Kisah Tukang Sampah
Hari ini adalah hari Ahad, 16 Desember 2012. Hari yang sempurna untuk
menjadi hari pertama SEMANGAT MENULIS saya KEMBALI teman-teman. Memang, sudah
lama saya tidak menulis. Mungkin, dikarenakan banyak hal yang membuat saya
menjadi (sok-sokan) sibuk dan menjalani berulang-ulang rutinitas yang memaksa
berpikir keras. Bukan lagi sering, apalagi kadang, saya SELALU tidak memberikan
waktu khusus untuk menulis. Akibatnya memang pembendaharaan kata dan alur ide tulisan
saya pun terkungkum percuma di dalam pikiran. Begitu ceritanya, sudahlah tak
perlu dibahas terlalu panjang, hehehe…
Nah, sekian saja untuk intronya, karena nanti malah isi tulisannya tak
sebanyak intronya. Baiklah, untuk memulai tulisan ini memang alangkah baiknya
dimulai dengan pertanyaan terlebih dahulu ya, berikut pertanyaannya :
1.
Adakah rekan, tetangga, atau keluarga kamu
seorang tukang sumpah ? Tukang yang setiap hari memunguti sampah warga, untuk
selanjutnya dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
2.
Atau jangan-jangan justru kamu kawan yang
menjadi tukang sampah ? Namun, kamu malu mengakui hal tersebut kawan…
3.
Bagaimana pendapatmu tentang tukang sampah kawan
? Jijik? Kotor? Tak bergengsi? Pekerjaan Hina? Tak memiliki kedudukan atau
kemuliaan?
Dewasa ini, banyak orang yang berteriak lantang setuju dengan
pertanyaan ke (3), mereka mengangggap bahwa para tukang sampah hanyalah sesuatu
kecil yang tak berguna, pekerjaan yang erat kaitannya dengan bau busuk atau
bahkan menganggap bahwa pekerjaan seorang tukang sampah hanyalah pekerjaan buat
mereka orang-orang yang tak berguna. Begitukah kawan ? Setujukah kamu kawan ?
Menurut
mereka, tukang sampah hanyalah orang yang rela bangun pagi-pagi untuk menjemput
truk atau gerobak sampah. Kemudian bergegas menuju pemukiman warga, dengan
setia dan semangat mulia menjemput ratusan bahkan ribuan kilogram sampah tiap
harinya. Menurut mereka, tukang sampah itu identic dengan bau tak sedap, dekat
dengan sampah plastic, bekas jus yang sudah basi, bahkan ada pula yang tega
membuang sampah berupa bangkai tikus di sampah hariannya. Bahkan lagi menurut
mereka, tukang sampah hanyalah pekerjaan hina yang mau digeluti oleh
orang-orang tak berpendidikan, yang mau-maunya menyapu jalanan tiap pagi,
berkeliling kota dari pagi hingga sore untuk memburu sampah. Begitulah kata
mereka, sama dengan katamu kah kawan ? L
| “Benarkah seburuk itu pikiranmu kawan ? Pernahkah kamu membayangkan
seandainya seluruh tukang sampah di seluruh Jogja mogok kerja selama 1 hari
bahkan 1 minggu akibat ulahmu yang tak mempedulikan maupun menghargai mereka ?”
Pernahkah kamu membayangkan kerusuhan yang akan terjadi ?|
Bisa
dibayangkan seandainya seluruh tukang sampah di Jogja mogok kerja 1 hari, maka
akan sangat dipastikan akan terjadi penumpukan sampah di seluruh kota Jogja
kawan. Ambil contoh kasus, jika seandainya tiap 1 rumah menghasilkan 2-3 kg
sampah tiap harinya. Lalu, tiap kelurahan mengeluarkan sampah sebanyak 1-2 truk
sampah tiap harinya. Lantas tiap kecamatan di Jogja anggap saja menghasilkan
5-7 truk sampah setiap harinya. Perlu diketahui, Kota Jogja memiliki 14
kecamatan. Jadi kalau dikalkulasikan adalah 14 kecamatan x 5-7 truk sampah =
70-98 truk sampah yang akan terakumulasi dalam 1 hari. Dan tahukah kamu kawan,
jumlah 70-98 truk (setara 1-2 lapangan sepakbola) sampah itulah yang akan
memenuhi kota Jogja seandainya tukang sampah mogok kerja selama 1 hari, HANYA 1
HARI. BAGAIMANA KALAU MEREKA MOGOK KERJA SELAMA 3 HARI, 1 MINGGU, ATAU BAHKAN 1
BULAN ? BISA MEMBAYANGKAN KAH KAMU KAWAN ?
| “ Perlu diketahui, Kota Jogja memiliki 14 kecamatan. Jadi kalau
dikalkulasikan adalah 14 kecamatan x 5-7 truk sampah = 70-98 truk sampah yang
akan terakumulasi dalam 1 hari. Dan tahukah kamu kawan, jumlah 70-98 truk
(setara 1-2 lapangan sepakbola) sampah itulah yang akan memenuhi kota Jogja
seandainya tukang sampah mogok kerja selama 1 hari, HANYA 1 HARI. “ |
Masihkah kamu menganggap peran seorang
tukang sampah itu kecil kawan ? Masih merasa habatkah dirimu kawan ?
Setiap
pribadi manusia memiliki peranannya masing-masing kawan. Semuanya terikat dalam
sebuah harmoni yang disebut kehidupan. Tak ada yang salah dengan tukang sapu
jembatan, tak ada yang salah menjadi presiden, tak ada yang salah menjadi
nahkoda kelautan, tak ada yang salah dengan pedagang asongan, tak ada yang
salah dengan pedagang buah musiman, tak ada yang salah kawan… Setiap manusia
memiliki kehidupannya dan pilihannya masing-masing. Semua akan berjalan
bersinergi memberikan nafas semangat yang menyenangkan, yang saling melengkapi
antara satu hati dengan hati yang lain…
Marilah
kawan, mari kita menghargai semua aspek kehidupan… Bahkan Om Taufik Ismail juga
membuat puisi yang mantap seperti ini…
Kerendahan Hati
Kalau engkau tak mampu menjadi
beringin, Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar
yang baik, Yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi
belukar, Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang Memperkuat tanggul pinggiran
jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi
jalan raya, Jadilah saja jalan kecil, Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten,
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi Rendahnya nilai
dirimu…
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
-Taufik Ismail-
Karena setiap pribadi memiliki
baik kurangnya masing-masing, tugas kita hanyalah membaikkannya, menggosoknya
dan terus BERKILAULAH… J
Edited on 26 December 2012
At HMTG FT UGM, 3.53 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar