Jumat, 26 April 2013
Patutkah Seorang Muslim Berkata "RIP"?
Istilah RIP (Requiescat in pace) bagian dari aqidah Katholik, biasa terdapat pada epitaf dan disenandungkan saat Misa Requiem. Keyakinan ini juga terdapat pada agama Yahudi. Epitaf RIP ditemukan pada nisan Bet Shearim, Yahudi, meninggal 1 Abad Sebelum Masehi.
Variasi lain Requiescat in pace atau Rest in Peace dalam bahasa Inggris adalah penambahan kata "may (semoga)". Ini terkait keyakinan dosa ditebus. Ungkapan RIP dalam bentuk ringkas maupun panjang digunakan pada upacara pemakaman tradisional Yahudi. Pijakannya adalah Talmud kuno. RIP dalam bahasa Inggris, yakni rest in peace, tidak ditemukan pada kuburan sebelum abad VIII Masehi. Meluas penggunaannya setelah abad XVIII.
Ungkapan RIP pada agama Katholik terdapat dalam Misa Requiem (Missa pro Defunctis) yang merupakan bagian dari ritus Tridente. Paus (Emeritus) Benediktus XVI menyatakan Ritus Tridente (Tridentin) merupakan bentuk misa yang luar biasa. Ia keluarkan surat edaran tahun 2007. Ini merupakan surat pribadi(motu proprio) kepada seluruh gereja untuk menggunakan Misa Tridentin. Surat ini bermakna penegasan bahwa ungkapan RIP merupakan bagian tak terpisahkan.
Motu proprio (surat pribadi dengan tanda-tangan pribadi) Paus Benediktus XVI (sekarang emeritus) menegaskan kedudukan misa yang melembaga sejak 1570 tersebut. RIP merupakan bagian penting sebagai semacam "pembersihan dosa secara keseluruhan". Dalam hal ini kedudukan RIP saat misa serupa dengan ungkapan "Allahummaghfirlahu...". Jadi, ini merupakan bagian dari prosesi ibadah. Tentu saja tak sama persis. Dalam Islam, seorang syaikh tak memiliki otoritas penghapusan dosa dan penentuan nasib seseorang jadi ahli surga.
Orang yang sudah diupacarai dengan misa dimana pernyataan RIP ada di dalamnya, dianggap sudah "bersih" dari dosa. Sudah ditebus. Jadi, ungkapan RIP memang tidak dapat dibenturkan dengan kalimat istirja' (إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهَ رَاجِعُونَ) karena memang sangat berbeda kedudukannya. Ungkapan yang berdekatan, tapi amat berbeda konsep dasarnya dengan istirja' adalah "telah berpulang ke rumah bapa...". Cermati ini agar tak gegabah menyama-nyamakan!
Orang yang tak mengimani RIP sekaligus tak percaya kepada otoritas gereja maupun pastor, tidak gunakan istilah RIP. Cukup passed away (telah berpulang) atau serupa itu. Ini menunjukkan bahwa RIP adalah masa keimanan pada agama mereka.
Apakah RIP merupakan ucapan belasungkawa semata? Tidak. Belasungkawa biasa gunakan ungkapan "in my deepest condolence (pada duka cita yang amat dalam)..." atau serupa itu. Apakah RIP merupakan produk budaya semata? Tidak. Menilik sejarah yang lebih rinci, ini merupakan konsekuensi iman & bagian dari peribadatan.
Lalu apa sebutan untuk orang yang sudah mati pada umumnya? Secara budaya, biasa disebut late (mendiang) begitu saja. Mohon maaf sekiranya saya tidak santun dalam bertutur. Nasehatilah saya. Semoga catatan sederhana tentang RIP ini bermanfaat dan barakah.
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
Perhatikan ini ya teman-teman, karena saat ini adalah masa-masa dimana akidah dan pemahaman kita yang cenderung setengah-setengah menjadi target serangan akan keislaman kita, banyak yang beralasan "gitu aja diributin" , "ah masalah kecil nih" , "yaelah islam ribet amat", dll. Nah point inilah yang saat ini sedang dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh para setan dan sekutunya...
Perkuat pemahaman teman, dengan mempelajari Alquran dan hadistnya...
Jangan sekedar menjadi Ahli Sunnah wa GOOGLEiyah...
Kalau saya sih, daripada make istilah2 yang diragukan mending ga usah pakai istilah, RIBET AMAT...
Pakai saja nama si mending dengan kata-kata mulia, semacam "semoga damai di sana". SELESAI
hehehe
Kamis, 25 April 2013
Doaku padaMu ketika aku jatuh cinta... :)
Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta yang batil.
Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling dari hati-Mu.
Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu
Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.
Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.
Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kukuhkanlah ya Allah ikatannya, Kekalkanlah cintanya,
Tunjukilah jalan-jalannya, Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar,
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu...
amiiin Ya Robbal A'lamin...
Sumber : Tazkirah Online
Rabu, 03 April 2013
Kisah Tukang Sampah :)
Kisah Tukang Sampah
Hari ini adalah hari Ahad, 16 Desember 2012. Hari yang sempurna untuk
menjadi hari pertama SEMANGAT MENULIS saya KEMBALI teman-teman. Memang, sudah
lama saya tidak menulis. Mungkin, dikarenakan banyak hal yang membuat saya
menjadi (sok-sokan) sibuk dan menjalani berulang-ulang rutinitas yang memaksa
berpikir keras. Bukan lagi sering, apalagi kadang, saya SELALU tidak memberikan
waktu khusus untuk menulis. Akibatnya memang pembendaharaan kata dan alur ide tulisan
saya pun terkungkum percuma di dalam pikiran. Begitu ceritanya, sudahlah tak
perlu dibahas terlalu panjang, hehehe…
Nah, sekian saja untuk intronya, karena nanti malah isi tulisannya tak
sebanyak intronya. Baiklah, untuk memulai tulisan ini memang alangkah baiknya
dimulai dengan pertanyaan terlebih dahulu ya, berikut pertanyaannya :
1.
Adakah rekan, tetangga, atau keluarga kamu
seorang tukang sumpah ? Tukang yang setiap hari memunguti sampah warga, untuk
selanjutnya dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
2.
Atau jangan-jangan justru kamu kawan yang
menjadi tukang sampah ? Namun, kamu malu mengakui hal tersebut kawan…
3.
Bagaimana pendapatmu tentang tukang sampah kawan
? Jijik? Kotor? Tak bergengsi? Pekerjaan Hina? Tak memiliki kedudukan atau
kemuliaan?
Dewasa ini, banyak orang yang berteriak lantang setuju dengan
pertanyaan ke (3), mereka mengangggap bahwa para tukang sampah hanyalah sesuatu
kecil yang tak berguna, pekerjaan yang erat kaitannya dengan bau busuk atau
bahkan menganggap bahwa pekerjaan seorang tukang sampah hanyalah pekerjaan buat
mereka orang-orang yang tak berguna. Begitukah kawan ? Setujukah kamu kawan ?
Menurut
mereka, tukang sampah hanyalah orang yang rela bangun pagi-pagi untuk menjemput
truk atau gerobak sampah. Kemudian bergegas menuju pemukiman warga, dengan
setia dan semangat mulia menjemput ratusan bahkan ribuan kilogram sampah tiap
harinya. Menurut mereka, tukang sampah itu identic dengan bau tak sedap, dekat
dengan sampah plastic, bekas jus yang sudah basi, bahkan ada pula yang tega
membuang sampah berupa bangkai tikus di sampah hariannya. Bahkan lagi menurut
mereka, tukang sampah hanyalah pekerjaan hina yang mau digeluti oleh
orang-orang tak berpendidikan, yang mau-maunya menyapu jalanan tiap pagi,
berkeliling kota dari pagi hingga sore untuk memburu sampah. Begitulah kata
mereka, sama dengan katamu kah kawan ? L
| “Benarkah seburuk itu pikiranmu kawan ? Pernahkah kamu membayangkan
seandainya seluruh tukang sampah di seluruh Jogja mogok kerja selama 1 hari
bahkan 1 minggu akibat ulahmu yang tak mempedulikan maupun menghargai mereka ?”
Pernahkah kamu membayangkan kerusuhan yang akan terjadi ?|
Bisa
dibayangkan seandainya seluruh tukang sampah di Jogja mogok kerja 1 hari, maka
akan sangat dipastikan akan terjadi penumpukan sampah di seluruh kota Jogja
kawan. Ambil contoh kasus, jika seandainya tiap 1 rumah menghasilkan 2-3 kg
sampah tiap harinya. Lalu, tiap kelurahan mengeluarkan sampah sebanyak 1-2 truk
sampah tiap harinya. Lantas tiap kecamatan di Jogja anggap saja menghasilkan
5-7 truk sampah setiap harinya. Perlu diketahui, Kota Jogja memiliki 14
kecamatan. Jadi kalau dikalkulasikan adalah 14 kecamatan x 5-7 truk sampah =
70-98 truk sampah yang akan terakumulasi dalam 1 hari. Dan tahukah kamu kawan,
jumlah 70-98 truk (setara 1-2 lapangan sepakbola) sampah itulah yang akan
memenuhi kota Jogja seandainya tukang sampah mogok kerja selama 1 hari, HANYA 1
HARI. BAGAIMANA KALAU MEREKA MOGOK KERJA SELAMA 3 HARI, 1 MINGGU, ATAU BAHKAN 1
BULAN ? BISA MEMBAYANGKAN KAH KAMU KAWAN ?
| “ Perlu diketahui, Kota Jogja memiliki 14 kecamatan. Jadi kalau
dikalkulasikan adalah 14 kecamatan x 5-7 truk sampah = 70-98 truk sampah yang
akan terakumulasi dalam 1 hari. Dan tahukah kamu kawan, jumlah 70-98 truk
(setara 1-2 lapangan sepakbola) sampah itulah yang akan memenuhi kota Jogja
seandainya tukang sampah mogok kerja selama 1 hari, HANYA 1 HARI. “ |
Masihkah kamu menganggap peran seorang
tukang sampah itu kecil kawan ? Masih merasa habatkah dirimu kawan ?
Setiap
pribadi manusia memiliki peranannya masing-masing kawan. Semuanya terikat dalam
sebuah harmoni yang disebut kehidupan. Tak ada yang salah dengan tukang sapu
jembatan, tak ada yang salah menjadi presiden, tak ada yang salah menjadi
nahkoda kelautan, tak ada yang salah dengan pedagang asongan, tak ada yang
salah dengan pedagang buah musiman, tak ada yang salah kawan… Setiap manusia
memiliki kehidupannya dan pilihannya masing-masing. Semua akan berjalan
bersinergi memberikan nafas semangat yang menyenangkan, yang saling melengkapi
antara satu hati dengan hati yang lain…
Marilah
kawan, mari kita menghargai semua aspek kehidupan… Bahkan Om Taufik Ismail juga
membuat puisi yang mantap seperti ini…
Kerendahan Hati
Kalau engkau tak mampu menjadi
beringin, Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar
yang baik, Yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi
belukar, Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang Memperkuat tanggul pinggiran
jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi
jalan raya, Jadilah saja jalan kecil, Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten,
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi Rendahnya nilai
dirimu…
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
-Taufik Ismail-
Karena setiap pribadi memiliki
baik kurangnya masing-masing, tugas kita hanyalah membaikkannya, menggosoknya
dan terus BERKILAULAH… J
Edited on 26 December 2012
At HMTG FT UGM, 3.53 pm
Langganan:
Postingan (Atom)