Selasa, 06 September 2011

donor darah dan keuntungannya...

Hmmm… Minggu siang kemarin menjadi hari yang cukup bermakna bagi saya.

Setelah pagi berusaha menggerak-gerakkan tubuh, agak siang menuju ke akad nikah salah seorang teman dan siangnya menuju tempat donor darah. Yah, pelajaran itu saya temukan di suatu acara donor darah yang diadakan oleh salah satu supermarket di Jogja. Akhirnya setelah sekian lama menunggu momen, saya bisa bertemu dengan event yang saya cintai ini. Saya memang selalu menantikan acara donor darah, bukan untuk mendonor terus sih, tapi hanya keisengan mengamati tingkah laku para pendonor. Hehehe ra cetho *yoben…



Sesuai prosedur donor darah yang baik (saya tahu lho, karena saya juga pernah jadi panitia *entah berguna atau tidak, wkwkwk), saya mendaftarkan diri kepada petugas pendaftaran.

Lantas, saya diberikan blangko biru khas persyaratan menjadi pendonor lengkap dengan pulpen dan nomor urutnya. Nah, mulai dari sini saya sudah mulai mengamati orang-orang di sekitar tempat donor ini, yah minimal mbak-mbak yang jadi petugas pendaftaran *huhuhu lucu sekali mbaknya, punya adik cewek ga mbak ? (itu kata teman saya lho, benar begitu kan San? wkwkwk)



Dan akhirnya saya tahu, bahwa masih banyak orang baik di zaman yang mulai menggila ini…



Lepas dari mbaknya, saya mulai mencari-cari tempat duduk diantara puluhan orang yang berjubel di ruangan yang tak terlalu luas ini. Mencari celah, clingak-clinguk tak karuan, sok memainkan hp padahal nyari kursi kosong pun saya lakukan. Setelah 50 detik mencari, akhirnya saya menemukan kursi kosong di pojok kanan arah jam 2 dari tempat saya berdiri. Sontak, saya bergegas menuju ke sana lalu mengirim sms kepada teman saya yang kelihatan linglung di gerbang dekat stand Mil*o.

Nah, tipikal orang kedua yang saya temukan di sini adalah ibu-ibu yang perhatian, baik hati, tetapi sedang tergesa-gesa sepertinya. Beberapa saat setelah saya meletakkan kepingan kelelahan saya pada sebuah kursi, ibu ini langsung menyambut ramah saya dengan pertanyaan tak sabarannya, “Mas, nomor urut berapa ya?”. Saya pun menjawab (perhatikan ada yang aneh dengan pilihan kata saya), “Oh, saya dapat nomor undian 397, Bu”. *Sudah menemukan yang aneh ?



Yap benar sekali, saya mengatakan nomor urut dengan nomor undian, wkwkwk parah sekali, saya sempat tersenyum kecil kepada ibunya. Beruntung, ibunya tak menyadari hal ini kemudian terus berlalu menuju luar ruangan setelah 3 menit mengobrol dengan saya tentang donor darah.



Dan akhirnya saya tahu, bahwa masih banyak orang baik di zaman yang mulai menggila ini…



Sepeninggal ibu tersebut, saya mulai mencari mangsa baru untuk saya amati, hehehe. Dengan resolusi mata yang mencapai 100 Megapixel, zoom 99x lipat dibanding kamera tercanggih apapun, saya berhasil menemukan mangsa baru untuk diamati. Kali ini yang saya amati adalah pasangan mas-mas dan mbak-mbak yang berada 33 cm di samping kanan saya. *Berasa naik angkot, duduknya mepet sekali, hah !


Dari 2 orang ini saya memperoleh info bahwa keduanya tidak mendonorkan darah semua, hanya masnya saja yang memberikan darah dan mbaknya hanya mengantarkan saja. Masnya sepertinya menyatakan bahwa hal ini merupakan olahraga buat dia. *hah? Maksudnya ?

Dan akhirnya saya tahu, bahwa masih banyak orang baik di zaman yang mulai menggila ini…


Sekalipun mas-mas dan mbak-mbak ini ga jelas, tapi gapapalah, yang penting dapat esensi dari mengapa kita perlu donor darah ? Yaitu OLAHRAGA ! *walaupun saya bingung, sejak kapan donor darah itu menjadi cabang olahraga dalam Olimpiade dunia ? haduduh…


2,5 jam menunggu tentunya menjadi useless jika tidak bisa saya manfaatkan dengan baik. *Bagaimana tidak, saya mendapat nomor antrian 397 padahal saat itu sedang dalam urutan 268. Bisa mati kegantengan ni saya, hah. Terpikir di dalam benak saya untuk meninggalkan ruangan ini sejenak. Menunaikan panggilan yang mulia, mencari keperluan sehari-hari di supermarket tersebut, dan makan siang adalah kegiatan yang paling tepat yang bisa saya lakukan saat itu. Dan 30 nomor menjelang kesempatan saya, saya pun kembali ke tempat tersebut.


Uhuy, saya kembali ke tempat duduk yang berbeda dengan tadi dan mujurnya saya menemukan buruan baru untuk saya amati. Nah, kali ini adalah bapak-bapak yang berada di samping kiri saya, tepatnya berada di N 900 E (waktu itu saya menghadap selatan). Khusus untuk bapak ini, saya tidak mengajak ngobrol. Karena bapaknya dari sedia tadi hanya diam, cemberut dan tanpa ekspresi. Jadi, saya menyimpulkan bahwa bapak ini sedang grogi menghadapi giliran dipanggil untuk donor darah. Bapaknya ini sebenarnya pengin pulang tetapi takut sama istrinya kalau-kalau ditanya istrinya, “Woi, kamu udah jadi donor belum ?”. hahaha


Akhirnya kesempatan saya datang juga, meskipun bukan mbak-mbak yang cantik tadi yang memanggil, tapi tak apalah, karena mbaknya yang sekarang lebih cantik, wkwkwk, setelah tes tekanan darah dan hemoglobin saya pun dipersilahkan untuk segera mendonorkan darah. Huhuhu It’s coming…


Ada satu pesan yang masih terngiang di telinga saya tentang ucapan dari bapak pengetes tekanan darah tadi, berikut ucapannya, “Wah mas, tekanan darahnya tinggi ini, besok kurangi makanan yang asin-asin ya?” jawab saya oke pak. Dalam hati saya bertanya, “Waduh, setahu saya itu saya jarang e makan asin-asin, dan setelah ditelusuri, ternyata eh ternyata tidur saya yang memang kurang akhir-akhir ini. Huhuhu


Selama proses mendonor, alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Ditemani ibu-ibu pengambil darah yang memang selalu ramah dengan siapapun. Beliau bercerita tentang anaknya yang sudah beranjak dewasa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Dan iseng, saya pun bertanya, “yang perempuan kelas berapa Bu?” hahaha, sontak ibunya bilang, “wah sudah tua mas, jauh di atas panjenengan…” *penonton kecewa, hahaha


Dan akhirnya saya tahu, bahwa masih banyak orang baik di zaman yang mulai menggila ini…


Selain pertanyaan di atas, saya sempat mengajukan pertanyaan ke ibunya itu, pertanyaan klasik, basa-basi pendonor amatiran seperti saya, “Bu, pentingnya donor itu apa ya ? Terus keuntungan yang bisa didapat apa ya ?” . Sambil tersenyum, ibu ini menjawab, “Ya selain menolong orang lain lha yo kita jadi sehat to mas, terhindar dari penyakit, terkontrol kesehatannya” *saya manggut-manggut.


Dan proses pun selesai, saya langsung berdiri dari tempat tidur, ibunya protes, “Mas, kalau merasa pusing tiduran dulu ya”. Saya yang lupa SOP setelah donor pun kembali meletakkan badan saya, dan sekitar 3 menit saya tiduran sebentar menunggu rekan saya di samping tempat tidur ini. Selang 3 menit kemudian, saya beranjak dari tempat tidur dan menuju tempat yang paling saya sukai. TEMPAT PENGAMBILAN KONSUMSI ! YES ! AKHIRNYA… wkwkwk


Tanpa dikomando ba bi bu, saya bergerak menyisir mangkok stereofoam dari pinggir ke tengah. Penetrasi ke arah pusat pun saya lakukan dengan intensif demi bersihnya areal mangkok, dalam waktu hitungan detik dan tanpa bantuan dari pihak lain, saya segera menyelesaikan operasi darurat perut ini, wkwkkw…


Nah, keisengan saya berlanjut, setelah saya ada seorang mas-mas yang kelihatannya sudah sangat terlatih dalam hal donor-mendonor. Dan dalam antrian pengambilan jatah makanan, mas-mas ini mendahulukan 1 orang setelah dia untuk mendapatkan jatah makanan kloter 1 yang sudah habis. Setelah menunggu beberapa saat, mas-mas ini masih terlihat sabar menanti, saya hormat dengan mas yang satu ini, tingkah lakunya perlu ditiru.

Sayangnya, “Don’t judge the book just from the cover” mas-mas ini memperlihatkan keburukannya, dia dengan lantang berkata kepada petugas konsumsi gara-gara dia sempat dilewati 1 orang setelah dia, “mbak, saya sudah menunggu dari tadi, kenapa bapak ini didulukan ?” Yaelah mas, saya jadi kecewa dengan peringai mas satu ini, awalnya dia sudah memberikan contoh bagus, namun akhirnya dia memperlihatkan sifat buruknya. Hadoh parah tenan.



Dan akhirnya saya tahu, bahwa masih banyak orang baik di zaman yang mulai menggila ini…




Donor, mungkin hal ini terlihat atau terdengar mengerikan atau menyakitkan, begitu kah ? Saya kira tidak, donor itu sungguh dapat membantu orang lain, membantu memperpanjang nyawa seseorang, tak ada salahnya menolong orang lain dengan apapun yang kita punya, sesedikit apapun…


Berdonorlah kawan… Maka kamu akan memperbanyak saudaramu…






My seventh (twenty sixrth) task on 2011
13th of April 2011
13.58-15.09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar