Selasa, 31 Desember 2013

Lebih baik cerah, atau malah hujan deraskah ?

Tiga puluh satu desember pertanda akhir bulan ini
Selalu dinanti para penjual terompet dan kembang api
Gara-gara Julius Caesar, dari dulu hingga menjadi tradisi
Tapi justru muncul pertanyaan begini

Cerah atau hujankah yang lebih baik terjadi nanti..

Saat cerah, semua berkumpul di tempat yang jauh dari sepi
Melihat pertunjukan hura-hura yang dibungkus pentas seni
Larut dalam kegembiraan semu, tiup suara toet-toet mengusir sunyi
Ini baru potret dari satu sisi

Coba tengok gaya anak muda yang satu ini
Berkumpul dengan pacar, berpasang-pasang menuju tempat privasi
Bisa di puncak gunung, atau malah bibir pantai yang tersembunyi
Bersama teriakkan janji gombal jijik mencintai
Bercumbu, memeluk, katanya untuk bukti cinta sejati

Esok hari kondisi ditemukan sungguh sangat tak berarti
Botol minuman keras, belasan puntung rokok, bahkan “helm pengaman” berada di sisi kiri
Baru sadar bahwa tadi malam melakukan hal hina, layaknya sepasang babi
Menyesal, karena menjadi pihak yang tersakiti
Menanggung malu, seumur hidup hingga mati

Lalu, cerah atau hujankah yang lebih baik terjadi nanti..

Saat hujan, justru menyenangkan kumpul bersama mami papi
Atau sama teman-teman permainan membahas kejadian lucu karena teman dibully
Tak perlu membuang duit beli terompet, yang hanya ditiup satu hari
Tak perlu membakar duit, hanya sekedar untuk melihat percikan kembang api
Kalau mau, datanglah saja ke tukang sate untuk melihat bara api membakar penuh wangi

Justru, gunakan malam ini untuk instropeksi diri
Apakah yang sudah dilakukan selama 1 tahun yang terlalui
Adakah baik, atau hanya sia-sia lenyap hilang terhembus angin tanpa arti
Lalu, pikirkan untuk kejadian 1 tahun nanti
Sudahkah ada rencana dan mimpi-mimpi untuk menginspirasi ?
Semoga kamu mengerti, dan langsung bergerak lagi..

Lalu, cerah atau hujankah yang lebih baik terjadi nanti..
:)



20th note, on December 31st 2013
Meja belajar lagi dan lagi, 18.34-19.00 WIB

Mendengar rintikan hujan, diiringi bisingnya terompet dan kembang api

Minggu, 24 November 2013

Moga Guru disayang Allah.. :)

Marahmu adalah bentuk kasih sayang indahmu
Di saat aku tak belajar, mengabaikan segala tugas rumahmu, meremehkan latihan soalmu
Seharusnya aku segera tahu
Bahwa hal itu kau lakukan untuk terus mendisiplinkan perilaku

Senyummu adalah bentuk perhatian indahmu
Di saat aku tak bersemangat, tergugu karena perasaan galau, karena masalah seujung kuku
Seharusnya aku cepat tahu
Bahwa hal itu kau lakukan untuk terus menghebatkan dan menghilangkan ragu dalam kalbu

Pertanyaan apa kabarmu adalah caramu untuk terus memantau
Malah aku hanya menjawab pendek “baik” “buruk” tanpa sedikitpun rasa simpatiku padamu
Seharusnya aku segera tahu
Bahwa hal itu kau lakukan untuk memastikan bahwa aku tak sedikitpun kehilangan rasa bahagiaku

Seharusnya aku sadar dari dulu,
Bahwa marahmu, senyummu, pertanyaan-pertanyaanmu itu memang tulus dari dalam hatimu
Seharusnya aku sadar dari dulu,
Bahwa kamu selalu menyiapkan yang terbaik untukku, demi cerahnya masa depanku

Seharusnya aku sadar dari dulu,
Bahwa kamu tak sekedar menjadi pahlawan tanpa tanda jasa bagiku, tapi kamu adalah pahlawan yang jasanya tak terkira untukku
Seharusnya aku sadar dari dulu,
Bahwa kamu adalah orangtua keduaku yang begitu tulus menyayangiku, agar kelak aku mampu berguna untuk negeriku, untuk agamaku

Maka, kini sebelum semua berlalu..
Izinkan aku berdoa tulus kepada Tuhanku untuk mendoakan kamu
Meski doaku tak sehebat doa indah darimu, meski doaku tak sebanyak doa tulusmu

Semoga kamu wahai guru hebatku
Diberikan catatan amal kebaikan yang begitu tebal, setebal lapisan langit digabung satu sampai tujuh
Diberikan rumah terbaik di surga, dengan sungai mengalir indah seperti kolam susu
Diberikan kesehatan yang barokah, yang membiarkanmu untuk terus berbagi ilmu
Diberikan rejeki yang melimpah, sederas air terjun yang jatuh menunjami batu

Moga guru disayang Allah..
Selamat Hari Guru, orang tua hebat keduaku…
:)


19th note, on November 25th 2013
Meja belajar menuntut ilmu, 06.06-06.35 WIB

Mengingat jasa indah para pahlawan yang jasanya tak terkira untukku

Senin, 28 Oktober 2013

Tidak sekedar bermimpi, tetapi juga menginspirasi..


            “Ada 2 hal di dunia ini yang ketika dibagi atau diberikan kepada orang lain, maka dia tidak akan berkurang, justeru akan bertambah berkali lipat, 2 hal tersebut adalah Harta dan Ilmu..”

            Pepatah inilah yang melecut dan memicu saya untuk membuktikan hal tersebut. Secara logika ketika kita memiliki sesuatu dan kita membaginya atau memberikannya orang lain, maka seharusnya dia berkurang. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk harta dan ilmu. Nah, saya pun tertantang untuk membuktikannya. Namun karena saya masih mahasiswa yang notabene harta terbesarnya adalah masih berupa idealisme, maka saya pun akan berbagi dengan ilmu yang saya miliki.

            Ilmu yang dapat saya bagikan adalah ilmu berbagi semangat untuk mengejar mimpi. Saya dan teman-teman membentuk komunitas non-profit yang kami sebut dengan nama Tim Teratai. Bersama Tim Teratai, kami memiliki satu visi yaitu “membaikkan Indonesia dengan prestasi dan dengan moral berbudi dan peduli”. Ini adalah gerakan yang membutuhkan “nafas panjang”.

            Terinspirasi oleh Danang A. Prabowo “Sang Pembuat Jejak”, saya pun menuliskan mimpi-mimpi saya dalam kertas dan menempalkannya di dinding kamar saya. Saya percaya dengan menuliskan mimpi-mimpi tersebut, berusaha keras mengejarnya, berbuat baik untuk orang lain, dan terus berdoa kepada Allah, maka mimpi-mimpi tersebut akan dapat tercapai. Hingga hari ini, satu persatu mimpi-mimpi tersebut dapat terwujud lebih cepat dan jauh lebih indah dibanding yang saya bayangkan. Hingga hari ini, dari 50 mimpi saya di 2013, sudah 37 mimpi telah terwujud. Dan kini tinggal berharap dan berusaha agar 13 mimpi segera menyusul untuk diizinkan oleh Allah SWT agar dapat tercapai.

            Pengalaman dari terwujudnya mimpi-mimpi besar inilah yang menjadi pemicu dan passion saya untuk berbagi semangat. Di beberapa sekolah, baik SD, SMP, SMA yang pernah saya kunjungi, saya selalu menularkan semangat untuk bermimpi dan mengejarnya. Saya berikan dengan metode presentasi untuk menggali dan “mengompori” teman-teman agar mampu berimajinasi luas untuk bermimpi dan mewujudkannya. Seusai presentasi, saya selalu mengajak teman-teman untuk menuliskan mimpi-mimpi yang akan dicapai dalam beberapa tahun yang akan datang. Setelah itu, saya mengajak teman-teman tersebut untuk menutup mata selama 2 menit dan mencoba membayangkan seandainya mimpi-mimpi tersebut tercapai. Sungguh kebahagiaan akan datang melingkupi seandainya mimpi tersebut terpenuhi. Dan saya tutup dengan mengajak teman-teman untuk berikrar dan berteriak lantang mengucapkan mimpi-mimpinya agar kepercayaan diri untuk mewujudkan mimpi-mimpi tersebut datang dan mengakar kuat di hati dan pikiran mereka. Saya selalu merinding setiap kali mendengarkan ikrar dari teman-teman peserta.

            Ada sebuah pengalaman menarik ketika saya sedang berbagi semangat ini. Saya bermimpi agar di 2013 ini saya mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan karya tulis ilmiah saya di luar negeri. Dan sungguh, beberapa menit seusai saya berbagi semangat, mimpi tersebut terwujud dengan datangnya email dari panitia penyelenggara dari seberang samudera. Sungguh, langsung terucap hamdalah dan kalimat, “Maka nikmat Allah manakah yang kamu dustakan ?”

            Ternyata pepatah di awal tulisan ini memang benar adanya, ketika saya berbagi ilmu yang saya miliki, maka Allah pun menambahkan ilmu-ilmu lain dan kenikmatan yang begitu indah di luar dugaan kita. Percayalah ! J


            “Mungkin kita dilahirkan tidak sekedar untuk berprestasi, tetapi juga untuk menginspirasi… Berkilaulah ! ”



Yogyakarta, 29 Oktober 2013
-Alfredo Di Stefano-

Selasa, 13 Agustus 2013

Doaku pada-Mu menyambut nikmat-Mu…

Ya Allah Ya Tuhan Kami..
Izinkanlah kami menjadi pribadi sekaya Nabi Sulaiman,
Yang kekayaannya mencakup seluruh makhluk di dunia
Yang bahkan iblis dan angin pun tunduk padanya…

Ya Allah Ya Tuhan Kami..
Izinkanlah kami menjadi pribadi seelok Nabi Yusuf,
Yang keelokannya sanggup melenakan semua wanita
Yang bahkan tidak sadar mengiris tangan ketika menatap keelokannya..

Ya Allah Ya Tuhan Kami..
Izinkanlah kami menjadi pribadi sesabar Nabi Ayub,
Yang kesabarannya sungguh meluruhkan penyakitnya
Meskipun semua orang terdekat meninggalkannya, termasuk pula istrinya..

Ya Allah Ya Tuhan Kami..
Izinkanlah kami menjadi pribadi segigih Nabi Nuh,
Yang kegigihannya berdakwah hampir 100 dasawarsa
Meskipun anak kesayangannya pun tak masuk dalam umatnya..

Jikalau tidak Kau izinkan permohonan kami,
Maka jadikanlah kami makhluk yang tahu diri
Lihai berucap syukur atas nikmat-Mu setiap hari
Dan selalu tersenyum menyambut ujian memperbaiki diri..

Karena kami tahu..
Bahwa sejatinya nikmat dan cobaan dari-Mu,
Menjadikan kami pribadi yang terus baru
Lebih maju dari makhluk terdahulu..

Karena cintamu, Wahai Tuhanku yang Maha Tahu… 
:)

4th note, on August 13th 2013
Di Atas Awan Langit Indonesia, 13.22-13.40 WIB
Violinist of White Horse

Sabtu, 29 Juni 2013

Jilbab itu cantik ya... :)

1. sy nggak mau kerudungan! kerudungan itu kuno | "lha, itu orang2 yang pake baju buka-bukaan kayak zaman flinstones, lebih kuno lagi"

 2. tapi kan itu kan hal kecil, kenapa kerudungan harus dipermasalahin?! | "yang besar2 itu semua awalnya kecil yg diremehkan"

 3. yang penting kan hatinya baik, bukan lihat dari kerudungnya, fisiknya! | "trus ngapain salonan tiap minggu? make-upan? itu kan fisik?"

 4. kerudungan belum tentu baik | "betul, yang kerudungan aja belum tentu baik, apalagi yang...(isi sendiri)"

 5. sy kemarin liat ada yg kerudungan nyuri! | "so what? yg nggak kerudungan juga banyak yang nyuri, gak korelasi kali"

 6. artinya lebih baik kerudungin hati dulu, buat hati baik! | "yup, ciri hati yg baik adl kerudungin kepala dan tutup aurat"

 7. kalo kerudungan masih maksiat gimana? dosa kan? | "kalo nggak kerudungan dan maksiat dosanya malah 2"

 8. kerudungan itu buat aku nggak bebas! | "oh, berarti lipstick, sanggul, dan ke salon itu membebaskan ya?"

 9. aku nggak mau dibilang fanatik dan ekstrimis! | "nah, sekarang kau sudah fanatik pada sekuler dan ekstrim dalam membantah Allah"



10. kalo aku pake kerudung, nggak ada yang mau sama aku!? | "banyak yang kerudungan dan mereka nikah kok"

 11. kalo calon suamiku gak suka gimana? | "berarti dia tak layak, bila didepanmu dia tak taat Allah, siapa menjamin dibelakangmu dia jujur?"

 12. susah cari kerja kalo pake kerudung! | "lalu membantah perintah Allah demi kerja? emang yang kasi rizki siapa sih? bos atau Allah?"

 13. ngapa sih agama cuma diliat dari kerudung dan jilbab? | "sama aja kayak sekulerisme melihat wanita hanya dari paras dan lekuk tubuh"

 14. aku nggak mau diperbudak pakaian arab! | "ini simbol ketaatan pada Allah, justru orang arab dulu gak pake kerudung dan jilbab"

 15. kerudung jilbab cuma akal2an lelaki menindas wanita | "perasaan yg adain miss universe laki2 deh, yg larang jilbab di prancis jg laki2"

 16. aku nggak mau dikendalikan orang ttg apa yg harus aku pake! | "sayangnya sudah begitu, tv, majalah, sinetron, kendalikan fashionmu"

 17. kerudung kan bikin panas, pusing, ketombean | "jutaan orang pake kerudung, nggak ada keluhan begitu, mitos aja"

 18. apa nanti kata orang kalo aku pake jilbab?! | "katanya tadi jadi diri sendiri, nggak peduli kata orang laen..."
  
19. kerudung dan jilbab kan nggak gaul?! | "lha mbak ini mau gaul atau mau menaati Allah?"

 20. aku belum pengalaman pake jilbab! | "pake jilbab itu kayak nikah, pengalaman tidak diperlukan, keyakinan akan nyusul"

 21. aku belum siap pake kerudung | "kematian juga nggak akan tanya kamu siap atau belum..."

 22. mamaku bilang jangan terlalu fanatik! | "bilang ke mama dengan lembut, bahwa cintamu padanya dengan menaati Allah penciptanya"

 23. aku kan gak bebas kemana-mana, gak bisa nongkrong, clubbing, gosip, kan malu sama baju! | "bukankah itu perubahan baik?"

 24. itu kan nggak wajib dalam Islam!? | "kalo nggak wajib, ngapain Rasul perintahin semua wanita Muslim nutup aurat?"

 25. kasi aku waktu supaya aku yakin kerudungan dulu | "yakin itu akan diberikan Allah kalo kita sudah mau mendekat, yakin deh"

 (ust. Felix siauw)

Kisah mengharukan : Pramugari dan Kakek... :)

Saya adalah seorang pramugari biasa dari china Airline. Karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap harinya hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.

Pada tanggal 17 juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya. Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari shanghai menuju peking, penumpang sangat penuh pada hari ini.

Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua, dan terlihat jelas sekali gaya desanya. Pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang. Kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju, seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minum, ketika melewati baris 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.
Kami menanyakan mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakkan karung tua di atas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkan duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.

Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia menjawab bahwa dia hendak ketoilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarang, takut merusak barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ketoilet, pada saat menyajikan minum yang ke dua kali, kami melihat dia melirik kepenumpang sebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakkan segelas minuman teh dimeja dia. Ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir.

Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minuman kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.

Saat kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya. Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja dikota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat 3 di Peking. Anak sulung yang bekerja dikota menjemput kedua orangtuanya untuk tinggal bersama dikota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orangtua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking. Anak sulungnya tidak tega orangtua tersebut naik mobil megitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama – sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri. Akhirnya dengan terpaksa disetujui dengan anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai oleh anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakkan karung tersebut diatas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati – hati dia meletakkan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil ? dan meminta saya meletakkan makanannya dikantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga. Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri , perbuatan yang tulus tersebut benar – benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut menyembah kami, mengucap terima kasih bertubi – tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami didesa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak. Hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tau bagaimana mengucap terima kasih kepada kalian.

Semoga tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam – beragam penumpang saya sudah jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain – lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya.



Janganlah kalian memandang orang dari penampilan luar, tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat..

Copas dari sebuah grup, tapi lupa :'(

AKHIR HAYAT PENGGEMAR MUSIK DAN PENCINTA AL QUR'AN (Kisah Nyata)

Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar do’a ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.

Aku sungguh heran. Bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri: “Alangkah sabarnya mereka…setiap hari begitu…benar-benar mengherankan!”Aku belum tahu bahwa di situlah kebahagiaan orang mukmin, dan itulah shalat orang-orang pilihan…Mereka bangkit dari tempat tidumya untuk bermunajat kepada Allah.Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah. Padahal berbagai nasihat selalu kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu.Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan ke kota yang jauh dari kotaku. Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing.

Di sana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur’an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati.

Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol. Di samping menjaga keamanan jalan, tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Pekejaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi.



Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak.Aku bingung dan sering melamun sendirian…banyak waktu luang…pengetahuanku terbatas.

Aku mulai jenuh…tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentult penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah suatu peristiwa yang hingga kini tak pernah kulupakan.

Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas di sebuah pos jalan. Kami asyik ngobrol…tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras. Kami mengalihkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban.

Kejadian yang sungguh tragis. Kami lihat dua awak salah satu mobil daIam kondisi sangat kritis. Keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah.

Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan. Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat.



Ucapkanlah “Laailaaha Illallaah…Laailaaha Illallaah…” perintah temanku.Tetapi sungguh mengherankan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding.Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat…Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat.Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini. Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat. Tetapi… keduanya tetap terus saja melantunkan lagu.

Tak ada gunanya…Suara lagunya semakin melemah…lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua. Tak ada gerak… keduanya telah meninggal dunia.Kami segera membawa mereka ke dalam mobil.Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatah pun. Selama pejalanan hanya ada kebisuan, hening.

Kesunyian pecah ketika temanku memulai bicara. Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su’ul khatimah (kesudahan yang buruk). Ia berkata: “Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk. Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia”. Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan dalam buku-buku Islam. Ia juga berbicara bagaimana seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin.

Perjalanan ke rumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat.Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat kusyu’ sekali.



Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu.Aku kembali pada kebiasaanku semula…Aku seperti tak pemah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu lalu. Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala. Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pemah kudengar dari dua orang yang sedang sekarat dahulu.

Kejadian Yang Menakjubkan… Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu…sebuah kejadian menakjubkan kembali terjadi di depan mataku.

Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota.Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri di belakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itu pun langsung tersungkur seketika.

Aku dengan seorang kawan, -bukan yang menemaniku pada peristiwa yang pertama- cepat-cepat menuju tempat kejadian. Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapat penanganan.Dia masih muda, dari tampangnya, ia kelihatan seorang yang ta’at menjalankan perintah agama.

Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya.Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an…dengan suara amat lemah.

“Subhanallah! ” dalam kondisi kritis seperti , ia masih sempat melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran? Darah mengguyur seluruh pakaiannya; tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati.Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suaranya yang merdu. Selama hidup aku tak pernah mendengar suara bacaan Al Quran seindah itu. Dalam batin aku bergumam sendirian: “Aku akan menuntun membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu… apalagi aku Sudah punya pengalaman,” aku meyakinkan diriku sendiri.

Aku dan kawanku seperti kena hipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur’an yang merdu itu. Sekonyong-konyong tubuhku merinding menjalar dan menyelusup ke setiap rongga.Tiba-tiba suara itu berhenti. Aku menoleh ke belakang. Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang. Kupegang tangannya, detak jantungnya nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah meninggal dunia.

Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku. Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah wafat. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis, air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan.

Sampai di rumah sakit…Kepada orang-orang di sana kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan. Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang meneteskan air mata. Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya.

Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada jenazah, semua ingin ikut menyalatinya.

Salah seorang petugas tumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantarkan jenazah hingga ke rumah keluarganya. Salah seorang saudaranya mengisahkan ketika kecelakaan, sebetulnya almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari Senin. Di sana, almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang miskin. Ketika tejadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang ia santuni. Bahkan ia juga membawa permen untuk dibagi-bagikan kepada anak-anak kecil.

Bila ada yang mengeluhkan-padanya tentang kejenuhan dalam pejalanan, ia menjawab dengan halus. “Justru saya memanfaatkan waktu perjalananku dengan menghafal dan mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an, juga dengan mendengarkan kaset-kaset pengajian, aku mengharap ridha Allah pada setiap langkah kaki yang aku ayunkan,” kata almarhum.Aku ikut menyalati jenazah dan mengantarnya sampai ke kuburan.Dalam liang lahat yang sempit, almarhum dikebumikan. Wajahnya dihadapkan ke kiblat.


“Dengan nama Allah dan atas ngama Rasulullah”.Pelan-pelan, kami menimbuninya dengan tanah…Mintalah kepada Allah keteguhan hati saudaramu, sesungguhnya dia akan ditanya…Almarhum menghadapi hari pertamanya dari hari-hari akhirat…


Dan aku… sungguh seakan-akan sedang menghadapi hari pertamaku di dunia. Aku benar-benar bertaubat dari kebiasaan burukku. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosaku di masa lalu dan meneguhkanku untuk tetap mentaatinya, memberiku kesudahan hidup yang baik (khusnul khatimah) serta menjadikan kuburanku dan kuburan kaum muslimin sebagai taman-taman Surga. Amin…(Azzamul Qaadim, hal 36-42)



Sumber : [“Saudariku Apa yang Menghalangimu Untuk Berhijab”; judul asli Kesudahan yang Berlawanan; Asy Syaikh Abdul Hamid Al-Bilaly; Penerbit : Akafa Press Hal. 48]

Jumat, 26 April 2013

Patutkah Seorang Muslim Berkata "RIP"?


Istilah RIP (Requiescat in pace) bagian dari aqidah Katholik, biasa terdapat pada epitaf dan disenandungkan saat Misa Requiem. Keyakinan ini juga terdapat pada agama Yahudi. Epitaf RIP ditemukan pada nisan Bet Shearim, Yahudi, meninggal 1 Abad Sebelum Masehi.

Variasi lain Requiescat in pace atau Rest in Peace dalam bahasa Inggris adalah penambahan kata "may (semoga)". Ini terkait keyakinan dosa ditebus. Ungkapan RIP dalam bentuk ringkas maupun panjang digunakan pada upacara pemakaman tradisional Yahudi. Pijakannya adalah Talmud kuno. RIP dalam bahasa Inggris, yakni rest in peace, tidak ditemukan pada kuburan sebelum abad VIII Masehi. Meluas penggunaannya setelah abad XVIII.


Ungkapan RIP pada agama Katholik terdapat dalam Misa Requiem (Missa pro Defunctis) yang merupakan bagian dari ritus Tridente. Paus (Emeritus) Benediktus XVI menyatakan Ritus Tridente (Tridentin) merupakan bentuk misa yang luar biasa. Ia keluarkan surat edaran tahun 2007. Ini merupakan surat pribadi(motu proprio) kepada seluruh gereja untuk menggunakan Misa Tridentin. Surat ini bermakna penegasan bahwa ungkapan RIP merupakan bagian tak terpisahkan.


Motu proprio (surat pribadi dengan tanda-tangan pribadi) Paus Benediktus XVI (sekarang emeritus) menegaskan kedudukan misa yang melembaga sejak 1570 tersebut. RIP merupakan bagian penting sebagai semacam "pembersihan dosa secara keseluruhan". Dalam hal ini kedudukan RIP saat misa serupa dengan ungkapan "Allahummaghfirlahu...". Jadi, ini merupakan bagian dari prosesi ibadah. Tentu saja tak sama persis. Dalam Islam, seorang syaikh tak memiliki otoritas penghapusan dosa dan penentuan nasib seseorang jadi ahli surga.


Orang yang sudah diupacarai dengan misa dimana pernyataan RIP ada di dalamnya, dianggap sudah "bersih" dari dosa. Sudah ditebus. Jadi, ungkapan RIP memang tidak dapat dibenturkan dengan kalimat istirja' (Ø¥ِÙ†َّا Ù„ِلهِ ÙˆَØ¥ِÙ†َّا Ø¥ِÙ„َÙŠْÙ‡َ رَاجِعُونَ) karena memang sangat berbeda kedudukannya. Ungkapan yang berdekatan, tapi amat berbeda konsep dasarnya dengan istirja' adalah "telah berpulang ke rumah bapa...". Cermati ini agar tak gegabah menyama-nyamakan!


Orang yang tak mengimani RIP sekaligus tak percaya kepada otoritas gereja maupun pastor, tidak gunakan istilah RIP. Cukup passed away (telah berpulang) atau serupa itu. Ini menunjukkan bahwa RIP adalah masa keimanan pada agama mereka.


Apakah RIP merupakan ucapan belasungkawa semata? Tidak. Belasungkawa biasa gunakan ungkapan "in my deepest condolence (pada duka cita yang amat dalam)..." atau serupa itu. Apakah RIP merupakan produk budaya semata? Tidak. Menilik sejarah yang lebih rinci, ini merupakan konsekuensi iman & bagian dari peribadatan.


Lalu apa sebutan untuk orang yang sudah mati pada umumnya? Secara budaya, biasa disebut late (mendiang) begitu saja. Mohon maaf sekiranya saya tidak santun dalam bertutur. Nasehatilah saya. Semoga catatan sederhana tentang RIP ini bermanfaat dan barakah.


Oleh: Mohammad Fauzil Adhim




Perhatikan ini ya teman-teman, karena saat ini adalah masa-masa dimana akidah dan pemahaman kita yang cenderung setengah-setengah menjadi target serangan akan keislaman kita, banyak yang beralasan "gitu aja diributin" , "ah masalah kecil nih" , "yaelah islam ribet amat", dll. Nah point inilah yang saat ini sedang dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh para setan dan sekutunya...


Perkuat pemahaman teman, dengan mempelajari Alquran dan hadistnya... 

Jangan sekedar menjadi Ahli Sunnah wa GOOGLEiyah...

Kalau saya sih, daripada make istilah2 yang diragukan mending ga usah pakai istilah, RIBET AMAT...

Pakai saja nama si mending dengan kata-kata mulia, semacam "semoga damai di sana". SELESAI
hehehe

Kamis, 25 April 2013

Doaku padaMu ketika aku jatuh cinta... :)


Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.


Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu.


Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta yang batil.


Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling dari hati-Mu.


Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu


Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.


Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.


Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.


Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.


Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, 
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.


Kukuhkanlah ya Allah ikatannya, Kekalkanlah cintanya,
Tunjukilah jalan-jalannya, Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar,
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu...
amiiin Ya Robbal A'lamin...


Sumber : Tazkirah Online

Rabu, 03 April 2013

Kisah Tukang Sampah :)


Kisah Tukang Sampah


Hari ini adalah hari Ahad, 16 Desember 2012. Hari yang sempurna untuk menjadi hari pertama SEMANGAT MENULIS saya KEMBALI teman-teman. Memang, sudah lama saya tidak menulis. Mungkin, dikarenakan banyak hal yang membuat saya menjadi (sok-sokan) sibuk dan menjalani berulang-ulang rutinitas yang memaksa berpikir keras. Bukan lagi sering, apalagi kadang, saya SELALU tidak memberikan waktu khusus untuk menulis. Akibatnya memang pembendaharaan kata dan alur ide tulisan saya pun terkungkum percuma di dalam pikiran. Begitu ceritanya, sudahlah tak perlu dibahas terlalu panjang, hehehe…

Nah, sekian saja untuk intronya, karena nanti malah isi tulisannya tak sebanyak intronya. Baiklah, untuk memulai tulisan ini memang alangkah baiknya dimulai dengan pertanyaan terlebih dahulu ya, berikut pertanyaannya :

1.       Adakah rekan, tetangga, atau keluarga kamu seorang tukang sumpah ? Tukang yang setiap hari memunguti sampah warga, untuk selanjutnya dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
2.       Atau jangan-jangan justru kamu kawan yang menjadi tukang sampah ? Namun, kamu malu mengakui hal tersebut kawan…
3.       Bagaimana pendapatmu tentang tukang sampah kawan ? Jijik? Kotor? Tak bergengsi? Pekerjaan Hina? Tak memiliki kedudukan atau kemuliaan?

Dewasa ini, banyak orang yang berteriak lantang setuju dengan pertanyaan ke (3), mereka mengangggap bahwa para tukang sampah hanyalah sesuatu kecil yang tak berguna, pekerjaan yang erat kaitannya dengan bau busuk atau bahkan menganggap bahwa pekerjaan seorang tukang sampah hanyalah pekerjaan buat mereka orang-orang yang tak berguna. Begitukah kawan ? Setujukah kamu kawan ?

         Menurut mereka, tukang sampah hanyalah orang yang rela bangun pagi-pagi untuk menjemput truk atau gerobak sampah. Kemudian bergegas menuju pemukiman warga, dengan setia dan semangat mulia menjemput ratusan bahkan ribuan kilogram sampah tiap harinya. Menurut mereka, tukang sampah itu identic dengan bau tak sedap, dekat dengan sampah plastic, bekas jus yang sudah basi, bahkan ada pula yang tega membuang sampah berupa bangkai tikus di sampah hariannya. Bahkan lagi menurut mereka, tukang sampah hanyalah pekerjaan hina yang mau digeluti oleh orang-orang tak berpendidikan, yang mau-maunya menyapu jalanan tiap pagi, berkeliling kota dari pagi hingga sore untuk memburu sampah. Begitulah kata mereka, sama dengan katamu kah kawan ? L


| “Benarkah seburuk itu pikiranmu kawan ? Pernahkah kamu membayangkan seandainya seluruh tukang sampah di seluruh Jogja mogok kerja selama 1 hari bahkan 1 minggu akibat ulahmu yang tak mempedulikan maupun menghargai mereka ?” Pernahkah kamu membayangkan kerusuhan yang akan terjadi ?|


           Bisa dibayangkan seandainya seluruh tukang sampah di Jogja mogok kerja 1 hari, maka akan sangat dipastikan akan terjadi penumpukan sampah di seluruh kota Jogja kawan. Ambil contoh kasus, jika seandainya tiap 1 rumah menghasilkan 2-3 kg sampah tiap harinya. Lalu, tiap kelurahan mengeluarkan sampah sebanyak 1-2 truk sampah tiap harinya. Lantas tiap kecamatan di Jogja anggap saja menghasilkan 5-7 truk sampah setiap harinya. Perlu diketahui, Kota Jogja memiliki 14 kecamatan. Jadi kalau dikalkulasikan adalah 14 kecamatan x 5-7 truk sampah = 70-98 truk sampah yang akan terakumulasi dalam 1 hari. Dan tahukah kamu kawan, jumlah 70-98 truk (setara 1-2 lapangan sepakbola) sampah itulah yang akan memenuhi kota Jogja seandainya tukang sampah mogok kerja selama 1 hari, HANYA 1 HARI. BAGAIMANA KALAU MEREKA MOGOK KERJA SELAMA 3 HARI, 1 MINGGU, ATAU BAHKAN 1 BULAN ? BISA MEMBAYANGKAN KAH KAMU KAWAN ?

| “ Perlu diketahui, Kota Jogja memiliki 14 kecamatan. Jadi kalau dikalkulasikan adalah 14 kecamatan x 5-7 truk sampah = 70-98 truk sampah yang akan terakumulasi dalam 1 hari. Dan tahukah kamu kawan, jumlah 70-98 truk (setara 1-2 lapangan sepakbola) sampah itulah yang akan memenuhi kota Jogja seandainya tukang sampah mogok kerja selama 1 hari, HANYA 1 HARI. “ |


                Masihkah kamu menganggap peran seorang tukang sampah itu kecil kawan ? Masih merasa habatkah dirimu kawan ?


            Setiap pribadi manusia memiliki peranannya masing-masing kawan. Semuanya terikat dalam sebuah harmoni yang disebut kehidupan. Tak ada yang salah dengan tukang sapu jembatan, tak ada yang salah menjadi presiden, tak ada yang salah menjadi nahkoda kelautan, tak ada yang salah dengan pedagang asongan, tak ada yang salah dengan pedagang buah musiman, tak ada yang salah kawan… Setiap manusia memiliki kehidupannya dan pilihannya masing-masing. Semua akan berjalan bersinergi memberikan nafas semangat yang menyenangkan, yang saling melengkapi antara satu hati dengan hati yang lain…
                
        Marilah kawan, mari kita menghargai semua aspek kehidupan… Bahkan Om Taufik Ismail juga membuat puisi yang mantap seperti ini…


Kerendahan Hati
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin, Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik, Yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar, Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang Memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya, Jadilah saja jalan kecil, Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten, Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi Rendahnya nilai dirimu…
Jadilah saja dirimu…. Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
-Taufik Ismail-




Karena setiap pribadi memiliki baik kurangnya masing-masing, tugas kita hanyalah membaikkannya, menggosoknya dan terus BERKILAULAH… J

Edited on 26 December 2012
At HMTG FT UGM, 3.53 pm

Kamis, 28 Maret 2013

PANCASILA itu P.A.N.C.A.S.I.L.A.

         Dulu, setiap kali kita mengikuti upacara bendera selama Sekolah Dasar (SD), tentu kita akan sangat hafal di luar kepala apa saja isi dari Pancasila. Hafal dengan sangat lantang, bahkan menyebutkan dengan mata tertutup sambil tiduran pun ketika SD kita akan sangat mudah melakukannya. Hal tersebut akan berbeda dengan kondisi sekarang, kalau kita minta ke remaja ataupun orang dewasa untuk menyebutkan pancasila, saya tidak berani menjamin dari 100 orang yang disurvei, semuanya akan mampu menyebutkan sila-sila Pancasila dengan baik dan benar. Bahkan ketika kemarin ada seleksi untuk Hakim Agung, ada salah seorang calon hakim yang dengan mantapnya terbalik mengucapkan sila ke-4 dan ke-5. Bayangkan teman-teman, seorang calon Hakim Agung melakukan kesalahan yang begitu fatal. Seorang yang berkompetensi untuk menjadi salah satu orang terhormat pun melakukan kesalahan, bagaimana dengan masyarakat Indonesia? “ 

           Lantas, mengapa bisa terjadi demikian ? Adakah yang salah dengan Pancasila sekarang ?” 

        Pancasila merupakan dasar Negara yang sungguh sangat mulia, yang dahulu diagung-agungkan oleh para founding father Republik Indonesia ini dibentuk awalnya pada tanggal 1 Juni 1945. Pancasila dibentuk karena merupakan dasar pemikiran utama dalam membangun sebuah Negara baru. Tentu butuh banyak hal yang membuat pancasila tersebut dapat menjadi rangkaian dasar Negara yang benar-benar sanggup menjadi landasan semangat dan bernegara bagi rakyat Indonesia yang tentu saat itu membutuhkan pemantik perjuangan. Belasan ahli kenegaraan dan para perwakilan pun dikumpulkan untuk membahas dasar Negara Indonesia. Dasar Negara tersebut tidak hanya menjadi solusi bagi permasalahan bangsa pada saat itu. Tetapi juga untuk saat ini dan masa-masa yang akan datang. 

         “ Lantas, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Pancasila tak mampu meredam carut-marutnya kondisi Indonesia saat ini ? Apakah ini salah Pancasila ?” 

            Di zaman yang sudah begitu pesat ini, permasalahan bagaimana, mengapa, dan kenapa Pancasila tak sanggup menjadi bagian dari kehidupan kita tak lain adalah karena kita sendiri sudah tak begitu yakin dengan nilai-nilai yang ada dalam tubuh Pancasila. Semangat perjuangan yang dahulu begitu menggelora di dalam tubuh Pancasila tersebut, seakan menguap tak bersisa, tak mampu menjalar ke dalam tubuh kita semua sebagai generasi muda. Generasi muda sekarang hanya sibuk berpikir bagaimana berpikir praktis, berharap taktis pada semua hal, tanpa mau memperjuangkan kewajiba-kewajiban dirinya. Hanya mampu menuntut, tak sanggup memberi. Pola hidup yang semakin memudahkan atau bisa dibilang memanjakan generasi sekarang disinyalir menjadi salah satu penyebab pudarnya nilai-nilai Pancasila di dalam diri generasi muda sekarang. Lantas, apakah kita hanya bisa diam diri ? Bertahan pada situasi yang sebenarnya sedang menyeret kita semua dalam jurang kehancuran, teman ? Yakin mampu bertahan, teman ? 

        Memang Pancasila memiliki makna, yaitu panca adalah lima, dan sila yang bisa berarti pasal atau bagian. 5 sila inilah yang menjadi tonggak atau dasar Negara Indonesia yang begitu mempesona karena sanggup mewakili banyak kepentingan dan tujuan yang sangat diharapkan oleh para pejuang, para pahlawan kita dahulu. Dari sila pertama kita begitu diajarkan bagaimana kita memahami bahwa Tuhan itu ada dan esa alias tunggal. Kemudian dari sila kedua kita juga belajar bahwa sesame manusia itu memiliki hal-hal yang harus disetarakan alias adil dan memiliki kaidah adab yang mulia. Lalu pada sila ketiga, kita memahami bahwa belasan ribu pulau yang ada di Indonesia, ratusan kebudayaan yang berkembang hebat di bumi pertiwi ini haruslah terus bersatu agar Indonesia benar-benar utuh menjadi satu kesatuan. Lantas, pada sila keempat, kita semua juga belajar pada pentingnya berdemokrasi dan bermusyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah. Terakhir, kita semua belajar tentang makna keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tidak ada beda antara satu sama lain, semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. 

           Jadi, sungguh pada dasarnya banyak hal yang bisa kita lakukan untuk dijadikan solusi menawan untuk permasalahan yang begitu berkesan ini kawan, begitu banyak teman. Namun, jika ditarik satu benang merah, tentu adalah bagaimana kita mau memahami Pancasila tersebut secara utuh, tidak secara sepotong-potong. Tidak hanya sekedar menghafal, berteriak lantang, tetapi juga bagaimana kita bisa memahami Pancasila adalah benar-benar menjadi dasar Negara kita yang memiliki nilai-nilai yang harus kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Memahami dan terus meyakini bahwa Pancasila merupakan spirit bagi kita semua untuk menuju Indonesia yang lebih baik. 

        Saya anak Indonesia, dan saya meyakini bahwa Pancasila akan menjadi dasar semangat kita untuk segera menjadikan Indonesia Negara yang lebih baik. Lebih baik bahkan dari Negara yang terbaik di seluruh dunia… 

     Karena PANCASILA itu P.A.N.C.A.S.I.L.A. Di dalamnya terdapat semangat Patriot, Agamis, Nasionalis, Cekatan, Aktif, Sinergis, Intelektual, Loyal, dan Atraktif.