Senin, 11 April 2011

Filosofi solat

Memang, selalu saja tanpa kesadaran
Kehidupan menghilang seakan terlupakan
Kembali merenggut korban
Sebelum mendapat sentuhan pelukan

Baru kemarin pagi aku menyapa lembut bapak itu
Sunggingkan senyuman bangkitkan semangat baru
Tak dinyana,
Tapi malamnya Beliau sudah terbujur kaku
Dengan mulut berwarna biru, darah pun beku

Kembali ku teringat pada hari-hari biasa
Saat kami bersua di pelataran penyembahan
“Loh mas, Bapaknya dimana ? Kok g diajak ? ”
Aku pun menjawab,
“hehe, bapaknya masih di kantor, belum pulang pak ”

Kembali ku teringat pada hari-hari biasa
Saat kami bersua di pelataran penyembahan
“Mas, kuliah dimana to ? “
Jawabku “di teknik geologi pak”
Beliau kembali menjawab, “Wah, besok jadi orang kaya dong ! kerja di pertamina, dll”
Aku pun menjawab sembari tersenyum bersemangat,
“Mohon doanya saja pak ”

Kembali ku teringat pada hari-hari biasa
Saat kami bersua di pelataran penyembahan
Beliau bertanya, “Mas, kok jarang subuhan lagi ?”
Aku menjawab, “Maaf pak, lagi banyak tugas, jadinya nginep di tempat temen”
Jawab beliau, “ooo…sibuk banget ya Mas ? Jangan lupa solatnya ya…”

Berulang-ulang
Tanpa penat beliau bertanya

Kembali ku teringat pada hari-hari biasa
Saat kami bersua di pelataran penyembahan
Selalu saja pertanyaan perhatian muncul dari bibir halusnya
Menanyakan kondisi
Tak hanya fisik namun juga rohani

Kemarin
Saya kembali kehilangan orang-orang yang berharap besar melihat kesuksesan saya
Orang-orang yang menaruh asa pada pundak saya
Mengangkat martabat bangsa, menyejahterakan manusianya

Dan siang tadi
Saya ikut mengantarnya,
Ke depan gerbang peristirahatan selamanya
Tak kuasa diriku menahan linangan air mata
Saya mungkin bukan siapa-siapanya
Tapi Beliau adalah salah satu pemicu semangat saya
Padanya kulihat binar-binar kepercayaan mulia yang disalurkan ke dalam benak saya

Ya Allah…….mudahkanlah pintu surga baginya
Lebarkanlah liang kuburnya dengan luasnya pengampunan-Mu
Sandingkan Beliau dengan bidadari surga terbaik baginya
Tabahkanlah keluarga yang ditinggalkannya,

Hanya ini yang baru bisa saya persembahkan
Doa pengharapan hamba-Mu yang lemah ini…


Tribute to:
Sutrisno Hadiatmojo
8 Juni 2010, 20.52

Tidak ada komentar:

Posting Komentar