Selasa, 06 September 2011

Surat pejuang HAMAS (GAZA) kepada rakyat Indonesia

“Untuk saudaraku di Indonesia, mengapa saya harus memilih dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia. Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?


Di saat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari jama’ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama’ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.


Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama’ah haji asal Gaza sejak tahun 1987 sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama’ah haji dari negara kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian. Wah pasti uang kalian sangat banyak, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang memnunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, Subhanallah.


Wahai saudaraku di Indonesia,

Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di Gaza ini, tidak dilahirkan di negri kalian saja. Pasti sangat indah dan mengagumkan. Negri kalian aman, kaya, dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negri kalian.

Pasti ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapoatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.


Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku, tidak seperti di negri kami ini. Tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah. Sehingga istri kami terpaksa melahirkan di atas mobil, ya di atas mobil saudaraku.!

Susu formula bayi adalah barang langka di Gaza sejak kami diblokade 2 tahun yang lalu, namun istri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga 2 tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar Asi mereka, istri kami rela minum air rendaman gandum.

Namun, mengapa di negri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya. Terkadang ditemukan mati di parit-parit, selokan, dan tempat sampah. Itu yang kami dapat dai informasi di televisi.


Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negri kalian adalah negri yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah Asia. Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina seperti itu? Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami disini.


Memang hampir setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati. Namun, bukanlah di selokan-selokan atau got-got apalagi di tempat sampah. Mereka mati syahid saudaraku! Mati syahid karena serangan roket tentara Israel!


Kami temukan mereka tak bernyawa lagi di pangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan Zionis Israel. Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negri ini.



Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009 kemarin, saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 di antaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru di jalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!


Wahai saudaraku di Indonesia,

Negri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena sulit mencari rizki disana? Apa negri kalian diblokade juga?



Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi, apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade. Sungguh kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai tata usaha di kantor pemerintahan HAMAS sudah 7 bulan ini belum menerima gaji bulanan saya. Tetapi Allah SWT yang akan mencukupkan rizki untuk kami.


Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Ya, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel. Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru, saudaraku.Dan Perdana Menteri kami, Ust Isma’il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.


Wahai saudaraku di Indonesia,

Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqah pembinaan di negri antum (anda). Seperti yang diceritakan teman saya, program pengajian kalian pasti bagus, banyak kitab mungkin yang kalian yang telah baca. Dan banyak buku-buku pasti sudah kalian baca. Kalian pun bersemangat kan? Itu karena kalian punya waktu.


Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini. Satu jam, ya satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqah. Setelah itu kami harus terjun ke lapangan jihad, sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami.


Kami disini sangan menanti-nantikan saat halaqah tersebut walau hanya satu jam. Tentu kalian lebih bersyukur. Kalian punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqah, seperti ta’aruf, tafahum, dan takaful disana.

Halafalan antum pasti lebih banyak daripada kami. Semua pegawai dan pejuang HAMAS disini wajib menghapal Surah Al-Anfal sebagai nyanyian perang kami, saya menghafal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana dengan kalian?

Akhir Desember kemarin, saya menghadiri acar wisuda penamatan hafalan 30 Juz anakku yang pertama. Ia merupakan diantara 1000 anak yang tahun ini menghafal Al-Qur’an dan umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al-Qur’an ketimbang anak-anak kimi disini.


Di Gaza tidak ada SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) seperti di tempat kalian yang menyebar seperti jamur di musim hujan. Disini anak-anak belajar diantara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun kurma. Ya, di tempat itu mereka belajar, saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan Al-Qur’an mereka bergemuruh dianatara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung mereka rasakan.


Oh iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia. Kami menyaksikan aksi demo-demo kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur.

Karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami disini, termasuk kalian yang di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan , saudaraku. Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhwah kalian kepada kami. Doa-doa dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.


Oh iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telpon dan fax yang masuk. Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi. Salam untuk semua pejuang-pejuang Islam dan ulama-ulama kalian.





Abdullah Al Ghaza
Sumber : http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=92822

kematian dan kisahnya...

Siapa yang paling dekat dengan kita ?


Well, Kalau ada pertanyaan seperti di atas, apa jawabanmu wahai kawan ? Mungkin sebagian besar jawaban kita adalah orang tua, pacar, sahabat, teman dekat, baju kita, handphone, laptop atau bahkan mungkin stick PS. Yap, itulah realita yang memang terjadi di kehidupan sebagian besar anak manusia, termasuk saya. Ya mau gimana lagi, rutinitas kehidupan zaman sekarang memang secara tidak langsung menjauhkan kita semua dari namanya AGAMA.

Oke, meskipun tidak secara gamblang dan bukan maksud menggeneralisasi kawan-kawan semua, jawaban kawan-kawan akan mengarah kepada pilihan kata yang di atas saya sebutkan kan ? Padahal menurut Imam Syafi’I, sebuah paradoks yang menohok kita semua, yang paling dekat dengan kita adalah KEMATIAN…

Oke, saya belum sepaham dan sepintar pak ustad yang pagi-pagi jam setengah 6 di trans tv dalam hal untuk menjelaskan dalil-dalil mengenai agama. Saya hanya akan bercerita mengenai “wabah” kematian yang melanda kampung saya akhir-akhir ini. Bagaimana tidak saya katakan “wabah”, adanya 10 kematian dalam waktu 1 bulan dengan tempat tinggal sang jenazah di sekitar rumah saya ini sungguh mengerikan. Seremnya Malaikat izrail ini, huhuhu.

Mbah darmo, bu tanto, mbah michael, pak parno, dan sederet nama tetangga saya lainnya adalah orang-orang yang saya kagumi dalam kesehariannya. Diantara nama itu, jelas yang paling membuat saya terkesan adalah seorang Mbah Michael. Memang, nama mbah ini sangatlah modern jika dibandingkan dengan nama-nama simbah lainnya. Namun, ada sebuah sumber mengatakan bahwa nama ini disematkan kepada beliau karena kegaulannya selama masa mudanya. Usut punya usut, nama asli beliau adalah mbah Darmo.

Semoga arwah beliau diterima di sisi-Nya.


Jujur, banyak hal dan ilmu yang dapat diperoleh dari Beliau. Keriangannya, kesupelannya, keusilannya mengganggu adik-adik kecil, dll adalah potret kehidupan sehari-hari beliau. Semangatnya dalam bekerja, keaktifannya dalam mengikuti acara masyarakat meskipun tertatih berjalan dengan tongkatnya, adalah sebuah passion yang hebat menurut saya. Ketekunannya dalam menjalankan ibadah, tentunya solat berjamaah yang sering sekali menohok saya dalam masalah kehadiran solat subuh berjamaah adalah cuplikan hidup beliau yang mengagumkan. Sungguh, beliau adalah pribadi yang menyenangkan.


Ya Allah, lapangkanlah kuburnya, mudahkanlah hisabnya, dan pertemukan kami di surgamu yang indah


Namun, siang tadi selepas saya memandu acara karnaval, tepat jam 13.20, saya lewat di sebuah gang rumah saya dan melihat terdapat sebuah tenda tratak yang biasa digunakan untuk sebuah acara besar di kampung saya. Kebingungan menyeruak dalam benak saya, bertanya pada hati kecil, ada apakah gerangan yang terjadi ? saya pun bergegas menuju rumah saya, dan bertanya pada bapak, “Pak, ada apa? adakah yang meninggal ? siapa ?”. Bapak pun menjawab singkat, “Mbah Michael”. Saya pun terperangah, tercekat dengan nama yang disebut bapak. Sepertinya baru 4 hari lalu saya iseng mengajak Mbah Michael untuk cepet-cepetan jalan ketika keluar dari masjid, sepertinya baru minggu lalu beliau memegang erat tangan saya dan menarik saya ketika kami berada di persimpangan jalan, sepertinya baru bulan lalu beliau menginjak sandal saya sehingga saya harus bersabar telah dikerjain oleh sang simbah ini. Lah kok, siang tadi sudah pergi, pergi ke tempat yang abadi, dan tak akan kembali…


Ampunkanlah segala kesalahan dan dosa Beliau ya Allah…


Mbah Michael, mbah Darmo, Pak tris (masih ingat kawan?), adalah sosok-sosok pahlawan kemerdekaan tempo dulu, yang kini tinggal berharap kepada generasi mudanya untuk mengisi kemerdekaan dan membangun negaranya dengan luar biasa. Simbah-simbah ini sering berpesan kepada saya untuk menjadi orang yang sukses, orang yang membahagiakan orang tua dan kampung ini, orang yang bisa membangun negeri ini dengan tangannya. Itulah harapan orang-orang mulia ini. Sungguh sangat mengena…



Saya tidak menangis kok Mbah, hanya saja saya sangat menyesal karena tak sempat minta maaf atas keisengan saya kepada Mbah…


Wahai para kusuma bangsa, semoga perjuanganmu terus bergelora, menjelma menjadi candu perjuangan bagi kami para generasi muda. Terima kasih sudah mengajarkan kepada kami, bagaimana cara mensyukuri nikmat-Nya, membahagiakan perasaan sesama, dan terus memimpikan hal luar biasa ditambah dengan usaha tanpa putus asa. Semoga kami menjadi orang yang sukses seperti yang kau harapkan dulu. Maaf, kami belum mewujudkannya sekarang, padahal kami sangat ingin membuktikannya padamu di saat kau masih hidup. Istirahatlah yang tenang di alam sana wahai para kusuma bangsa… Izinkanlah kami berjuang…




*tribute to Mbah Michael atas segala keisengannya.. T_T



My eightth (twenty seventh) task on 2011
22th of April 2011
20.35-21.30

donor darah dan keuntungannya...

Hmmm… Minggu siang kemarin menjadi hari yang cukup bermakna bagi saya.

Setelah pagi berusaha menggerak-gerakkan tubuh, agak siang menuju ke akad nikah salah seorang teman dan siangnya menuju tempat donor darah. Yah, pelajaran itu saya temukan di suatu acara donor darah yang diadakan oleh salah satu supermarket di Jogja. Akhirnya setelah sekian lama menunggu momen, saya bisa bertemu dengan event yang saya cintai ini. Saya memang selalu menantikan acara donor darah, bukan untuk mendonor terus sih, tapi hanya keisengan mengamati tingkah laku para pendonor. Hehehe ra cetho *yoben…



Sesuai prosedur donor darah yang baik (saya tahu lho, karena saya juga pernah jadi panitia *entah berguna atau tidak, wkwkwk), saya mendaftarkan diri kepada petugas pendaftaran.

Lantas, saya diberikan blangko biru khas persyaratan menjadi pendonor lengkap dengan pulpen dan nomor urutnya. Nah, mulai dari sini saya sudah mulai mengamati orang-orang di sekitar tempat donor ini, yah minimal mbak-mbak yang jadi petugas pendaftaran *huhuhu lucu sekali mbaknya, punya adik cewek ga mbak ? (itu kata teman saya lho, benar begitu kan San? wkwkwk)



Dan akhirnya saya tahu, bahwa masih banyak orang baik di zaman yang mulai menggila ini…



Lepas dari mbaknya, saya mulai mencari-cari tempat duduk diantara puluhan orang yang berjubel di ruangan yang tak terlalu luas ini. Mencari celah, clingak-clinguk tak karuan, sok memainkan hp padahal nyari kursi kosong pun saya lakukan. Setelah 50 detik mencari, akhirnya saya menemukan kursi kosong di pojok kanan arah jam 2 dari tempat saya berdiri. Sontak, saya bergegas menuju ke sana lalu mengirim sms kepada teman saya yang kelihatan linglung di gerbang dekat stand Mil*o.

Nah, tipikal orang kedua yang saya temukan di sini adalah ibu-ibu yang perhatian, baik hati, tetapi sedang tergesa-gesa sepertinya. Beberapa saat setelah saya meletakkan kepingan kelelahan saya pada sebuah kursi, ibu ini langsung menyambut ramah saya dengan pertanyaan tak sabarannya, “Mas, nomor urut berapa ya?”. Saya pun menjawab (perhatikan ada yang aneh dengan pilihan kata saya), “Oh, saya dapat nomor undian 397, Bu”. *Sudah menemukan yang aneh ?



Yap benar sekali, saya mengatakan nomor urut dengan nomor undian, wkwkwk parah sekali, saya sempat tersenyum kecil kepada ibunya. Beruntung, ibunya tak menyadari hal ini kemudian terus berlalu menuju luar ruangan setelah 3 menit mengobrol dengan saya tentang donor darah.



Dan akhirnya saya tahu, bahwa masih banyak orang baik di zaman yang mulai menggila ini…



Sepeninggal ibu tersebut, saya mulai mencari mangsa baru untuk saya amati, hehehe. Dengan resolusi mata yang mencapai 100 Megapixel, zoom 99x lipat dibanding kamera tercanggih apapun, saya berhasil menemukan mangsa baru untuk diamati. Kali ini yang saya amati adalah pasangan mas-mas dan mbak-mbak yang berada 33 cm di samping kanan saya. *Berasa naik angkot, duduknya mepet sekali, hah !


Dari 2 orang ini saya memperoleh info bahwa keduanya tidak mendonorkan darah semua, hanya masnya saja yang memberikan darah dan mbaknya hanya mengantarkan saja. Masnya sepertinya menyatakan bahwa hal ini merupakan olahraga buat dia. *hah? Maksudnya ?

Dan akhirnya saya tahu, bahwa masih banyak orang baik di zaman yang mulai menggila ini…


Sekalipun mas-mas dan mbak-mbak ini ga jelas, tapi gapapalah, yang penting dapat esensi dari mengapa kita perlu donor darah ? Yaitu OLAHRAGA ! *walaupun saya bingung, sejak kapan donor darah itu menjadi cabang olahraga dalam Olimpiade dunia ? haduduh…


2,5 jam menunggu tentunya menjadi useless jika tidak bisa saya manfaatkan dengan baik. *Bagaimana tidak, saya mendapat nomor antrian 397 padahal saat itu sedang dalam urutan 268. Bisa mati kegantengan ni saya, hah. Terpikir di dalam benak saya untuk meninggalkan ruangan ini sejenak. Menunaikan panggilan yang mulia, mencari keperluan sehari-hari di supermarket tersebut, dan makan siang adalah kegiatan yang paling tepat yang bisa saya lakukan saat itu. Dan 30 nomor menjelang kesempatan saya, saya pun kembali ke tempat tersebut.


Uhuy, saya kembali ke tempat duduk yang berbeda dengan tadi dan mujurnya saya menemukan buruan baru untuk saya amati. Nah, kali ini adalah bapak-bapak yang berada di samping kiri saya, tepatnya berada di N 900 E (waktu itu saya menghadap selatan). Khusus untuk bapak ini, saya tidak mengajak ngobrol. Karena bapaknya dari sedia tadi hanya diam, cemberut dan tanpa ekspresi. Jadi, saya menyimpulkan bahwa bapak ini sedang grogi menghadapi giliran dipanggil untuk donor darah. Bapaknya ini sebenarnya pengin pulang tetapi takut sama istrinya kalau-kalau ditanya istrinya, “Woi, kamu udah jadi donor belum ?”. hahaha


Akhirnya kesempatan saya datang juga, meskipun bukan mbak-mbak yang cantik tadi yang memanggil, tapi tak apalah, karena mbaknya yang sekarang lebih cantik, wkwkwk, setelah tes tekanan darah dan hemoglobin saya pun dipersilahkan untuk segera mendonorkan darah. Huhuhu It’s coming…


Ada satu pesan yang masih terngiang di telinga saya tentang ucapan dari bapak pengetes tekanan darah tadi, berikut ucapannya, “Wah mas, tekanan darahnya tinggi ini, besok kurangi makanan yang asin-asin ya?” jawab saya oke pak. Dalam hati saya bertanya, “Waduh, setahu saya itu saya jarang e makan asin-asin, dan setelah ditelusuri, ternyata eh ternyata tidur saya yang memang kurang akhir-akhir ini. Huhuhu


Selama proses mendonor, alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Ditemani ibu-ibu pengambil darah yang memang selalu ramah dengan siapapun. Beliau bercerita tentang anaknya yang sudah beranjak dewasa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Dan iseng, saya pun bertanya, “yang perempuan kelas berapa Bu?” hahaha, sontak ibunya bilang, “wah sudah tua mas, jauh di atas panjenengan…” *penonton kecewa, hahaha


Dan akhirnya saya tahu, bahwa masih banyak orang baik di zaman yang mulai menggila ini…


Selain pertanyaan di atas, saya sempat mengajukan pertanyaan ke ibunya itu, pertanyaan klasik, basa-basi pendonor amatiran seperti saya, “Bu, pentingnya donor itu apa ya ? Terus keuntungan yang bisa didapat apa ya ?” . Sambil tersenyum, ibu ini menjawab, “Ya selain menolong orang lain lha yo kita jadi sehat to mas, terhindar dari penyakit, terkontrol kesehatannya” *saya manggut-manggut.


Dan proses pun selesai, saya langsung berdiri dari tempat tidur, ibunya protes, “Mas, kalau merasa pusing tiduran dulu ya”. Saya yang lupa SOP setelah donor pun kembali meletakkan badan saya, dan sekitar 3 menit saya tiduran sebentar menunggu rekan saya di samping tempat tidur ini. Selang 3 menit kemudian, saya beranjak dari tempat tidur dan menuju tempat yang paling saya sukai. TEMPAT PENGAMBILAN KONSUMSI ! YES ! AKHIRNYA… wkwkwk


Tanpa dikomando ba bi bu, saya bergerak menyisir mangkok stereofoam dari pinggir ke tengah. Penetrasi ke arah pusat pun saya lakukan dengan intensif demi bersihnya areal mangkok, dalam waktu hitungan detik dan tanpa bantuan dari pihak lain, saya segera menyelesaikan operasi darurat perut ini, wkwkkw…


Nah, keisengan saya berlanjut, setelah saya ada seorang mas-mas yang kelihatannya sudah sangat terlatih dalam hal donor-mendonor. Dan dalam antrian pengambilan jatah makanan, mas-mas ini mendahulukan 1 orang setelah dia untuk mendapatkan jatah makanan kloter 1 yang sudah habis. Setelah menunggu beberapa saat, mas-mas ini masih terlihat sabar menanti, saya hormat dengan mas yang satu ini, tingkah lakunya perlu ditiru.

Sayangnya, “Don’t judge the book just from the cover” mas-mas ini memperlihatkan keburukannya, dia dengan lantang berkata kepada petugas konsumsi gara-gara dia sempat dilewati 1 orang setelah dia, “mbak, saya sudah menunggu dari tadi, kenapa bapak ini didulukan ?” Yaelah mas, saya jadi kecewa dengan peringai mas satu ini, awalnya dia sudah memberikan contoh bagus, namun akhirnya dia memperlihatkan sifat buruknya. Hadoh parah tenan.



Dan akhirnya saya tahu, bahwa masih banyak orang baik di zaman yang mulai menggila ini…




Donor, mungkin hal ini terlihat atau terdengar mengerikan atau menyakitkan, begitu kah ? Saya kira tidak, donor itu sungguh dapat membantu orang lain, membantu memperpanjang nyawa seseorang, tak ada salahnya menolong orang lain dengan apapun yang kita punya, sesedikit apapun…


Berdonorlah kawan… Maka kamu akan memperbanyak saudaramu…






My seventh (twenty sixrth) task on 2011
13th of April 2011
13.58-15.09

Orang bodoh yang pintar, Orang pintar yang bodoh

By : Mario Teguh



Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya berbisnis...

Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus rekrut orang pintar.

Walhasil boss-nya orang pintar adalah orang bodoh.



Orang bodoh sering melakukan kesalahan,

maka dia rekrut orang pintar yang tidak pernah salah untuk memperbaiki yang salah.

Walhasil orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk keperluan orang bodoh.



Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah, untuk selanjutnya mencari kerja.

Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang,

untuk membayari proposal yang diajukan orang pintar.



Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato,

maka dia menyuruh orang pintar untuk membuatnya.



Orang bodoh kayaknya susah untuk lulus sekolah hukum (SH).

Oleh karena itu orang bodoh memerintahkan orang pintar,

untuk membuat undang-undangnya orang bodoh.



Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan,

sementara itu orang pintar percaya.

Tapi selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh.

Tapi toh saat itu orang bodoh sudah ada di atas.



Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu

yang dipikirkan panjang-panjang oleh orang pintar.

Walhasil orang orang pintar menjadi staf-nya orang bodoh.



Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan,

dia PHK orang-orang pintar yang berkerja.

Tapi orang-orang pintar DEMO.

Walhasil orang-orang pintar 'meratap-ratap' kepada

orang bodoh agar tetap diberikan pekerjaan.



Tapi saat bisnis orang bodoh maju,

orang pinter akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang,

sementara orang bodoh menghabiskan waktu

untuk bersenang-senang dengan keluarganya.



Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa di jadikan duit.

Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan perkerjaan.



Bill gate (Microsoft), Dell, Hendri (Ford), Thomas Alfa Edison,

Tommy Suharto, Liem Siu Liong (BCA group).

Adalah contoh orang-orang yang tidak pernah dapat S1), tapi kemudian menjadi kaya.

Ribuan orang-orang pintar bekerja untuk mereka.

Dan puluhan ribu jiwa keluarga orang pintar bergantung pada orang bodoh.





PERTANYAAN :

Mendingan jadi orang pinter atau orang bodoh??

Pinteran mana antara orang pinter atau orang bodoh ???

Mana yang lebih mulia antara orang pinter atau orang bodoh??

Mana yang lebih susah, orang pinter atau orang bodoh??





KESIMPULAN:

Jangan lama-lama jadi orang pinter,

lama-lama tidak sadar bahwa dirinya telah dibodohi oleh orang bodoh.



Jadilah orang bodoh yang pinter dari pada jadi orang pinter yang bodoh.

Kata kunci nya adalah 'resiko' dan 'berusaha',

karena orang bodoh perpikir pendek maka dia bilang resikonya kecil,

selanjutnya dia berusaha agar resiko betul-betul kecil.

Orang pinter berpikir panjang maka dia bilang resikonya besar untuk

selanjutnya dia tidak akan berusaha mengambil resiko tersebut.

Dan mengabdi pada orang bodoh...



Diamanakah posisi anda saat ini...

Berhentilah meratapi keadaan anda yang sekarang...



Ini hanya sebuah Refleksi dari semua Retorika dan Dinamika kehidupan.

Semua Pilihan dan Keputusan ada ditangan anda untuk merubahnya,

Lalu perhatikan apa yang terjadi...

dimana mana orang hidup saling membutuhkan,

entah itu yang bodo membutuhkan orang pintar,

atau pun orang pintar yang membutuhkan orang bodo.

Keseimbangan hidup berbisnis dan bermasyarakat



diambil dari notes : Budhi S.Wibowo

bersepeda

Bersepeda, yah bersepeda, adalah salah satu hobi saya yang menyenangkan. Minggu pagi, minggu yang selalu diselimuti dengan hangatnya mentari yang menyapa milyaran makhluk hidup di berbagai belahan bumi ini, selalu memberikan kesan positif yang menyenangkan, membuat dan meregangkan syaraf yang mungkin beradu otot selama seminggu dengan berbagai prahara dalam kehidupan. Kalau tak ada fieldtrip ataupun event, pagi pagi sekali saya selalu bersepeda menuju Alun-alun utara Yogyakarta, entah bersama adik saya atau hanya sendirian, luntang-luntung mencoba menghibur diri sendiri. hehehe



Kenapa selalu ke alun-alun utara Yogyakarta ?

Karena melewati Tugu
Karena melewati Stasiun Tugu
Karena melewati Malioboro
Karena melihat banyak orang yang sama-sama berolahraga
Karena melewati SD saya
Karena Alun-alun utara itu sendiri

6 alasan di atas adalah dasar alasan kenapa saya suka bersepeda ke sana. Entah kenapa, tak pernah ada rasa bosan atau jenuh dengan suasana, juga bukan karena di sana saya akan bertemu dengan seseorang..hahaha

Namun, di sepedaan minggu kemarin, saya menemukan keindahan lain dari bersepeda, yang mungkin akan menjadi alasan ke-7 saya untuk selalu bersepeda ke alun-alun atau bahkan mungkin keliling Jogja.



Dan alasan ke-7 itu hanyalah SENYUM RAMAH WARGA JOGJA... That's it, Itu saja, mung kuwi thok,

senyum senyum indah warga itulah yang melegakan gelisah saya, senyum warga itulah yang kembali menggairahkan ide dan kreasi saya, senyum itulah yang membuat kepercayaan diri saya bertambah karena penghargaan dari mereka, senyum inilah yang menekankan keramahtamahan dari warga yang hebat ini, senyum inilah yang semakin meyakinkan bahwa Jogja memang Istimewa....


Jogja...Jogja...

Semoga nasibmu bisa istimewa, seistimewa wargamu...

malaikat pun sibuk

Seseorang bercerita, aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku serta menunjukkan keadaan di surga.

Memasuki suatu ruang kerja yang penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata,”


Ini adalah Seksi Penerimaan.

Disini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah, diterima”.

Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.



Kemudian,….

aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang. lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua.



Malaikat-ku berkata,

“Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman.

Disini, kemuliaan dan rahmat yang diminta manusia diproses

dan dikirim ke manusia-manusia yang masih

hidup yang memintanya”.



Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu.

Ada banyak malaikat

yang bekerja begitu keras karena ada begitu

banyaknya permohonan yang

dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil.

Yang sangat mengejutkan aku,



hanya ada satu malaikat yang duduk
disana, hampir tidak melakukan apapun.

“Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih”, kata Malaikatku pelan.

Dia tampak malu.

“Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan

disini?”, tanyaku.

Menyedihkan”, Malaikat-ku menghela napas. ”

Setelah manusia menerima rahmat

yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang
mengirimkan pernyataan terima kasih”.

“Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas Rahmat Tuhan?”, tanyaku.

“Sederhana sekali”, jawab Malaikat.

“Cukup berkata,

‘ALHAMDULILLAHI RABBIL AALAMIIN,
Terima kasih, Tuhan’ “.

“Lalu, rahmat apa saja yang perlu kita syukuri?”, tanyaku.

Malaikat-ku menjawab,




Jika engkau mempunyai makanan di lemari es,

Pakaian yang menutup tubuhmu,
atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur,

Maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.




“Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu,
dan uang-uang receh,

maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.



“Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputermu,

engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.


Juga….


Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan …

engkau lebih dirahmati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini.


“Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat ….Maka,engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia”.


“Jika,……..

engkau dapat menghadiri Masjid atau pertemuan religius tanpa ada
ketakutan akan penyerangan, penangkapan, penyiksaan,atau kematian …

M a k a,….engkau lebih dirahmati daripada 3 milyar orang didunia.


“Jika,….orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan …

Maka,…..engkau termasuk orang yang sangat jarang.



“Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum,

maka,…..

engkau bukanlah seperti orang kebanyakan,

engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.



“Jika,…engkau dapat membaca pesan ini,
maka engkau menerima rahmat ganda yaitu

bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu, berpikir bahwa engkau

orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa, engkau lebih dirahmati

daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali”.

Nikmatilah hari-harimu, hitunglah rahmat yang telah Allah anugerahkan kepadamu.



Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua

teman-temanmu untuk mengingatkan mereka betapa

dirahmatiNya kita semua.

“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa,

‘Sesungguhnya jika kamu

bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak

nikmat kepadamu’ “.

(QS:Ibrahim (14) :7 )



MARI KITA SELALU BERSYUKUR :)





sumber : http://anggazone.com/kesibukan-para-malaikat-di-surga/

gombalan maut

Jurusan Perminyakan: Kalo aku jadi SPBU, pasti tiap hari ada tulisan ‘CINTA HABIS’ soalnya kamu telah memborong semua cintaku.


Jurusan Sistem Informasi: Kayanya laptopku error deh, soalnya tiap mau ngetik deket-deket kamu font yg keluar selalu Times New “Romance”.


Jurusan Teknik Informatika: Ketika virus yang bernama CINTA.exe menyerang hatiku yang membuatku teringat selalu padamu.


Jurusan Teknik Elektro: Aku memang anak elektro, tapi akupun tak mengerti kenapa sentuhanmu bisa menyetrum kalbuku.


Jurusan Geofisika: perlu banyak alat untuk tahu apa isi bumi, tapi tak perlu banyak alat untukmu mengetahui isi hatiku


Jurusan Kedokteran: tanpa membedah isi hatimu pun, aku tahu kamu mencintaiku


Jurusan Teknik Lingkungan: Senyummu bagaikan global warming, yang mampu mencairkan isi hatiku.


Jurusan Seni Rupa: Kau warnai duniaku dengan cinta dan kasih sayang.


Jurusan Seni Musik: aku dan kamu bagaikan nada-nada yang bila berkumpul akan membentuk suatu harmoni


Jurusan Keperawatan: Mencintaimu bagaikan diare, tak dapat ditahan lagi.



sumber kaskus gan :D

Geologi Regional Karangsambung, haha :D

Hmmm…memasuki liburan setelah ujian akhir semester yang tentunya mendebarkan. Mendebarkan bukan karena takut dengan soal-soalnya, bukan karena takut dengan sang wajah seram pengawas, takut dengan senior, atau takut pada apapun. Ketakutan pribadi ini hanyalah ketakutan untuk mengerjakan soal-soal ujian dengan mandiri, tanpa mencontek, tanpa lirak-lirik, tanpa berbisik-bisik mengartikan jawaban bak seorang ninja, ataupun membuat lipatan-lipatan kertas kecil yang tak berdosa. Selalu saja muncul gejolak dan gemuruh di dalam dada untuk menyalurkan perkara kecil nan sepele yang efeknya sungguh sangat besar bagi pembentukan karakter seseorang di masa depan. Bahkan pernah ada statement yang mengatakan, kecil-kecil aja sudah nyontek (korupsi-red.), apalagi besok kalau udah jadi pejabat. Mau korupsi berapa milyar kamu, Boy ?.



Glekkk ! Kata-kata itu terus berputar di benak saya, menanamkan kekhawatiran akan murninya diri dan bersihnya hati. Dan satu lagi, kata berikut juga ampuh untuk terus menahan diri dari perkara ini, yakni Lhah, kalau ujianmu itu kau hiasi dengan menyontek, lalu dari ujianmu itu menghasilkan nilai dan menjadi ijazah. Lalu ijazah itu berubah menjadi lamaran pekerjaan, lantas kau bekerja, punya uang dan uang itu kau belanjakan, untuk makan dan kehidupan sehari-hari. Tau nggak? Sebenarnya uang itu haram Boy, karena ada “sedikit” ketidakjujuran di situ. Mending kalau duitnya buat kamu seorang, lhah kalau buat istrimu, anakmu dan keluargamu ? Kau mau meracuni mereka sampai mati dengan uang harammu itu ? Asetat, saya dulu tak pernah berpikir sejauh itu….


Sungguh pengantar di atas sama sekali tak nyambung dengan apa yang bakal kita bahas di note ini. *GUBRAKKKK !!! Tapi tak masalah karena saya memang bingung mau nulis pengantar apa, wkwkwk. Oke, di notes ini saya akan berbagi cerita tentang perjalanan ke sebuah daerah yang bernama Karangsambung. Daerah ini terletak di Kebumen, Jawa Tengah. Berjarak sekitar 140an km ke arah barat dari kota Yogyakarta. Sebenarnya saya pribadi belum pernah berpikiran pergi ke sana karena memang minggu-minggu ini adalah Kejurnas Mahasiswa saya yang pertama, tentunya saya memfokuskan diri untuk mengikuti lomba ini dengan sebaik-baiknya. Tapi, apa mau dikata, saya kalah di pertandingan kedua saya. Hal ini mengguncang saya, melemahkan sendi-sendi kehidupan, menghujam otot idealisme dengan kerasnya, membentur tulang kering meninggalkan bekas-bekas kenangan yang mengharu biru, membuncah meremukkan dada dengan kerasnya, tak tersisa tanpa celah untuk berteriak, menuntut akan keadilan wasit pertandingan. (iki opo to? hahaha).



Saya memutuskan untuk ikut ke Karangsambung, H-2 jam atau sekitar subuh hari Rabu 26 januari 2011. (wong edan, padahal waktu itu tubuhku masih linu-linu, hehehe). Bersiap dengan tas kecil berisi novel dan sejumlah duit (50 ribu tepatnya, mepet banget untuk ukuran perjalanan ke Kebumen). Saya bergegas ke tempat berkumpul, yang tak lain adalah gedung KPFT (TU-nya Teknik UGM bro). Nah, di sana sudah menanti teman-teman saya yang dahsyat yaitu Bendot aka Andi, Fahmi aka Fakme, Rham aka pitik, Dian aka Ismi, dan Winda aka Winkur. Okelah, daripada berlama-lama menunggu, mari kita saksikan bersama (what the) fun fact-nya, :



1. Jangan lupa cek kelangkapan kendaraan dan kelengkapan diri sebelum melakukan perjalanan ke luar kota.
* Yap, ini terjadi kepada saya dan fahmi. Sudah motor hanya berspion satu, eh helm saya ternyata tak berlebel SNI. Waduh, kenapa hatiku cenat-cenut… Lhah malah nyanyi. Dasar karena sudah nekat, kami tak terlalu menggubris hal tersebut. hehehe


2. Jangan pernah takut untuk mengisi full-tank tangki bensin Anda. Karena sebuah perjalanan jauh tentunya sangat tidak mengenakkan jika di tengah perjalanan, tiba-tiba bensinnya habis. Wkwkwk


3. Indikator bensin memang tak sepenuhnya bisa dipercaya.

*Hahaha, hal ini ketika kami mengecek bensin kami di daerah Purworejo. Saya dan Fahmi menyimpulkan bahwa kami telah menghabiskan sekitar 1 liter untuk mencapai daerah ini. Lantas, si Rham aka pitik dengan entengnya mengatakan, “Wah, aku Cuma habis 0,5 liter lho”. Wkwkwk sontak saya dan fahmi tertawa bersama. Didasari rasa tidak terima dengan kenyataan tersebut, kami menantang rham untuk kembali mem-full tank-kan tangki bensinnya. Apabila benar hanya perlu diisi dengan Rp 2250 (1 liter=Rp 4500). Dan tantangan tersebut pun dilakukan, lantas hasilnya adalah Jreng jreng jreng… hahaha kami tertawa puas, setelah mengetahui bahwa dia harus mengeluarkan uang sebesar Rp 6500, yang berarti motornya menghabiskan lebih dari 1 liter. Hihiihiii…


4. Dimanapun kamu berada, entah di Jalur Pantura maupun Jalur Selatan, bersiaplah berhadapan dengan bus-bus dan truk-truk yang selama ini merajai rute mereka. Jika di rute Utara, kita bertemu dengan Sumber Kencono, EKA, MIRA, dan lainnya. Nah, di Selatan kita bertemu dengan Sumber Alam, Efisiensi, Gunung Harta, dan lainnya

* Sungguh sebuah kehormatan dapat berhadapan langsung dengan mereka. Adu adrenalin, strategi, naluri, dan keberaniaan adalah hal yang diperlukan untuk bersaing dengan mereka. Hahaha (nantinya aka nada cerita lucu sendiri mengenai bus-bus ini)


5. Tanyakan dulu harga makanan kepada sang penjual sebelum terlanjur memakan makanan tersebut

* Yap, ini adalah sebuah keteledoran. Karena memang sudah terlalu lapar untuk menahan, kami memutuskan untuk makan di warung makan Padang di pinggir jalan (karena tidak mungkin di tengah jalan, halah). Dan pembayarannya adalah Jreng jreng jreng… Nasi ayam+jeruk anget = Rp 15.000 . Asetat tenan, berasa makan di rumah makan sekelas SEDERHANA kalau di Jogja, huhuhu. Atau double sirloin juga bisa, huhuhu


6. Kemampuan navigator yang baik tentunya diperlukan untuk mengunjungi suatu daerah yang sebelumnya tak pernah dikunjungi oleh satu orang pun dari anggota fieldtrip mandiri ini

*Berbekal sms dari senior dan naluri membelok maupun lurus, Alhamdulillah kami berhasil mencapai daerah tujuan tanpa tersesat. Meski kami berharap, pemerintah daerah setempat memberikan plang penunjuk jalan yang banyak dan jelas mengingat Karangsambung adalah potensi Nasional bahkan Internasional.

(Rumah sakit yang menjadi ancer-ancer pun sangat kecil, untungnya kami sempat melihat rumah sakitnya, hehehe)


7. Jangan membawa benda bermuatan melebihi kemampuan motor (baca: Bendot dan Dian jangan berboncengan, mengingat kesuperioritasan kedua orang ini). Akibatnya ban motor mereka pun bocor dan harus mencari tukang tambal ban yang dengan seenaknya menyuruh kami menunggu dia sampai makannya selesai…

*Mending kalau makannya cepet, lha ini lumayan lama e. Tapi, karena wajah bapaknya lumayan sangar, kami pun tidak banyak cakap. Hihiihi. Tapi, wajah sangar dan kewibawaan bapak tersebut pun hancur luruh tak tersisa karena cara ngomongnya (ngapaknya) yang lucu dan membuat kami terglepar-terglepar bak seorang ikan yang kekurangan air. wkwkwk


8. Carilah detail tempat ke pusat data terlebih dahulu, Agar tak banyak waktu yang dibuang untuk mencari-cari tempat yang mungkin letaknya tersembunyi

* Tau begitu, pagi-pagi kami langsung menuju ke LIPI untuk mencari referensi daerah atau singkapan yang tentunya sangat kami butuhkan. Hahaha tak berputar-putar di sekitar Kaligending, wkwkwk


9. Jangan menaruh sandal di sekitar tempat wudhu secara sembarangan.

* Saya yang berusaha sekeras mungkin (lebay), menjaga agar sandal saya tetap kering biar tetap nyaman di kaki pun menjadi korban. Karena menaruh sandalnya di dekat tempat wudhu yang notabene basah, para pegawai kantor LIPI dan anak-anak SMA yang sedang berkunjung pun memakai sandal saya dengan seenaknya, mencumbu hingga basah, lemas karena terinjak-injak oleh banyak kaki. huhuhu


10. Yap, setelah mengetahui tempat-tempat yang mengindikasikan singkapan batuan yang keren-keren, kami pun langsung bergerak cepat menuju tempat tersebut. Dan akibatnya kami menemukan gabbro, serpentinit, diabas, dolerite, lava bantal, quartzit, dan lainnya. Wuih, sungguh hasil tangkapan yang luar biasa banyaknya. Total buruan yang kami tangkap mencapai satu tas kresek besar. Hehehe


11. nah, ada satu hal yang sempat kami sesalkan. Yaitu belum berhasil mencapai singkapan rijang yang terpisah dari tempat kami. Untuk mencapai lokasi tersebut perlu menaiki rakit karena kami harus menyeberang Kali Lok Ulo. Huhuhu

* nah, cerita lucunya adalah ketika kami bertanya tentang ongkos menuju tempat tersebut ke sekumpulan anak-anak SD yang kebetulan lewat di kali itu. Dengan pede dan gaya ngapaknya yang khas, mereka menjawab dengan antusias, “Kalih ewu, kalih wong, kalih motor, Mas”. Wkwkwk saya menahan tawa karena mereka lucu, selucu dirinya, wkwkwk :D



12. Persediaan air putih sangat terbatas di sini. Untuk membeli air mineral pun sangat kesulitan karena memang tidak ada yang menjual di sini. Akibatnya saya harus meminum tiga gelas Marimas yang tentunya kurang sehat bagi tubuh saya, huhuhu.


13. Nah, akhirnya kami sempat harus memutar balik motor kami karena ketika perjalanan pulang kami malah menuju arah Banjarnegara yang tentunya lebih jauh dibanding menuju Kebumen apabila kami ingin menuju Yogyakarta. Huhuhu lumayan jauh sih

*Tapi, hal ini tak menjadi masalah, karena lagi-lagi saya tertawa menyimak pembicaraan orang-orang sekitar yang sungguh menggelikan. Bahkan ketika saya bertanya kepada sekumpulan pemuda yang wajahnya atos-atos, juga harus tertawa, karena dibalik wajah seram mereka, sebenarnya mereka sangat kocak. hihihi



14. Perjalanan pulang pun dimulai, dan karena kegelapan malam semakin menyelimuti, kami pun memacu motor kami dengan luar biasa. Dan akibatnya, ketika melewati jalan yang bergelombang dan gelap, motor Bendot dan Dian pun menerjang sebuah lubang dan akibatnya Dian yang di belakang pun hampi terlempar ke jalan karena memang dia tidak dalam kondisi siap dan mungkin juga memendam rasa kantuk yang sangat

* dan kami pun tertawa bersama, membayangkan Dian jatuh di badan jalan dan membuat kemacetan karena volume tubuhnya yang diperkirakn mampu memutus akses jalan (lebay), wkwkwk


15. Dan berikutnya adalah keteledoran seorang rham aka pitik yang menyerobot di pertigaan lampu merah. Dengan santainya dia berada di samping kanan sebuah bus yang cukup besar. Namun, hal yang tidak disadari adalah masih berjalannya arus kendaraan dari arah sebaliknya, sehingga Rham pun terjebak diantara bus dan truk. Alhasil, 2 bus dan 1 truk memberikan shock therapy kepadanya dengan membunyikan klakson yang sangat keras seakan di depannya ada kereta api dan kapal laut. Wkwkwk atau bahkan klakson pesawat, hahaha


16. Waktu tempuh yang kami butuhkan ketika pulang berbeda cukup jauh. Pada keberangkatan kami membutuhkan sekitar 3,5 jam untuk mencapai lokasi. Sedangkan ketika pulang hanya membutuhkan 2,5 jam. Padahal menggunakan rute yang sama, hehehe..




Nah, itu dia sekilas kisah mengenai perjalanan kami selama di Karangsambung. Sungguh hal yang menyenangkan dan mungkin tak akan terlupakan. Sampai jumpa di acara berikutnya dan kisah-kisah luar biasa nantinya, hihihi seru !



BSD, Tangerang, (first note yang ditulis di luar kota, hehehe)
My fifth (twenty fourth) task on 2011
31st of January 2011
09.50-11.39

perayaan tahun baru = useless

10 hari pertama tahun 2011 pun telah kita lewati bersama. 10 hari setelah hari pertama yang disambut dengan menggebu-gebu, dengan bersemangat, dengan kecerian, bahkan terkadang berlebihan. Itulah yang dinamakan hari Tahun Baru atau tepatnya tanggal 1 Januari. Hampir seluruh dunia berlomba untuk merayakan hari yang (katanya) sakral, yang (katanya) spesial, dan sebagainya. Baik pejabat tinggi, pegawai negeri, swasta, anak muda seakan tak mau ketinggalan merayakan hari sitimewa eh istimewa ini. Dari kafe, pemerintah daerah, tempat wisata, hotel, pun menawarkan puluhan bahkan ratusan acara untuk merayakan hari itu. Seakan di hari itu, semua harus (tampak) megah, (tampak) mewah, dan (tampak) bahagia.

Cuplikan paradoks pun bermunculan dibalik euforia hari itu, dan hal inilah yang akan saya coba angkat sekedar untuk mengimbangi ledakan emosi yang begitu bergembira menyambut T A H U N B A R U. Tidak melarang, hanya menampilkan potret dari sudut pandang yang berbeda. Yang mungkin dirasa aneh atau apalah namanya karena ini menyangkut efek pemborosan dan negatif, tapi inilah yang disebut demokrasi, kawan !

saksikanlah dan ini adalah (what the) fun fact-nya, :


1. Tujuan merayakan

Well, kalau ada orang ditanya mengapa mereka merayakan Tahun Baru, mereka mungkin tak bisa menjawab dengan jawaban yang memuaskan. Kebanyakan dari mereka hanya berkata, “Seneng-seneng aja Mas”, “Ikut-ikutan mas”, “Seru-seruan”, dan lainnya. Waw, sungguh tak ada penjelasan yang jelas dari penyataan mereka.


2. Pemborosan Part I (Terompet)

Nah, (katanya) benda ini adalah benda yang wajib dibawa atau dipunya oleh orang-orang yang merayakan tahun baru. Kalau ga pake ini dikatain ga gaul, saltum, ga rame atau ga lengkap aksesorisnya, bla bla bla…

Padahal barang ini oleh sebagian orang Cuma dipakai sekian menit saja lho, pas jam 12 teng ! Toet toet toet… ! Selesai Sudah ! Tak lebih dari 5 menit, barang ini pun dicampakkan begitu saja oleh empunya terompet. Weh weh weh boros betul !



* Kalau Cuma mau dibunyikan gitu aja, kenapa ga pake toa, bedug, kentongan, atau sirene aja ya ? Kan lebih keras dan lebih tahan lama ! (Gubrak ! hahaha)



3. Pemborosan Part II (Kembang api)

Nah, ini dia yang paling ditunggu ketika jam 12 tet datang ! Yap, pesta kembang api ! Berapa ratusan juta yang dibakar hanya untuk memanjakan mata dalam sekian menit ? Bahkan di Makassar, sampai-sampai dibuat rekor MURI untuk kategori durasi terlama perayaan kembang api, dan akhirnya tercatat selama 90 menit. Yuk kita bermain matematika sejenak… Anggap saja 1 Kembang api yang bagus itu berharga 1 juta. Nah, setiap kembang api mungkin hanya bertahan maksimal 10 detik. 90 menit = 5400 detik. Kemudian 5400 detik : 10 detik = (minimal) 540 kembang api yang dibutuhkan untuk menyalakan selama 90 menit. Lantas 540 tersebut dikalikan 1 juta = Rp 540.000.000 atau 540 juta rupiah telah “SUKSES” dihabiskan atau tepatnya dibakar dalam waktu 90 menit.



Dan ingat, itu baru satu tempat di Makassar, belum seluruh Makassar, belum di Jogja, Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan atau seluruh Indonesia, ataupun seluruh Dunia. Bisa bermilyar atau bahkan trilyun uang yang dibakar dalam 1 malam ini. Kalau masih ada yang beralasan, “Kan setahun sekali Boy, jarang-jarang kita bersenang-senang”. Woy ! Dilihat Mas, Mbak jumlah uang yang dibakar untuk merayakan perayaan aneh ini ! Ratusan juta dibuang begitu saja ke udara tanpa bekas tanpa kebaikan…



*mending kalau uang diatas diberikan kepada anak yatim, modal usaha untuk rakyat miskin, atau hal lainnya yang pro-rakyat kecil seperti pembuatan sekolah gratis, tempat ibadah, tempat usaha atau lainnya…


4. Pemborosan Part III (Bensin)

Nah, yang lain adalah bensin yang dihabiskan ketika merayakan tahun baru ini. Pertamina bahkan selalu menambah pasokan untuk menghindari kelangkaan BBM di sejumlah daerah. Dengan dalih konvoi, perayaan, ataupun senang-senang atau apapun namanya, hal ini selalu saja membuang-buang BBM dalam jumlah yang besar Boy ! Kemacetan pun semakin memperparah pemborosan ini. Anggap saja 1 motor menghabiskan 1 liter, padahal ada ribuan motor yang bersliweran di jalanan. Bayangkan saja jika ribuan liter yang dihabiskan ini digunakan untuk bekerja produktif, pasti hasilnya jauh lebih bermanfaat daripada hanya dibuang di jalanan.


5. Pemborosan Part IV (Makanan yang berlebihan)

Tak diingkari, setiap perayaan acara ini pasti disajikan makanan yang lebih spesial dibanding hari biasanya. Semuanya kebanyakan terlihat mewah dan jauh lebih enak daripada hari biasanya. Ckckck….


6. Polusi

Pernah membayangkan efek polusi dari perayaan tahun baru ? Andai kita bisa melihat udara, pastinya akan terlihat betapa menjijikannya kondisi udara waktu perayaan tersebut. Atau bahkan seandainya udara ini bisa berteriak, mereka mungkin akan protes kepada kita atau bahkan muntah-muntah karena tak tahan dengan polusi yang dihasilkan oleh manusia. Dari kembang api, polusi kendaraan, bakar-bakaran, dan lainnya JELAS menambah beban polusi di udara.


7. Sampah

Hal yang selalu muncul belakangan setelah perayaan tahun baru adalah S A M P A H. saya punya kebiasaan setiap pagi tanggal 1 Januari, saya akan berkeliling bersepeda keliling Jogja untuk melihat efek negatif dari tahun baru. Malioboro, Tugu Jogja, Purawisata, Alun-alun adalah sekian dari puluhan titik di kota Jogja yang kotor akan sampah. Mungkin jika dikumpulkan, banyaknya sampah ini bisa mencapai berton-ton. Huh…


8. Dibalik perayaan Tahun Baru

Menurut sumber yang saya lupa, perayaan tahun baru didasari oleh perayaan tahun baru dalam kaum Yahudi. Mereka merayakan tahun mereka dengan meniup sesuatu yang mirip dengan terompet pada zaman sekarang.

* What ?! *

Barangsiapa menyerupai suatu kaum, berarti dia termasuk kaum tersebut…


9. Resolusi

Hal positif yang bisa kita lakukan menurut saya adalah dengan membuat janji, perubahan, atau resolusi untuk ke depannya. Hal tersebut malah lebih bermanfaat dibanding dengan hal-hal di atas. Menyambangi panti asuhan, berbagi dengan anak yatim, atau mengunjungi teman yang sakit itu malah berarti kebaikan yang nyata


Nah, ini semua adalah pendapat saya, boleh didiskusikan jika memang ada yang salah atau kurang pas. Toh, ini semua juga bertujuan untuk kebaikan kita semua pada akhirnya. Semoga kita menjadi pribadi yang jauh lebih baik, lebih dewasa dalam menyikapi sesuatu. Jaya Indonesia ! Selamat datang mimpi-mimpi 2011 di kehidupanku..





My fourth (twenty third) task on 2011
10th of January 2011
19.40-20.16

Belajar yang rajin ya, Dek...

Hari ini saya merasa (kembali) diingatkan Allah akan pentingnya kesempatan. Kesempatan itu memang selalu menghampiri setiap orang dengan seenaknya. Yang menjadi masalah adalah kemampuan kita untuk menentukan dan memutuskan akan mengambilkah kesempatan ataupun melenakan pilihan itu. Sebuah peristiwa baru saja, selepas maghrib tepatnya, setelah saya latihan PD di gelanggang UGM (sudah insyaf ni, makanya rajin latihan, hehe). Saya beranjak dari UKM setelah lumayan segar akibat latihan, saya kemudian memacu motor dengan santainya.



Sesampainya di Perempatan Jetis, ada anak kecil menanyai satu persatu pengguna kendaraan. Entah itu mengamen atau menawarkan jasa mengelap motor (itu yang ada di pikiran saya), akhirnya anak itu menuju ke arah saya, menghampiri, kemudian menanyai saya bak seorang wartawan, dan inilah (what the) fun fact-nya, :


Anak itu (AI) : Mas, masnya belok atau lurus ?

Saya (S) : Lurus dek, ada apa ?

(AI) : Boleh saya numpang mas ? Saya nanti turun di Borobudur Plaza

(S) : Oh, silakan, monggo-monggo

(AI) : wah, makasih mas…

(S) : (kemudian saya membuka pertanyaan), aslinya mana dek ?

(AI) : Cilacap mas,

(S) : kok turunnya di Borobudur Plaza, rumahnya dimana e?

(AI) : Kricak mas…

(S) : (What ?!!! Rumah saya kan di situ) Heh? Beneran dek? Rumah saya di sana juga lho. Emang tinggal sama siapa ?

(AI) : Sama ibu mas…

(S) : Ooo… Sekolah ga dek ?

(AI) : Iya mas, sekolah…

(S) : Lah? Kok masih sempet ngamen dek ?

(AI) : Ngamennya buat sekolah mas (sambil nyengir, *lucu wajah adeknya)

(S) : (tersindir karena sekolah aja masih dibayarin bapak-mamak) Oh gitu ya…

(AI) : Iya mas

(S) : Yaudah, kalau sekolah yang rajin ya dek , biar besok hidupnya enak, (sejak saat itu saya berjanji pada diri sendiri untuk rajin sekolah *amin ya Allah)

(AI) : Iya mas, siap

(S) : Oke, tos dulu…

(AI) : oke mas… (Plak!!! Terdengar sebuah tamparan eh bukan maksudnya tos-tosan). Saya turun sini ya mas

(S) : oke oke…


well, itulah percakapan saya dengan seorang anak kecil yang masih polos, namanya Dedi, dia adalah seorang pengamen kecil yang sepertinya sering mangkal di Perempatan Jetis. Dibalik keterbatasannya, dia masih berjuang mencari rupiah untuk membiayai sekolahnya. Sungguh saya tersentak, seakan ini adalah peringatan dari Allah kepada saya tentang pentingnya sebuah kesempatan. Sudah ada fasilitas yang memadai, bapak-mamak yang alhamdulillah masih bisa membiayai, motor yang siap mengantar kemana pun, buku yang bertumpukan, dan lainnya. Tapi, kok saya masih jarang belajar ya ? Terkadang menyepelekan kesempatan ini dan memilih untuk membuat event atau bermain dengan alasan hal ini juga merupakan pembelajaran bagi saya dalam hal komunikasi. Sebuah upaya ngeles yang menurut saya sampai sekarang masih bisa diampuni.

Woiii Boy ! Ga semudah itu kamu melepaskan kewajibanmu belajar ! Kamu ini adalah anak bangsa yang diharapkan oleh banyak orang untuk memperbaiki negeri ini dengan otakmu, dengan kecerdasanmu, dengan kebijakanmu, bukan dengan main-main seperti yang kau lakukan sekarang. Bersyukurlah kepada Allah tentang apa yang telah diberikan. Kalau kau belum bisa berbuat banyak, minimal bersyukurlah dengan cara belajar sungguh-sungguh. Jadi orang yang intelek, yang pintar, yang tak bisa lagi dibohongi oleh negara asing yang telah memeras negeri tercintamu ini. Toh, belajar juga merupakan sarana ibadahmu. Allah juga berjanji akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Belajar Boy, Belajar Bro ! Kamu bisa kalau kamu berusaha dan berdoa !




Sekolah itu seperti menanam pohon, karena manfaatnya baru dirasakan 20 tahun ke depan. Makanya bersemangatlah untuk belajar karena itu bukan untuk orang lain, semuanya itu hanya untukmu…
(Burlian-Tere Liye)


Maka, nikmat Allah manakah yang kamu dustakan ?
(QS Ar-Rahman)



Semoga hal ini menjadi pengingat bagi saya pribadi, sukur-sukur bisa menjadi pengingat bagi kita semua. Masa depan Indonesia ada di tangan kita teman-teman… Mari kita menjadi pribadi yang cerdas, intelek, dan bertanggung jawab sehingga bisa memperbaiki kondisi negeri ini. Tak ada kata terlambat untuk belajar, yang ada hanyalah tipu daya setan karena menganggap kesempatan sekarang bukanlah kesempatan baik. Kesempatan baik itu tak datang dua kali kawan !


Ayo bersemangat, ayo bersahabat, bersama-sama di Teknik Geologi…
Ayo bersemangat, ayo bersahabat, bersama-sama di Teknik Geologi…



Nb :
Tadi pagi masih sempat membuat serundeng dan sup buah bersama Mamak. Dan lagi-lagi kemampuan untuk bersyukur saya pun kembali diuji. Terima kasih ya Allah…Kau memang Maha Baik…



Maka nikmat Allah manakah yang kamu dustakan ?
-speechless-





My third (twenty second) task on 2011
10th of January 2011
19.05-19.38