Hmmm…memasuki liburan setelah ujian akhir semester yang tentunya mendebarkan. Mendebarkan bukan karena takut dengan soal-soalnya, bukan karena takut dengan sang wajah seram pengawas, takut dengan senior, atau takut pada apapun. Ketakutan pribadi ini hanyalah ketakutan untuk mengerjakan soal-soal ujian dengan mandiri, tanpa mencontek, tanpa lirak-lirik, tanpa berbisik-bisik mengartikan jawaban bak seorang ninja, ataupun membuat lipatan-lipatan kertas kecil yang tak berdosa. Selalu saja muncul gejolak dan gemuruh di dalam dada untuk menyalurkan perkara kecil nan sepele yang efeknya sungguh sangat besar bagi pembentukan karakter seseorang di masa depan. Bahkan pernah ada statement yang mengatakan, kecil-kecil aja sudah nyontek (korupsi-red.), apalagi besok kalau udah jadi pejabat. Mau korupsi berapa milyar kamu, Boy ?.
Glekkk ! Kata-kata itu terus berputar di benak saya, menanamkan kekhawatiran akan murninya diri dan bersihnya hati. Dan satu lagi, kata berikut juga ampuh untuk terus menahan diri dari perkara ini, yakni Lhah, kalau ujianmu itu kau hiasi dengan menyontek, lalu dari ujianmu itu menghasilkan nilai dan menjadi ijazah. Lalu ijazah itu berubah menjadi lamaran pekerjaan, lantas kau bekerja, punya uang dan uang itu kau belanjakan, untuk makan dan kehidupan sehari-hari. Tau nggak? Sebenarnya uang itu haram Boy, karena ada “sedikit” ketidakjujuran di situ. Mending kalau duitnya buat kamu seorang, lhah kalau buat istrimu, anakmu dan keluargamu ? Kau mau meracuni mereka sampai mati dengan uang harammu itu ? Asetat, saya dulu tak pernah berpikir sejauh itu….
Sungguh pengantar di atas sama sekali tak nyambung dengan apa yang bakal kita bahas di note ini. *GUBRAKKKK !!! Tapi tak masalah karena saya memang bingung mau nulis pengantar apa, wkwkwk. Oke, di notes ini saya akan berbagi cerita tentang perjalanan ke sebuah daerah yang bernama Karangsambung. Daerah ini terletak di Kebumen, Jawa Tengah. Berjarak sekitar 140an km ke arah barat dari kota Yogyakarta. Sebenarnya saya pribadi belum pernah berpikiran pergi ke sana karena memang minggu-minggu ini adalah Kejurnas Mahasiswa saya yang pertama, tentunya saya memfokuskan diri untuk mengikuti lomba ini dengan sebaik-baiknya. Tapi, apa mau dikata, saya kalah di pertandingan kedua saya. Hal ini mengguncang saya, melemahkan sendi-sendi kehidupan, menghujam otot idealisme dengan kerasnya, membentur tulang kering meninggalkan bekas-bekas kenangan yang mengharu biru, membuncah meremukkan dada dengan kerasnya, tak tersisa tanpa celah untuk berteriak, menuntut akan keadilan wasit pertandingan. (iki opo to? hahaha).
Saya memutuskan untuk ikut ke Karangsambung, H-2 jam atau sekitar subuh hari Rabu 26 januari 2011. (wong edan, padahal waktu itu tubuhku masih linu-linu, hehehe). Bersiap dengan tas kecil berisi novel dan sejumlah duit (50 ribu tepatnya, mepet banget untuk ukuran perjalanan ke Kebumen). Saya bergegas ke tempat berkumpul, yang tak lain adalah gedung KPFT (TU-nya Teknik UGM bro). Nah, di sana sudah menanti teman-teman saya yang dahsyat yaitu Bendot aka Andi, Fahmi aka Fakme, Rham aka pitik, Dian aka Ismi, dan Winda aka Winkur. Okelah, daripada berlama-lama menunggu, mari kita saksikan bersama (what the) fun fact-nya, :
1. Jangan lupa cek kelangkapan kendaraan dan kelengkapan diri sebelum melakukan perjalanan ke luar kota.
* Yap, ini terjadi kepada saya dan fahmi. Sudah motor hanya berspion satu, eh helm saya ternyata tak berlebel SNI. Waduh, kenapa hatiku cenat-cenut… Lhah malah nyanyi. Dasar karena sudah nekat, kami tak terlalu menggubris hal tersebut. hehehe
2. Jangan pernah takut untuk mengisi full-tank tangki bensin Anda. Karena sebuah perjalanan jauh tentunya sangat tidak mengenakkan jika di tengah perjalanan, tiba-tiba bensinnya habis. Wkwkwk
3. Indikator bensin memang tak sepenuhnya bisa dipercaya.
*Hahaha, hal ini ketika kami mengecek bensin kami di daerah Purworejo. Saya dan Fahmi menyimpulkan bahwa kami telah menghabiskan sekitar 1 liter untuk mencapai daerah ini. Lantas, si Rham aka pitik dengan entengnya mengatakan, “Wah, aku Cuma habis 0,5 liter lho”. Wkwkwk sontak saya dan fahmi tertawa bersama. Didasari rasa tidak terima dengan kenyataan tersebut, kami menantang rham untuk kembali mem-full tank-kan tangki bensinnya. Apabila benar hanya perlu diisi dengan Rp 2250 (1 liter=Rp 4500). Dan tantangan tersebut pun dilakukan, lantas hasilnya adalah Jreng jreng jreng… hahaha kami tertawa puas, setelah mengetahui bahwa dia harus mengeluarkan uang sebesar Rp 6500, yang berarti motornya menghabiskan lebih dari 1 liter. Hihiihiii…
4. Dimanapun kamu berada, entah di Jalur Pantura maupun Jalur Selatan, bersiaplah berhadapan dengan bus-bus dan truk-truk yang selama ini merajai rute mereka. Jika di rute Utara, kita bertemu dengan Sumber Kencono, EKA, MIRA, dan lainnya. Nah, di Selatan kita bertemu dengan Sumber Alam, Efisiensi, Gunung Harta, dan lainnya
* Sungguh sebuah kehormatan dapat berhadapan langsung dengan mereka. Adu adrenalin, strategi, naluri, dan keberaniaan adalah hal yang diperlukan untuk bersaing dengan mereka. Hahaha (nantinya aka nada cerita lucu sendiri mengenai bus-bus ini)
5. Tanyakan dulu harga makanan kepada sang penjual sebelum terlanjur memakan makanan tersebut
* Yap, ini adalah sebuah keteledoran. Karena memang sudah terlalu lapar untuk menahan, kami memutuskan untuk makan di warung makan Padang di pinggir jalan (karena tidak mungkin di tengah jalan, halah). Dan pembayarannya adalah Jreng jreng jreng… Nasi ayam+jeruk anget = Rp 15.000 . Asetat tenan, berasa makan di rumah makan sekelas SEDERHANA kalau di Jogja, huhuhu. Atau double sirloin juga bisa, huhuhu
6. Kemampuan navigator yang baik tentunya diperlukan untuk mengunjungi suatu daerah yang sebelumnya tak pernah dikunjungi oleh satu orang pun dari anggota fieldtrip mandiri ini
*Berbekal sms dari senior dan naluri membelok maupun lurus, Alhamdulillah kami berhasil mencapai daerah tujuan tanpa tersesat. Meski kami berharap, pemerintah daerah setempat memberikan plang penunjuk jalan yang banyak dan jelas mengingat Karangsambung adalah potensi Nasional bahkan Internasional.
(Rumah sakit yang menjadi ancer-ancer pun sangat kecil, untungnya kami sempat melihat rumah sakitnya, hehehe)
7. Jangan membawa benda bermuatan melebihi kemampuan motor (baca: Bendot dan Dian jangan berboncengan, mengingat kesuperioritasan kedua orang ini). Akibatnya ban motor mereka pun bocor dan harus mencari tukang tambal ban yang dengan seenaknya menyuruh kami menunggu dia sampai makannya selesai…
*Mending kalau makannya cepet, lha ini lumayan lama e. Tapi, karena wajah bapaknya lumayan sangar, kami pun tidak banyak cakap. Hihiihi. Tapi, wajah sangar dan kewibawaan bapak tersebut pun hancur luruh tak tersisa karena cara ngomongnya (ngapaknya) yang lucu dan membuat kami terglepar-terglepar bak seorang ikan yang kekurangan air. wkwkwk
8. Carilah detail tempat ke pusat data terlebih dahulu, Agar tak banyak waktu yang dibuang untuk mencari-cari tempat yang mungkin letaknya tersembunyi
* Tau begitu, pagi-pagi kami langsung menuju ke LIPI untuk mencari referensi daerah atau singkapan yang tentunya sangat kami butuhkan. Hahaha tak berputar-putar di sekitar Kaligending, wkwkwk
9. Jangan menaruh sandal di sekitar tempat wudhu secara sembarangan.
* Saya yang berusaha sekeras mungkin (lebay), menjaga agar sandal saya tetap kering biar tetap nyaman di kaki pun menjadi korban. Karena menaruh sandalnya di dekat tempat wudhu yang notabene basah, para pegawai kantor LIPI dan anak-anak SMA yang sedang berkunjung pun memakai sandal saya dengan seenaknya, mencumbu hingga basah, lemas karena terinjak-injak oleh banyak kaki. huhuhu
10. Yap, setelah mengetahui tempat-tempat yang mengindikasikan singkapan batuan yang keren-keren, kami pun langsung bergerak cepat menuju tempat tersebut. Dan akibatnya kami menemukan gabbro, serpentinit, diabas, dolerite, lava bantal, quartzit, dan lainnya. Wuih, sungguh hasil tangkapan yang luar biasa banyaknya. Total buruan yang kami tangkap mencapai satu tas kresek besar. Hehehe
11. nah, ada satu hal yang sempat kami sesalkan. Yaitu belum berhasil mencapai singkapan rijang yang terpisah dari tempat kami. Untuk mencapai lokasi tersebut perlu menaiki rakit karena kami harus menyeberang Kali Lok Ulo. Huhuhu
* nah, cerita lucunya adalah ketika kami bertanya tentang ongkos menuju tempat tersebut ke sekumpulan anak-anak SD yang kebetulan lewat di kali itu. Dengan pede dan gaya ngapaknya yang khas, mereka menjawab dengan antusias, “Kalih ewu, kalih wong, kalih motor, Mas”. Wkwkwk saya menahan tawa karena mereka lucu, selucu dirinya, wkwkwk :D
12. Persediaan air putih sangat terbatas di sini. Untuk membeli air mineral pun sangat kesulitan karena memang tidak ada yang menjual di sini. Akibatnya saya harus meminum tiga gelas Marimas yang tentunya kurang sehat bagi tubuh saya, huhuhu.
13. Nah, akhirnya kami sempat harus memutar balik motor kami karena ketika perjalanan pulang kami malah menuju arah Banjarnegara yang tentunya lebih jauh dibanding menuju Kebumen apabila kami ingin menuju Yogyakarta. Huhuhu lumayan jauh sih
*Tapi, hal ini tak menjadi masalah, karena lagi-lagi saya tertawa menyimak pembicaraan orang-orang sekitar yang sungguh menggelikan. Bahkan ketika saya bertanya kepada sekumpulan pemuda yang wajahnya atos-atos, juga harus tertawa, karena dibalik wajah seram mereka, sebenarnya mereka sangat kocak. hihihi
14. Perjalanan pulang pun dimulai, dan karena kegelapan malam semakin menyelimuti, kami pun memacu motor kami dengan luar biasa. Dan akibatnya, ketika melewati jalan yang bergelombang dan gelap, motor Bendot dan Dian pun menerjang sebuah lubang dan akibatnya Dian yang di belakang pun hampi terlempar ke jalan karena memang dia tidak dalam kondisi siap dan mungkin juga memendam rasa kantuk yang sangat
* dan kami pun tertawa bersama, membayangkan Dian jatuh di badan jalan dan membuat kemacetan karena volume tubuhnya yang diperkirakn mampu memutus akses jalan (lebay), wkwkwk
15. Dan berikutnya adalah keteledoran seorang rham aka pitik yang menyerobot di pertigaan lampu merah. Dengan santainya dia berada di samping kanan sebuah bus yang cukup besar. Namun, hal yang tidak disadari adalah masih berjalannya arus kendaraan dari arah sebaliknya, sehingga Rham pun terjebak diantara bus dan truk. Alhasil, 2 bus dan 1 truk memberikan shock therapy kepadanya dengan membunyikan klakson yang sangat keras seakan di depannya ada kereta api dan kapal laut. Wkwkwk atau bahkan klakson pesawat, hahaha
16. Waktu tempuh yang kami butuhkan ketika pulang berbeda cukup jauh. Pada keberangkatan kami membutuhkan sekitar 3,5 jam untuk mencapai lokasi. Sedangkan ketika pulang hanya membutuhkan 2,5 jam. Padahal menggunakan rute yang sama, hehehe..
Nah, itu dia sekilas kisah mengenai perjalanan kami selama di Karangsambung. Sungguh hal yang menyenangkan dan mungkin tak akan terlupakan. Sampai jumpa di acara berikutnya dan kisah-kisah luar biasa nantinya, hihihi seru !
BSD, Tangerang, (first note yang ditulis di luar kota, hehehe)
My fifth (twenty fourth) task on 2011
31st of January 2011
09.50-11.39
Tidak ada komentar:
Posting Komentar