dari Kesbangpol DIY mas”,

saya takjub dan tercekat, seketika langsung menelan ludah dengan backsoundnya yang khas yakni GLLLLEEEEEKKKKK... –a, saya kembali bertanya, “beneran Bu, terus gimana”,

ibunya, “ya masnya harus kembali ke jogja”

saya, “ga ada solusi lain ya Bu, memang kurang ya Bu pakai pengantar dari Jurusan Teknik Geologi UGM” *sedikit memaksa, bahkan pas kata UGM ini bahkan saya tekankan :p

ibunya, “wah ga bisa Mas, kemarin yang dari U GE EM juga ada pengantarnya kok Bu”

saya dengan kata-kata melas, “Bu, bolehkah kami memakai surat ini saja, kami jauh-jauh dari Jogja lho Bu, ga ada akses transport di sini”

ibunya dengan nada kasihan, “ga bisa Mas, yasudah gini saja, Masnya minta tolong temannya di Jogja untuk ngurus”

saya langsung tersengat dan menelpon teman-teman saya....

-saya minta izin keluar dan bergerak dengan efektif dan efisien-



24.bingung... adalah hal wajar yang dimiliki oleh seorang manusia apabila menghadapi sebuah masalah yang berada di luar perkiraan dan batasannya. Hal ini wajar karena justru dengan hal ini mampu menunjukkan bahwa seseorang tersebut mampu berpikir dengan baik...



25. hal pertama yang jelas saya lakukan adalah berkeluh kesah kepada 3 orang saudara saya di Jogja, ada galih, dito, dan hasbi. Namun sayang, ketiganya sedang mengerjakan sesuatu dan terlibat acara keluarga masing-masing. Tetapi di antara ketiga orang tersebut, yang paling dahulu dapat bergerak adalah Dito. Nah, akhirnya saya memasrahkan tugas ke Kesbangpol kepada Dito dengan harapan nanti dia dapat bekerja sama dengan galih maupun hasbi. Mulai dari sms yang berjejar panjang dan telepon, kami memandu Dito untuk mengerjakan surat pengantar tersebut *ini lah pertama kalinya saya meminta bantuan orang secara sporadis melalui telepon, hohoho selamat berjuang Dito dan Galih !