sesampainya di rumah, saya kemudian langsung membuat tulisan/notes ini, namun entah kenapa, laptop Eko itu mati-hidup secara tiba-tiba. Waduh, bikin males dan kesel, akhirnya saya pun memutuskan untuk tidur padahal waktu itu jarum jam belum selesai menyelesaikan putaran pada pukul 22.00. hadoh
second day
sayup-sayup adzan terdengar menghiasi perumahan dimana Eko tinggal, saya pun terkesiap dan segera membuka kelopak mata sembari berusaha mematikan alarm hp saya yang sedari tadi ternyata sudah meraung-raung mencoba membangunkan saya. Saya pun bangun dan segera membangunkan Eko yang tadi malam berjanji untuk mengajak saya solat di Masjid Agung Gresik. Namun, karena kunci motornya tidak ada, maka pupus sudah harapan saya untuk solat di sana hari ini, sebagai gantinya, Eko mengajak saya solat di perumahan rumahnya....hohoho
seselesainya solat, saya pun berusaha menyelesaikan notes ini, namun karena lagi-lagi laptopnya Eko mati-hidup akibatnya saya menjadi males untuk melanjutkan notes ini. Saya pun hanya melihat berita dan mencoba menghubungi teman-teman dengan bersms ria.
pukul 6. biasanya ini adalah waktu efektif saya untuk melakukan ritual “panggilan alam”. Namun sayang, kamar mandi rumah Eko yang hanya ada 1 dan itupun sedang dipakai Bapaknya mandi dan setelah itu juga sudah dibooking ibunya karena beliau berdua sudah bersiap untuk menuju tempat bekerja. Akibatnya saya memanggil Eko untuk sekedar menemani saya menuju masjid tempat kami tadi pagi solat Subuh. Setengah berlari saya segera menyongsong dengan penuh semangat, kamar mandi yang ada di masjid tersebut. Akan tetapi, takdir berkata lain, ternyata oh ternyata “TIDAK ADA WC-NYA, BAHKAN JONGKOK SEKALIPUN” . saya terdiam dan berusaha untuk menahan tawa, kami pun kembali ke rumah Eko dengan harapan bapak dan ibu Eko sudah menyelesaikan hajatnya. 1, 2, 3 menit berjalan sangat pelan, bahkan lebih pelan daripada slow motion gerakan alam yang dilihat oleh orang yang sedang jatuh cinta. Baru pada menit ke-5, ibu Eko selesai menggunakan kamar mandi. Tanpa banyak ba bi bu, saya masuk kamar mandi dan terjadilah kembali peristiwa Bom Nagasaki dan Hiroshima secara tragis... wkwkwk
setelah semua keperluan sudah dilaksanakan, mandi dan makan yang dilakukan secara marathon, kami pun siap berangkat menuju ke Surabaya. Dan kabar baiknya, bapaknya Eko rela untuk izin telat ke kantornya hanya untuk mengantar kami berdua ke Surabaya. Wah baiknya... *give applaus to Eko’s father.
melewati tol demi tol, kami segera menyelusuri Kota Gresik dan segera menuju ke Surabaya dengan cepatnya. Kota Gresik yang dikuasai oleh Pabrik Semen ternyata juga memiliki sisi keindahan yang cukup menarik. Sungguh potret kota yang menawan....
ada 1 hal menarik di sini, yakni foto publikasi Semen Gresik yang berwujud foto anak kecik yang sedang menggapai sesuatu. Dan ternyata oh ternyata, foto anak tersebut mirip sekali dengan anaknya ibu penjual angkringan di depan kos ardha, namanya Nana, sumpah mirip sekali... wkwk
tak sampai 1 jam, kami segera sampai di Surabaya dan langsung menuju kantor Kesbangpol. Setelah berucap terima kasih dan maaf karena merepotkan bapaknya Eko, kami pun bergegas masuk ke dalam kantor. Eko yang dari awal sudah mengenakan jas almamater UGM terlihat sangat bersemangat. Namun, fax dari Jogja baru dapat dikirim menjelang pukul 09.00. sembari menunggu kiriman fax, kami pun menonton pertandingan voli para pegawai yang lumayan lucu bin ngakak... :p
akhirnya setelah sekian lama menunggu, datang juga fax dari Galih yang mengabarkan bahwa fax dari Jogja sudah dikirim, kami pun segera merespon dengan bergegas menuju ruang perizinan. Setelah menunggu beberapa menit, surat tersebut akhirnya jadi dan kami pun berucap Alhamdulillah setelah berjuang selama 2 hari ini. Terima kasih Allah, terima kasih ardha, eko, ansori, galih, dito, vicky, alfian, dan billy. You all are the best... :D
nah, setelah selesai suratnya, saya minta izin kepada ibunya untuk mengirimkan surat tersebut ke Kesbangpol Tuban dan Bojonegoro. Nah, cerita lucu terjadi di sini. Usut punya usut dan ternyata oh ternyata, ibunya tidak dapat menggunakan fax dengan baik, sehingga sempat terjadi kekisruhan di kantor tersebut gara-gara ulah ibu tersebut dan itupun karena permintaan kami. Wkwkwk kami merasa bersalah namun sambil tertawa sendiri. Wkwkwk maaf BU... :p
selama proses kisruh tadi, kami diajaka ngobrol sama ibu-ibu yang baik dan modis. Beliau bercerita tentang anaknya yang kuliah di ITS, kalau ga salah anaknya sudah ada yang bekerja juga, namun fokus pembicaraan ini lebih kepada anak yang kedua, beliau bercerita tentang anaknya yang pada bulan Juli ini akan menuju ke Jogja untuk liburan, beliau pun bertanya-tanya mengenai Jogja kepada kami, sembari disuguhi sawo dan bakpia pathuk (*lah ini kan dari Jogja Bu, protes saya kepada ibunya, hihihi)
*FYI : foto anaknya yang ternyata perempuan, ada di meja kerja ibunya lho, lumayan membuat terkesima pula. Ckckck :D
keseluruhan proses akhirnya dapat diselesaikan pada pukul 10.30. awalnya saya mau menyusul Ardha ke Tuban, namun karena tidak mengetahui medan dan akses yang tergolong rumit, saya memutuskan untuk kembali ke Jogja saja. Setelah menghitung perkiraan waktu, perjalanan yang akan saya lalui adalah 7-8 jam. Maka mau tidak mau, saya harus meninggalkan kota Surabaya pukul 13.00 agar tidak kemalaman sampai di Jogja...
kemudian, diputuskan bahwa saya hanya akan berkeliling kota Surabaya sembari mencari jalan untuk kembali ke terminal, karena jujur saya sendiri masih belum begitu paham kota Surabaya. Tujuan pertama adalah Taman Makam Pahlawan Mayjend Sungkono, sebuah objek yang tidak biasa. Sembari mengabadikan tempat peristirahatan terakhir para pahlawan bangsa ini, saya membaca banyak tulisan-tulisan yang benar-benar membangkitkan semangat. Kata-kata “Merdeka atau Mati” , “Bakti kami untuk negeri”, “Ini adalah perjuangan kami, setelahnya kami percayakan perjuangan kepada generasi kami berikutnya”, dll. Waw, diam saya... :D
karena siang semakin terik, kami pun beranjak menuju pusat kota, yang tak lain adalah Tugu Pahlawan. Kembali menyetop lyn DA, kami segera bergegas menuju Tugu Pahlawan. Dan lagi-lagi di dalam lyn, kami terlibat pembicaraan dengan ibu-ibu yang baik dan ramah sekali. Meskipun saya membuka topik pembicaraan dengan pertanyaan yang tidak lazim, yakni, “Bu, arah barat mana ya?” hahaha... ibunya langsung ketawa, dan bertanya, “lah mau kemana Mas?”. Lantas pembicaraan pun semakin hangat, kemudian beliau bercerita tentang Jogja dan Surabaya. Waw, benar-benar ibu yang baik...
sesampainya di Tugu Pahlawan, adzan berkumandang, kami pun memilih untuk solat terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan. Di masjid, kami bertemu dengan bapak-bapak yang dengan sangat baik, beliau mengingatkan kami untuk menyimpan sepatu di tempat yang aman. Padahal sebelumnya kami belum kenal dan bahkan belum terlibat pembicaraan sedikitpun. Ketemu dan beliau langsung nunjuk arah tempat yang aman begitu, *ckckck aneh. Tapi yasudahlah, kami manut saja.
kemudian setelah solat, Eko pun tak tahan untuk mengajak saya makan, oke, kemudian dia memesan 2 mangkok soto untuk kami berdua. Sembari mengcharge hp saya yang mulai KO, kami melahap soto dengan penuh semangat. Dan lagi-lagi makan ini terasa sangat ueeenaaak...
lantas, kami bergerak menuju ke Tugu Pahlawan untuk melanjutkan perjalanan, sekedar untuk dokumentasi, kami sempat berfoto di depan Tugu. Dan entah mengapa, saya sempat merinding dan mencoba berimajinasi dengan perjuangan tempo doeloe yang begitu luar biasa... kekaguman saya kepada pahlawan kian bertambah
agar efisien dan efektif, saya meminta eko untuk pulang ke rumahnya daripada harus mengantarkan saya ke terminal Bungurasih yang menghubungkan Jogja dan Surabaya. Perpisahan pun kami lalui dengan perasaan yang...... *biasa-biasa saja, wkwkwk
saya segera bergerak menuju lyn P6, di dalamnya saya duduk dengan seorang ibu-ibu yang terus diam, daripada mengganggu saya pun juga ikut diam dan mencoba terjaga, dan gagal, akhirnya sempat tidur 10 menit, wkwkwk...
sesampainya di terminal, saya sempat dikejar-kejar oleh mas-mas yang sedang mencari penumpang, namun, karena tidak ada kepentingan, saya mencoba menolak dengan halus tetapi masnya ngeyel. 1x, 2x, 3x, dan 4x masnya terus memaksa saya yang terus berjalan cepat dan bahkan merangkul saya *SKSD banget nih masnya, wkwkwk. Saya pun kesal karena sudah lapar lagi *out of the topic. Saya beneran kesal dan akhirnya saya pun berhenti berjalan dan diam kemudian memelototi mata masnya. Seketika masnya diam dan langsung pergi karena melihat perubahan drastis dari saya yang tadinya terus tersenyum. Wuuahahaha aman gan :D
akhirnya setelah mencari beberapa saat, saya mendapat juga kursi dari bus M*IRA. Duduk di barisan depan, saya pun langsung melakukan pengamatan penumpang. 10, 20, 30 dan seterusnya hingga bus ini pun penuh juga. Jarum jam menunjukkan pukul 15.05. what? Saya kaget karena hal ini akan berefek pada kepulangan saya di Jogja yang saya perkirakan pada pukul 22.00-23.00. haduh
selama perjalanan , tak ada lagi perjalanan yang berarti. Hingga tibalah di kota Mojokerto. Naiklah seorang mbak-mbak yang saya taksir berumur sekitar 20an. Coba saja kursi di samping saya itu kosong, pasti mbak-mbaknya sudah saya suruh duduk di samping saya. Namun karena ngantuk tingkat berat, saya biarkan mbaknya saja dan saya pun bergegas ke pulau mimpi. Hehe
15 menit setelah mbak-mbak tadi masuk, ibu-ibu yang duduk di samping saya pun turun juga. Wahaha, ada potensi mbaknya duduk di samping saya nih, karena memang kondisi bus waktu itu penuh. Tanpa disangka, mbak-mbaknya beneran duduk di samping saya, wkwkwk uhuy. Tapi lagi-lagi karena saya ngantuk, saya diamkan saja mbaknya. Hihihi
30 menit setelah saya tidur, akhirnya saya segar kembali. Karena bosan ga ada yang bisa dilakukan selain main hp padahal baterainya tinggal sedikit, maka saya pun memutuskan untuk mengajak ngobrol mbaknya. Mencoba memperhatikan mbak-mbaknya yang sebenarnya biasa-biasa saja, dengan pakaian putih hitam bak kotak catur, dikucir ke belakang rambutnya sebahu, aya mencoba menggali topik pembicaraan yang bisa saya obrolkan dengan mbak ini. Dan seperti biasa, opening conversation yang konyol selalu saya angkat agar lawan bicara menjadi antusias dan penasaran dengan
pertanyaan saya, yaitu “Mbak, Nganjuk berapa meter dari sini ya (Jombang) ?.
mbaknya, “waduh, sekitar 1an jam mas”,
mencoba ngeyel, “kira-kira berapa meter ya Mbak? “
mbaknya bingung, “waduh berapa ya Mas, (berpikir sejenak), ga pernah ngukur e”, dan mbaknya ketawa
saya mencoba ketawa, “huaaahahahah bener juga mb”
mbaknya, “lha masnya mau ke Nganjuk juga ta (dalam bahasa jawa adalah po) ?”
percakapan berlangsung panjang....
lumayan untuk mengisi waktu, 45 menit bersama mbaknya cukup untuk mengusir kebosanan, mbaknya baik karena mau menjawab pertanyaan-pertanyaan saya yang sebenarnya tidak perlu dijawab karena memang ga ada jawabannya. Tapi It’s okay, mbaknya juga seneng kok ngobrol sama saya *klaim sepihak, hahaha
perjalanan lanjut hingga 4 jam setelah mbaknya turun di Nganjuk. Dan akhirnya saya sampai di Yogyakarta, tepat pukul 23.55. wahahaha sangat meleset dari perkiraan saya yakni 22.00-23.00. dan dengan memelas meminta bantuan billy untuk menjemput saya di Janti. Makasih billy :D
sekian cerita kami dari perizinan Jawa Timur, maaf jika panjang sekali, karena memang ada banyak hal yang bisa kami ceritakan. Terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu, You all are the best guys, We will be success in the future... amin
My twelveth (thirty first) task on 2011
7th of July 2011
16.40-19.48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar