Tiga puluh satu desember pertanda akhir bulan ini
Selalu dinanti para penjual terompet dan kembang api
Gara-gara Julius Caesar, dari dulu hingga menjadi tradisi
Tapi justru muncul pertanyaan begini
Cerah atau hujankah yang lebih baik terjadi nanti..
Saat cerah, semua berkumpul di tempat yang jauh dari sepi
Melihat pertunjukan hura-hura yang dibungkus pentas seni
Larut dalam kegembiraan semu, tiup suara toet-toet mengusir sunyi
Ini baru potret dari satu sisi
Coba tengok gaya anak muda yang satu ini
Berkumpul dengan pacar, berpasang-pasang menuju tempat privasi
Bisa di puncak gunung, atau malah bibir pantai yang tersembunyi
Bersama teriakkan janji gombal jijik mencintai
Bercumbu, memeluk, katanya untuk bukti cinta sejati
Esok hari kondisi ditemukan sungguh sangat tak berarti
Botol minuman keras, belasan puntung rokok, bahkan “helm pengaman”
berada di sisi kiri
Baru sadar bahwa tadi malam melakukan hal hina, layaknya sepasang babi
Menyesal, karena menjadi pihak yang tersakiti
Menanggung malu, seumur hidup hingga mati
Lalu, cerah atau hujankah yang lebih baik terjadi nanti..
Saat hujan, justru menyenangkan kumpul bersama mami papi
Atau sama teman-teman permainan membahas kejadian lucu karena teman
dibully
Tak perlu membuang duit beli terompet, yang hanya ditiup satu hari
Tak perlu membakar duit, hanya sekedar untuk melihat percikan kembang
api
Kalau mau, datanglah saja ke tukang sate untuk melihat bara api
membakar penuh wangi
Justru, gunakan malam ini untuk instropeksi diri
Apakah yang sudah dilakukan selama 1 tahun yang terlalui
Adakah baik, atau hanya sia-sia lenyap hilang terhembus angin tanpa
arti
Lalu, pikirkan untuk kejadian 1 tahun nanti
Sudahkah ada rencana dan mimpi-mimpi untuk menginspirasi ?
Semoga kamu mengerti, dan langsung bergerak lagi..
Lalu, cerah atau hujankah yang lebih baik terjadi nanti..
:)
20th note, on December 31st 2013
Meja belajar lagi dan lagi,
18.34-19.00 WIB
Mendengar rintikan hujan, diiringi bisingnya terompet dan
kembang api