Selasa, 06 September 2011

Belajar yang rajin ya, Dek...

Hari ini saya merasa (kembali) diingatkan Allah akan pentingnya kesempatan. Kesempatan itu memang selalu menghampiri setiap orang dengan seenaknya. Yang menjadi masalah adalah kemampuan kita untuk menentukan dan memutuskan akan mengambilkah kesempatan ataupun melenakan pilihan itu. Sebuah peristiwa baru saja, selepas maghrib tepatnya, setelah saya latihan PD di gelanggang UGM (sudah insyaf ni, makanya rajin latihan, hehe). Saya beranjak dari UKM setelah lumayan segar akibat latihan, saya kemudian memacu motor dengan santainya.



Sesampainya di Perempatan Jetis, ada anak kecil menanyai satu persatu pengguna kendaraan. Entah itu mengamen atau menawarkan jasa mengelap motor (itu yang ada di pikiran saya), akhirnya anak itu menuju ke arah saya, menghampiri, kemudian menanyai saya bak seorang wartawan, dan inilah (what the) fun fact-nya, :


Anak itu (AI) : Mas, masnya belok atau lurus ?

Saya (S) : Lurus dek, ada apa ?

(AI) : Boleh saya numpang mas ? Saya nanti turun di Borobudur Plaza

(S) : Oh, silakan, monggo-monggo

(AI) : wah, makasih mas…

(S) : (kemudian saya membuka pertanyaan), aslinya mana dek ?

(AI) : Cilacap mas,

(S) : kok turunnya di Borobudur Plaza, rumahnya dimana e?

(AI) : Kricak mas…

(S) : (What ?!!! Rumah saya kan di situ) Heh? Beneran dek? Rumah saya di sana juga lho. Emang tinggal sama siapa ?

(AI) : Sama ibu mas…

(S) : Ooo… Sekolah ga dek ?

(AI) : Iya mas, sekolah…

(S) : Lah? Kok masih sempet ngamen dek ?

(AI) : Ngamennya buat sekolah mas (sambil nyengir, *lucu wajah adeknya)

(S) : (tersindir karena sekolah aja masih dibayarin bapak-mamak) Oh gitu ya…

(AI) : Iya mas

(S) : Yaudah, kalau sekolah yang rajin ya dek , biar besok hidupnya enak, (sejak saat itu saya berjanji pada diri sendiri untuk rajin sekolah *amin ya Allah)

(AI) : Iya mas, siap

(S) : Oke, tos dulu…

(AI) : oke mas… (Plak!!! Terdengar sebuah tamparan eh bukan maksudnya tos-tosan). Saya turun sini ya mas

(S) : oke oke…


well, itulah percakapan saya dengan seorang anak kecil yang masih polos, namanya Dedi, dia adalah seorang pengamen kecil yang sepertinya sering mangkal di Perempatan Jetis. Dibalik keterbatasannya, dia masih berjuang mencari rupiah untuk membiayai sekolahnya. Sungguh saya tersentak, seakan ini adalah peringatan dari Allah kepada saya tentang pentingnya sebuah kesempatan. Sudah ada fasilitas yang memadai, bapak-mamak yang alhamdulillah masih bisa membiayai, motor yang siap mengantar kemana pun, buku yang bertumpukan, dan lainnya. Tapi, kok saya masih jarang belajar ya ? Terkadang menyepelekan kesempatan ini dan memilih untuk membuat event atau bermain dengan alasan hal ini juga merupakan pembelajaran bagi saya dalam hal komunikasi. Sebuah upaya ngeles yang menurut saya sampai sekarang masih bisa diampuni.

Woiii Boy ! Ga semudah itu kamu melepaskan kewajibanmu belajar ! Kamu ini adalah anak bangsa yang diharapkan oleh banyak orang untuk memperbaiki negeri ini dengan otakmu, dengan kecerdasanmu, dengan kebijakanmu, bukan dengan main-main seperti yang kau lakukan sekarang. Bersyukurlah kepada Allah tentang apa yang telah diberikan. Kalau kau belum bisa berbuat banyak, minimal bersyukurlah dengan cara belajar sungguh-sungguh. Jadi orang yang intelek, yang pintar, yang tak bisa lagi dibohongi oleh negara asing yang telah memeras negeri tercintamu ini. Toh, belajar juga merupakan sarana ibadahmu. Allah juga berjanji akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Belajar Boy, Belajar Bro ! Kamu bisa kalau kamu berusaha dan berdoa !




Sekolah itu seperti menanam pohon, karena manfaatnya baru dirasakan 20 tahun ke depan. Makanya bersemangatlah untuk belajar karena itu bukan untuk orang lain, semuanya itu hanya untukmu…
(Burlian-Tere Liye)


Maka, nikmat Allah manakah yang kamu dustakan ?
(QS Ar-Rahman)



Semoga hal ini menjadi pengingat bagi saya pribadi, sukur-sukur bisa menjadi pengingat bagi kita semua. Masa depan Indonesia ada di tangan kita teman-teman… Mari kita menjadi pribadi yang cerdas, intelek, dan bertanggung jawab sehingga bisa memperbaiki kondisi negeri ini. Tak ada kata terlambat untuk belajar, yang ada hanyalah tipu daya setan karena menganggap kesempatan sekarang bukanlah kesempatan baik. Kesempatan baik itu tak datang dua kali kawan !


Ayo bersemangat, ayo bersahabat, bersama-sama di Teknik Geologi…
Ayo bersemangat, ayo bersahabat, bersama-sama di Teknik Geologi…



Nb :
Tadi pagi masih sempat membuat serundeng dan sup buah bersama Mamak. Dan lagi-lagi kemampuan untuk bersyukur saya pun kembali diuji. Terima kasih ya Allah…Kau memang Maha Baik…



Maka nikmat Allah manakah yang kamu dustakan ?
-speechless-





My third (twenty second) task on 2011
10th of January 2011
19.05-19.38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar